Fashion Show Kebaya dan Belajar Berkain Warnai Peringatan 75 Tahun Hubungan Diplomatik RI - Vatikan

Perayaan 75 tahun hubungan diplomatik antara Indonesia dan Vatikan berlangsung meriah di Roma dengan sentuhan budaya yang kental.
Mengusung semangat pelestarian warisan budaya, acara ini sekaligus menandai Hari Kebaya Nasional ke-2 dengan menggelar fashion show kebaya dan sesi belajar memakai kain bersama Wisni W. Drupadi.
Sebanyak 40 duta besar dan diplomat perempuan menghadiri acara yang sarat makna ini. Saat para tamu mulai berdatangan, mereka disambut dengan tayangan video yang menampilkan berbagai jenis kebaya dari seluruh Indonesia.
Mulai dari kebaya batik, janggan, kutu baru, kebaya noni, hingga kebaya Bali, semuanya ditampilkan sebagai simbol kekayaan dan keindahan budaya perempuan Indonesia.
Mengenalkan keindahan kebaya
Dubes RI untuk Takhta Suci, Trias Kuncahyonono, menegaskan pentingnya acara ini dalam mempererat hubungan bilateral dan mempromosikan budaya Indonesia di panggung internasional.
"Malam ini kita bisa bersama belajar memakai kain batik bersama Wisni yang spesial datang dari Jakarta untuk mengajari Anda semua memakai kain yang praktis dengan berbagai cara," ujar Trias, seperti dikutip dari siaran resmi yang diterima Kompas.com, Rabu (7/8/2025).
Belajar memakai kain bersama Wisni W. Drupadi di Perayaan 75 tahun hubungan diplomatik antara Indonesia dan Vatikan.
Selain mengenalkan keindahan kebaya, acara ini juga menjadi ruang edukasi tentang filosofi dan gerakan pelestarian busana tradisional.Istri Dubes RI untuk Vatikan, Atie Nitiasmoro mengatakan, Hari Kebaya Nasional merupakan hasil dari upaya perempuan Indonesia yang bergabung dalam berbagai komunitas, agar kebaya kembali menjadi pakaian sehari-hari perempuan Indonesia.
Ia menambahkan, gerakan ini telah mendapat sambutan luar biasa dari masyarakat.
"Kampanye ini direspons dengan banyaknya perempuan kembali memakai kebaya di berbagai aktivitas hariannya, mulai dari antar anak sekolah, ke kantor, belanja sampai hang out," ujar Atie.
Tak hanya di tanah air, kebanggaan ini juga dibawa ke mancanegara.
"Mereka juga bangga berkebaya lengkap dengan kain batik atau tenun saat bepergian ke luar negeri," lanjutnya.
Pengakuan atas kebaya sebagai warisan budaya tak benda oleh UNESCO pada Desember 2024 menambah legitimasi terhadap pentingnya pelestarian busana tradisional ini.
Indonesia bersama empat negara ASEAN lainnya mengajukan kebaya sebagai joint nomination dan berhasil mendapat pengakuan dunia.
Atie sendiri dikenal konsisten mengenakan kebaya dalam berbagai kesempatan, bahkan ketika menemani sang suami bertugas di Roma.
"Di Roma-pun dalam mendampingi suaminya bertugas, baik acara formal atau santai, saya selalu memakai kebaya. Saat datang acara di Vatikan yang dihadiri Paus, saya berkebaya dan saya juga berkebaya ke Colosseum sambil menikmati pasta dan gelato," jelas Atie disambut tawa hadirin.
Sorotan utama malam itu adalah fashion show kebaya yang menampilkan anggota Dharma Wanita Persatuan (DWP) KBRI Vatikan dan DWP KBRI Roma beserta anak-anak mereka.
Para tamu undangan menyambut dengan antusias dan takjub pada keindahan dan keberagaman kebaya yang ditampilkan.
Sesi tutorial memakai kain batik yang praktis tanpa tali atau peniti bersama Wisni W. Drupadi saat Perayaan 75 tahun hubungan diplomatik antara Indonesia dan Vatikan.Belajar memakai kain batik yang praktis dan stylish
Acara makin menarik saat Wisni W. Drupadi memulai sesi tutorial memakai kain batik yang praktis tanpa tali atau peniti. Teknik yang diajarkan tidak hanya aman dan nyaman, tapi juga stylish.
Para diplomat perempuan, yang sebelumnya sudah diberikan kain batik tulis, tampak kebingungan di awal saat harus memegang dan mengikat kain dari sisi kiri dan kanan. Namun dengan bimbingan satu per satu, mereka akhirnya bisa mengikuti instruksi Wisni.
Tiga gaya berkain praktis diperagakan oleh Wisni, dan seluruh peserta mengikuti dengan penuh semangat hingga sesi selesai.
Wisni kemudian memilih tiga diplomat dengan tampilan kain paling rapi dan kreatif untuk menjadi juara 1, 2, dan 3.
Sesi pun berlanjut meriah hingga larut malam. Soto ayam, perkedel, tahu-tempe goreng, hingga sajian manis seperti kue Sosis Solo dan Lapis Surabaya ludes disantap. Salah satu yang paling menarik perhatian para tamu adalah minuman tradisional Indonesia, kunyit asam.
"Ini minuman enak sekali," ujar para diplomat sambil terus menuangkan kunyit asam ke dalam gelas-gelas kecil yang disediakan.
Melalui pendekatan budaya dan mode, acara ini bukan hanya menjadi perayaan diplomasi, tapi juga momentum memperkuat citra kebaya dan kain sebagai identitas Indonesia yang membanggakan di mata dunia.
Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!