Heboh! Prancis vs Israel: Tuduhan Antisemitisme Picu Perang Kata-Kata

Hubungan diplomatik antara Israel dan Prancis memanas akibat rencana Paris untuk mengakui negara Palestina pada bulan depan. Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu, menyerang Presiden Prancis, Emmanuel Macron, dengan tuduhan bahwa langkah tersebut dapat meningkatkan antisemitisme di negara tersebut. Namun, Prancis tidak tinggal diam dan langsung memberikan serangan balik terhadap Netanyahu.
Rencana Prancis Akui Negara Palestina
Prancis berencana untuk secara resmi mengakui negara Palestina sebagai langkah untuk mendukung solusi dua negara dalam penyelesaian konflik Israel-Palestina. Keputusan ini menjadi pukulan bagi Israel, karena Prancis selama ini dikenal sebagai salah satu sekutu penting negara Zionis tersebut.
Netanyahu menyampaikan kecaman keras melalui surat kepada Macron, di mana ia menuding bahwa pengumuman pengakuan negara Palestina akan memperburuk kondisi antisemitisme di Prancis. Menurut Netanyahu, antisemitisme di Prancis sudah meningkat signifikan dalam beberapa tahun terakhir.
Respons Prancis: Tuduhan Antisemitisme adalah "Keji dan Keliru"
Kantor Kepresidenan Prancis menolak tudingan Netanyahu dan menyebut tuduhan tersebut sebagai "keji dan keliru." Prancis menegaskan bahwa negaranya selalu melindungi komunitas Yahudi dan akan terus melakukannya.
Dikutip dari Le Monde, Selasa (19/8/2025), Kantor Kepresidenan Prancis menyatakan bahwa kekerasan terhadap komunitas Yahudi tidak bisa ditoleransi. Sejak tahun 2017, Presiden Macron telah mewajibkan semua pemerintahannya untuk menunjukkan sikap tegas terhadap para pelaku tindakan antisemit, terutama setelah serangan teroris pada 7 Oktober 2023.
"Selain hukuman pidana, kami telah menerapkan langkah-langkah paling keras terhadap para pelaku tindakan antisemit," ujar pernyataan resmi Kantor Kepresidenan Prancis.
Prancis juga menegaskan bahwa tuduhan dalam surat Netanyahu tidak akan dibiarkan tanpa jawaban.
Statistik Antisemitisme di Prancis
Prancis merupakan rumah bagi komunitas Yahudi terbesar di Eropa. Menurut data dari Kementerian Dalam Negeri Prancis, tindakan antisemite di negara tersebut mengalami lonjakan signifikan dari 436 kasus pada tahun 2022 menjadi 1.676 kasus pada tahun 2023. Namun, jumlah tersebut kembali turun menjadi 1.570 kasus pada tahun 2024.
Meskipun demikian, Prancis tetap menegaskan komitmennya untuk melindungi warga Yahudi dan menindak tegas setiap bentuk kebencian terhadap komunitas tersebut.
Implikasi Diplomatik
Perang kata-kata antara Israel dan Prancis menunjukkan betapa sensitifnya isu pengakuan negara Palestina di kancah internasional. Langkah Prancis dianggap oleh banyak pihak sebagai dukungan kuat terhadap hak-hak rakyat Palestina, sementara Israel khawatir bahwa langkah ini dapat memperburuk ketegangan regional.
Konflik ini juga menyoroti kompleksitas hubungan diplomatik di Timur Tengah, di mana pendekatan satu negara terhadap isu Palestina sering kali memicu reaksi keras dari sekutu-sekutunya.
Kesimpulan:
Tuduhan antisemitisme dari Benjamin Netanyahu kepada Prancis memicu respons tegas dari Emmanuel Macron dan pemerintahannya. Prancis menegaskan komitmennya untuk melindungi komunitas Yahudi sambil tetap menjalankan kebijakan luar negeri yang mendukung solusi dua negara untuk konflik Israel-Palestina. Langkah ini menunjukkan bahwa isu pengakuan negara Palestina tetap menjadi titik perpecahan di panggung internasional.