TikTok PHK Ratusan Karyawan di Jerman, Tim Penting Ini Banyak yang Digantikan 'Robot'

Ilustrasi TikTok.
Ilustrasi TikTok.

 Di tengah perkembangan teknologi yang semakin pesat, banyak perusahaan besar mulai mengandalkan kecerdasan buatan (AI) untuk mengelola konten di platform mereka. Salah satu raksasa media sosial, TikTok, kini berencana untuk merombak total tim trust and safety atau tim yang bertugas menjaga keamanan dan integritas konten, terutama di Jerman. 

Langkah ini memicu gelombang protes dan mogok kerja dari para pekerja yang terdampak.

Perubahan besar ini merupakan bagian dari tren global di mana perusahaan teknologi mulai menggantikan tenaga manusia dalam memoderasi konten dengan sistem AI dan tenaga kontrak outsource. 

Namun, upaya tersebut tidak berjalan mulus karena banyak kritik yang muncul, baik dari serikat pekerja maupun para pakar yang khawatir akan kualitas moderasi dan dampak bagi pekerja.

TikTok mengumumkan rencana pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap seluruh tim moderasi di Berlin yang bertugas mengawasi konten berbahaya di platform mereka. Langkah ini berarti sekitar 150 karyawan akan kehilangan pekerjaan karena peran mereka akan digantikan oleh AI dan tenaga kontrak eksternal.

Kalle Kunkel, juru bicara serikat pekerja ver.di untuk wilayah Berlin-Brandenburg, menjelaskan bahwa serikat telah mencoba bernegosiasi dengan TikTok mengenai pesangon dan perpanjangan masa pemberitahuan PHK hingga satu tahun. 

Namun, menurut Kunkel, TikTok menolak berunding. “Pada dasarnya mereka bilang, kami tidak mau bicara dengan kalian, jadi kami menggelar dua kali mogok kerja. Tapi mereka tetap tidak merespons,” ujar Kunkel, seperti dikutip dari The Guardian, Senin, 11 Agustus 2025.

Tim moderasi di Berlin menangani pasar berbahasa Jerman dengan sekitar 32 juta pengguna aktif. Berlin sendiri adalah kantor pusat terbesar TikTok di Jerman dengan sekitar 400 karyawan. Pemangkasan 150 staf berarti hampir 40% pengurangan tenaga kerja di tim trust and safety.

Anna Sopel, juru bicara TikTok, menyatakan bahwa PHK ini dilakukan untuk “menyederhanakan alur kerja dan meningkatkan efisiensi,” serta menegaskan bahwa perusahaan tetap berkomitmen penuh untuk melindungi keamanan dan integritas platform.

Tugas Tim Trust and Safety dan Penggantian oleh AI

Di Jerman dan negara lain, tim trust and safety bertanggung jawab memastikan video pendek yang diunggah tidak mengandung konten berbahaya atau melanggar kebijakan perusahaan. Mereka memantau konten seperti kekerasan, pornografi, misinformasi, dan ujaran kebencian. 

Menurut serikat pekerja, setiap anggota tim bisa meninjau hingga 1.000 video setiap hari. Proses ini biasanya dilakukan dengan bantuan AI.

Dalam setahun terakhir, TikTok memang mulai mengurangi jumlah staf trust and safety secara global dan menggantinya dengan sistem otomatis. Contohnya, pada September tahun lalu, TikTok memecat 300 moderator di Belanda secara keseluruhan. 

Oktober lalu, sekitar 500 moderator di Malaysia juga diganti oleh sistem moderasi berbasis AI. Februari lalu, dilaporkan TikTok mem-PHK bagian besar tim trust and safety di Asia, Eropa, Timur Tengah, dan Afrika.

Janji Investasi Besar dan Kontroversi Penggunaan AI

Meskipun melakukan PHK, CEO TikTok Shou Zi Chew sempat bersaksi di hadapan Kongres AS tahun 2024 bahwa perusahaan akan meningkatkan pengeluaran untuk trust and safety hingga lebih dari US$2 miliar untuk tim global yang berjumlah lebih dari 40.000 orang. 

Anna Sopel menambahkan bahwa TikTok kembali menginvestasikan US$2 miliar tahun ini di bidang tersebut, meski tidak menjelaskan jumlah staf saat ini. Sebagaimana diketahui, TikTok, yang dimiliki oleh perusahaan asal China ByteDance, sedang menghadapi ancaman larangan di AS kecuali dijual kepada pembeli yang disetujui pemerintah AS. 

Selain TikTok, perusahaan media sosial lain seperti Snap, X (sebelumnya Twitter), dan Meta juga memangkas jumlah staf trust and safety dan mulai mengandalkan AI. NPR pada Mei lalu mengungkap Meta berencana mengganti 90% staf peninjau produk dengan AI.

Aliya Bhatia, analis kebijakan senior dari Center for Democracy and Technology, mengingatkan bahwa, mengganti orang yang bertugas memastikan platform aman dan menghormati hak pengguna, termasuk anak di bawah umur, akan menyebabkan lebih banyak kesalahan dan pengalaman yang merugikan.

Kritik dan Protes Terhadap Penggunaan AI

Kunkel mengatakan bahwa menggantikan manusia dengan AI menimbulkan masalah serius. Beberapa pekerja TikTok mengadukan ke serikat bahwa sistem AI kadang mengkategorikan video yang menampilkan bendera pelangi Pride sebagai konten berbahaya, padahal tidak melanggar aturan. 

Sebaliknya, AI juga bisa melewatkan konten yang benar-benar tidak pantas. “AI tidak benar-benar bisa mengenali gambar atau video bermasalah, terutama jika kontennya kompleks,” kata Kunkel.

Di Eropa, regulasi terhadap moderasi konten lebih ketat dibanding wilayah lain. Di bawah Digital Services Act yang disahkan 2022, perusahaan teknologi seperti TikTok wajib menjaga platformnya dari konten berbahaya secara ketat atau akan dikenakan denda besar.

TikTok beralasan bahwa investasi di AI membuat mereka bisa lebih cepat menghapus konten yang melanggar sebelum dilihat oleh pengguna. Teknologi ini juga membantu mengurangi jumlah video berbahaya yang harus ditinjau oleh moderator manusia.