VinFast Gelar Dialog Strategis Investasi Hijau Bersama Mantan Menteri Perdagangan RI

VinFast Gelar Dialog Strategis Investasi Hijau Bersama Mantan Menteri Perdagangan RI

Kariyanto Hardjosoemarto, CEO VinFast Indonesia (kiri) dan Gita Wirjawan mantan Menteri Perdagangan Republik Indonesia (kanan)

Acara ini hadir dengan tema "Investing in Impact - Catalyzing Indonesias Green Economy Through Policy & Private Sector Collaboration." 

Indonesia memasuki dekade penting transformasi hijau yang didukung oleh iklim investasi yang kuat. Menurut Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), total investasi mencapai Rp 1.766 triliun pada 2024, meningkat 20% dibanding tahun sebelumnya.

Foreign Direct Investment (FDI) menyumbang lebih dari 52%, memperkuat integrasi Indonesia dalam rantai nilai global dan regional.

VIN TALKS denga tema "Investing in Impact - Catalyzing Indonesias Green Economy Through Policy & Private Sector Collaboration,"

Gita Wirjawan yang juga seorang tokoh pendidikan, pengusaha, dan pembawa acara podcast Endgame mengatakan, "Indonesia berada di titik balik unik dengan bonus demografi yang dapat membantu negara naik kelas dalam dekade mendatang."

"Namun, untuk mewujudkan potensi tersebut, pendidikan di bidang Sains, Teknologi, Teknik, dan Matematika (STEM) harus menjadi prioritas agar generasi muda memiliki keterampilan esensial untuk inovasi dan ekonomi hijau," kata Gita di GIIAS 2025.

Ia menambahkan, dengan stabilitas makro ekonomi serta agenda dekarbonisasi, kolaborasi antara pemerintah, industri, dan dunia pendidikan akan membuka jalan menuju pertumbuhan berkelanjutan sekaligus mendorong fase kemajuan berikutnya bagi Indonesia.

Mengenai tantangan terbesar Indonesia dalam mengintegrasikan agenda hijau ke kebijakan ekonomi nasional, Gita menambahkan untuk mencapai Indonesia hijau, investasi modal sangat penting.

"Yang perlu dicatat adalah kapasitas kita untuk menarik modal itu masih jauh dibawah seperti yang dilakukan oleh negara tetangga kita Singapura. Negara lebih kecil dari Indonesia namun bisa menarik modal dengan skala lebih besar," wanti Gita.

"Namun, untuk menarik investasi ini, harus ada kepastian hukum bagi pelaku industri serta tenaga kerja yang terampil. Setelah dua faktor ini terpenuhi, modal akan datang dengan sendirinya," imbuhnya.

Melanjutkan pernyataan Gita, Kariyanto Hardjosoemarto menjelaskan alasan VinFast memilih Indonesia setelah pasar Eropa, Amerika Serikat, dan India adalah karena Indonesia salah satu negara dengan populasi terbesar dan bonus demografi yang kuat.

"Adopsi kendaraan listrik masih rendah, namun tahun ini menunjukkan pertumbuhan pesat, yang menandakan potensi dan peluang besar. Selain itu, pemerintah sangat berkomitmen pada kebijakan yang mendukung pelaku industri dalam mengembangkan kendaraan listrik di Indonesia," ujar Kariyanto.

Ambisi ekonomi hijau Indonesia tercermin dalam target 2 juta mobil listrik dan 12 juta sepeda motor listrik pada 2030.

Menyadari peluang ini, VinFast berkomitmen untuk berinvestasi di Indonesia dan mengembangkan ekosistem kendaraan listrik yang komprehensif, yang mendorong aksesibilitas, mendukung industri lokal, dan memajukan keberlanjutan jangka panjang.

Mengenai investasi VinFast di Indonesia, Kariyanto menegaskan, "Kami tidak hanya membangun kendaraan listrik, tetapi juga membangun sebuah electric nation. VinFast berkomitmen pada investasi jangka panjang, termasuk pabrik perakitan kendaraan listrik senilai USD 200 juta di Subang yang pada awalnya akan memproduksi 50.000 unit per tahun dan langsung mempekerjakan 1.000 pekerja, belum termasuk pemasok."

Lanjutnya,"Kami juga mengembangkan jaringan pengisian daya kendaraan listrik nasional dengan tujuan menjadikan mobilitas hijau terjangkau, andal, dan inklusif bagi seluruh masyarakat Indonesia," tegasnya.