Bukan Hanya Belajar, Rasa Berharga Jadi Kunci Anak Bisa Berprestasi

Setiap orangtua ingin anaknya tumbuh menjadi sosok yang berprestasi tinggi.
Inilah mengapa mereka gencar mendaftarkan anak ke berbagai les sepulang sekolah untuk mendapatkan pelajaran tambahan.
Dengan begitu, keterampilan mereka bakal semakin bertambah dan peluang untuk menjadi sukses kelak bakal lebih luas.
Kendati demikian, keinginan orangtua agar anaknya berprestasi tinggi bisa berubah menjadi sebuah beban.
Disadur dari CNBC, Minggu (24/8/2025), ternyata rahasia di balik anak berprestasi tinggi adalah percaya bahwa nilaimu datang dari nilai yang melekat, dan kemampuanmu untuk membuat dampak positif pada dunia.
Inilah yang disebut sebagai "mattering mindset", atau pola pikir "saya berharga".
Pola pikir ini adalah ketika anak tahu mereka dihargai oleh orangtuanya, terlepas dari hasilnya. Mereka dibebaskan untuk mengambil risiko, belajar dari kesalahan, berusaha lebih keras, dan pulih lebih cepat.
Anak berprestasi tinggi bukan karena takut
Termotivasi oleh ketakutan
Dalam artikelnya, penulis Jennifer Breheny Wallace mengungkapkan, banyak anak muda saat ini termotivasi oleh ketakutan.
"Mereka takut jika mereka gagal, mereka akan kurang dicintai atau diterima, seolah-olah nilai mereka bergantung pada kinerjanya," tulis Wallace.
Kasih sayang orangtua tidak konsisten
Pada tahun 2021, Wallace bekerja sama dengan peneliti dari Baylor University untuk menyelidiki dampak dari budaya pencapaian (achievement culture) di kalangan orang dewasa muda.
"Survei kami dari hampir 500 siswa mengungkap temuan yang serius. Lebih dari setengahnya percaya, kasih sayang orangtua naik turun berdasarkan kinerja mereka," ungkap Wallace.
Adapun, hasil survei juga terdapat dalam buku Wallace berjudul "Never Enough: When Achievement Culture Becomes Toxic -- and What We Can Do About It".
Psikolog menyebut ini sebagai "conditional regard", yakni ketika kasih sayang orangtua bergantung pada anak memenuhi harapan tertentu, baik dari segi akademik, atletis, maupun perilaku.
Anak yang dibesarkan dengan pola asuh seperti itu bisa menjadi sangat takut akan kesalahan, sehingga kemunduran kecil pun bisa mengguncang diri mereka.
"Itu dapat mengikis harga diri, mempercepat burnout, dan membuat anak merasa tidak punya tujuan begitu penghargaan berhenti datang, atau rentan terhadap depresi ketika mereka mengalami kemunduran," tutur Wallace.
Cara membuat anak merasa berharga
Menurut Wallace, ayah dan ibu bisa membantu anak membangun mattering mindset atau membuat anak merasa berharga dengan beberapa cara berikut ini.
1. Pahami anak
Memahami anak bukan sekadar mengetahui apa warna kesukaan mereka, serta makanan dan minuman yang mereka benci.
Orangtua perlu memahami anak secara menyeluruh. Ketahui apa yang membuat mereka senang, tantangan yang disembunyikan, dan kekuatan yang mereka miliki, tapi sering terabaikan.
"Semakin kita memahami keanehan dan bakat mereka, semakin anak dan dirinya yang unik merasa 'terlihat'," kata Wallace.
Menurut dia, merasa dikenal dan dicintai adalah bahan bakar yang kuat bagi anak untuk berprestasi tinggi.
2. Ingatkan bahwa nilai diri mereka tidak bisa dinegosiasi
Ketika anak mengalami kegagalan, seperti tidak lolos mengikuti seleksi tim sepak bola sekolah atau mendapat nilai jelek di sekolah, ingatkan bahwa itu tidak memengaruhi nilai diri mereka.
Ibaratnya seperti ketika kita memegang selembar uang Rp 20.000. Nilainya tetap Rp 20.000, baik ketika uang dalam keadaan kering maupun basah dan lecek.
3. Jangan marah
Setiap anak juga sama seperti ayah dan ibu. Mereka pun ingin sukses dan berprestasi tinggi.
Jadi, ketika mereka tidak berkembang, jangan langsung marah. Ambil langkah mundur dan tanyakan mengapa.
"Apakah ini perbedaan belajar yang belum diketahui? Konflik sosial? Gaya mengajar yang tidak cocok? Kesulitan adalah petunjuk," tutur Wallace.
Ketika ayah dan ibu mengekspresikan kemarahan atas kinerja anak, ini dapat merusak hubungan yang udah terjalin.
Keingintahuan orangtua terhadap apapun yang terjadi pada anak dapat menjaga hubungan, dan merupakan pintu gerbang menuju prestasi tinggi.
4. Rayakan hal sekecil apapun
Biarkan anak tahu bahwa tindakan apapun yang mereka lakukan, mampu membuat perbedaan.
Misalnya adalah ketika anak menghibur kakak atau adiknya, mencerahkan hari teman-temannya, atau menawarkan solusi yang cerdas.
Luangkan waktu untuk mengingatkan anak bahwa nilai mereka jauh melampaui pencapaian mereka.
5. Biarkan wajah mencerminkan perasaan senang
Seringkali, ketika ayah dan ibu sangat fokus untuk mempersiapkan masa depan anak, mereka lupa menunjukkan kegembiraan yang dirasakan hanya dengan menjadi orangtua anak.
Setidaknya, tunjukkan kehangatan dan kasih sayang sehari sekali, terlepas dari kinerja mereka.
Biarkan anak tahu bahwa mereka sama dihargainya pada hari terburuknya, seperti halnya mereka pada hari terbaiknya.
Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!