Macet Berkepanjangan di Sawangan, Solusi Tak Kunjung Hadir

Semakin bertambahnya jumlah kendaraan, semakin membuat kemacetan bertambah. Bukan hanya di pusat kota seperti Jakarta saja, tapi hingga ke area pinggiran kota seperti Sawangan, Depok, Jawa Barat.
Kemacetan di kawasan Sawangan seolah tak pernah ada habisnya. Setiap pagi dan sore, arus kendaraan menumpuk hingga membuat jalanan berubah layaknya arena “jalan kaki bermesin”.
Pertumbuhan perumahan dan jumlah kendaraan yang terus bertambah, tak diimbangi dengan kapasitas jalan yang masih sama dari dulu.
Situasi semakin pelik dengan perilaku sebagian pengendara yang kerap mengambil jalur zig-zag, bahkan parkir sembarangan di bahu jalan. Kondisi itu membuat ruang gerak kendaraan kian terbatas.
Tak jarang, satu kilometer perjalanan bisa memakan waktu hingga setengah jam. Apalagi, ketika jam pulang kantor atau setelah hujan reda.
Bagi warga yang setiap hari melintas, kesabaran menjadi modal utama. Ada yang memilih berangkat sejak subuh hanya agar terhindar dari antrean panjang.
Namun, saat jam sibuk tiba, Sawangan tetap menjadi “sirkuit” uji kesabaran dan alasan keterlambatan yang tak pernah lekang.
Gilang Satria, karyawan swasta yang tinggal di kawasan Citayam dan bekerja di Jakarta, mengatakan, macet di Sawangan itu dikarenakan kesalahan tata letak. Pemerintah Depok tidak memikirkan kawasan itu akan tumbuh pesat.
Kemacetan di Jalan Raya Muchtar Sawangan, Kota Depok, Rabu (25/6/2025).
"Jadi, jalanannya tidak sebanding dengan pertumbuhan mobil dan cluster yang ada di situ. Titik utamanya kan Tol Sawangan, lalu Parung Bingung, dan Tugu Batu," ujar Gilang, kepada Kompas.com, belum lama ini.
"Tugu Batu sudah ditutup, itu sebenarnya sudah sedikit mengurai kemacetan di depan Superindo. Tapi, masalahnya banyak pertigaan lainnya, seperti Parung Bingung. Kalau dari arah Sawangan, mau ke kanan, pasti harus mengalah, itu yang bikin macetnya tidak selesai-selesai," kata Gilang.
Menurut Gilang, kalau bicara soal kemacetan, sepertinya hampir setiap saat. Kalau tidak mau terkena macet, mungkin di atas jam 10 malam atau sebelum jam 6 pagi. Sisanya, pasti sangat macet, apalagi jika bawa mobil.
Lalu lintas kendaraan di Jalan Raya Sawangan, Senin (16/6/2025).
"Karena pertigaan Tugu Batu sudah ditutup, otomatis kan harus putar balik dulu di depan sekolah Yapan, itu kan tanjakan. Itu juga luar biasa, tanjakan curam, sedikit berbelok ke kiri, banyak truk yang tidak kuat menanjak, itu bikin macet juga. Jadi, sebenarnya tidak menyelesaikan kemacetan secara maksimal juga," ujarnya.
Dio Dananjaya, karyawan swasta yang tinggal di daerah Citayam, mengatakan, dia jarang melewati kawasan Sawangan. Tapi, kalau naik mobil, Sawangan adalah akses tercepat menuju tol.
"Kalau dari Citayam, itu normalnya tidak sampai setengah jam. Tapi, kalau lagi macet, itu bisa satu jam, dari Citayam sampai gerbang tol Sawangan. Itu memang setiap pagi, jam berangkat kerja, jam sekolah, itu macet. Siang kosong sedikit, baru lancar itu malam hari. Baru kosong ya di atas jam 24.00," kata Dio.
Kondisi macetnya kendaraan di Pertigaan Tugu Batu, yang menghubungkan Jalan Raya Muchtar Sawangan dan Jalan Sawangan Permai, Selasa (18/3/2025) siang.
Dea Oktavianti, warga Sawangan, mengatakan, yang membuat kemacetan awalnya dari Tugu Sawangan. Dia sendiri tidak paham kenapa di sana bisa sangat macet.
"Ditambah banyak pertigaan, seperti Parung Bingung, Arco, Gang Duren, jadilah bikin macet sampai ke tol. Nah, di tol semakin menumpuk, dari lima jalur harus rebutan ke satu jalur," ujar Dea.
"Saya beruntung karena rumah di Komplek BDN. Jadi, tidak begitu kena imbas macetnya. Kalau rush hour (jam sibuk), dari keluar tol sampai BDN saja yang mengesalkan, soalnya bisa 30 menit sendiri," kata Dea.
Jalur dari arah barat atau Depok Town Center (DTC) yang sedang ditutup menunggu giliran untuk melintasi perempatan Sawangan, Kota Depok, Selasa (6/2/2024).
"Belum kalau ada insiden, seperti truk mogok di Parung Bingung atau Tugu, itu chaos sih, bisa satu jam lebih dari pintu tol sampai BDN, saking stuck-nya. Makanya, kalau dari BDN, saya anti banget ke arah Parung Bingung pas rush hour atau pas akhir pekan. Soalnya, dari BDN sampai Parung Bingung saja kan cuma sekitar 1 Km, tapi bisa 30 menit sendiri jika macet," ujarnya.
Dea menambahkan, itu biasanya kalau rush hour pas weekdays atau hari kerja. Tapi, jika akhir pekan, dari siang biasanya sudah sangat macet, sampai malam hari.
Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!