Gandeng 5 Jenama, Lakon Store Eksplorasi Cinta dalam Fashion lewat ‘P.S. I Love You’ di JF3 2025

punya berbagai wujud yang bisa dieksplorasi. Bersama lima jenama fesyen, Lakon Store menghadirkan koleksi P.S. I Love You di ajang Jakarta Fashion and Food Festival (JF3) 2025 yang digelar di Summarecon Mall Serpong, Sabtu (2/8).
Koleksi ini menjadi sebuah eksplorasi konseptual mengenai koneksi antarmanusia, emosi, dan kerentanan melalui medium fesyen. Koleksi ini menelusuri cinta dalam berbagai wujud dan emosi, mulai dari kerinduan yang mengendap, semangat yang membara, kebangkitan diri, hingga sisi cinta yang penuh rahasia dan naluriah.
Bagi Lakon Store, cinta bukanlah satu emosi tunggal, melainkan gerakan, ingatan, ketegangan, kehangatan, dan harapan. Semuanya terjahit dalam setiap detail, menjadikan setiap koleksi sebagai jendela untuk merasakan ragam bentuk cinta yang membentuk diri kita sebagai manusia.
Di balik narasi besar ini, lima subtema menjadi benang merah yang membentuk keseluruhan cerita: saudade, rebirth, eternal flame, shadowed love, dan savage love. Kelima tema ini diterjemahkan ke dalam palet warna yang sarat makna, motif simbolik, tekstur yang kaya, dan siluet dinamis nan menggabungkan kelembutan dan ketegasan dalam satu kesatuan visual yang intens dan emosional.
Lima jenama di bawah naungan Lakon, yakni Store Oxford Society, Kyrra, By Dree, Saroengan, dan Senja Sore, menerjemahkan kisah cinta ini ke dalam koleksi nan memukau.
Oxford Society meluncurkan koleksi runway pertamanya, Undeserved Love. Sebagai interpretasi tema koneksi dan pengekangan, koleksi ini mengambil inspirasi dari busana kantor klasik dan membayangkannya kembali lewat potongan tailoring yang lebih lembut. Siluet yang terstruktur berpadu dengan garis lengkung dan simpul halus, menciptakan busana yang terasa terjaga, tapi intim. Palet warna yang tenang dan redup membangun suasana, sedangkan bordiran mawar merah menghiasi setiap busana, melambangkan ikatan yang tak terlihat dan kasih sayang yang abadi.
Kyrra menampilan Oasea yang bermakna oasis sebagai pelarian di tengah lingkungan yang keras. Ini menjadi refleksi tentang bagaimana kita mencari perlindungan di tengah kekacauan. Oasea menawarkan ketenangan lewat pilihan warna biru perlambang ketenangan dan keheningan. Warna-warna menenangkan ini dituangkan dalam siluet urban, menciptakan kontras yang mencerminkan keheningan dalam kota nan sibuk.

Sementara itu, tema kerinduan dalam cinta dieksplorasi dalam kolaborasi Lakon Store dan By Dree. Koleksi kolaborasi ini terinspirasi dari kata saudade, sebuah rasa rindu yang dalam, yang tak selalu bisa dijelaskan, tapi nyata adanya. Dengan semangat kerinduan akan gebrakan, koleksi ini membawa denim sebagai simbol kekuatan, ketangguhan, kesederhanaan sekaligus kenyamanan yang abadi. Denim menyatukan semua perbedaan, menjahitnya menjadi harmoni yang indah dan
Jenama Saroengan mengusung judul Bayang, yang berarti bayangan. Koleksi ini mengeksplorasi konsep kelahiran kembali, bukan sekadar secara fisik, melainkan kebangkitan makna dan ingatan. Melalui setiap rancangannya, Saroengan memperkenalkan kembali sarung. Sarung dulunya merupakan pakaian sehari-hari, akrab dan esensial, ini seiring waktu memudar dari keseharian. Dalam Bayang, Saroengan merebut kembali maknanya, mengubahnya menjadi ekspresi warisan modern yang kuat. Hasilnya ialah koleksi yang berbicara kepada generasi yang ingin menghormati akar budayanya, sembari melangkah dengan berani ke masa kini.

Koleksi dari Senja Sore yang bertajuk Bara menangkap esensi relasi antara perasaan dan busana melalui implementasi warna, tekstur, dan siluet yang menyuarakan emosi secara halus. Warna merah dalam koleksi ini melambangkan cinta yang membara, sedangkan hitam mewakili sisi kedalaman, sunyi, dan keteduhan emosi yang lebih personal. Setiap kain yang digunakan dalam koleksi ini merupakan hasil karya tangan para peraji dari berbagai daerah di Indonesia seperti Lasem, Bali, Tuban, Pekalongan, dan Yogyakarta. Setiap kain membawa identitas, warisan, dan kehangatan budaya lokal.
Secara keseluruhan, presentasi ini menjadi surat terbuka tentang cinta, dengan bahasa visual yang mengajak setiap mata yang melihatnya untuk mengingat kembali, merayakan, atau mungkin mengikhlaskan. Pada akhirnya, cinta, dalam bentuk apa pun, layak untuk dikenang dan dikenakan.(dwi)