Sebut Warga "Orang Tolol", Eks Wakapolri Oegroseno: Tak Pantas Wakil Rakyat Bicara seperti Ahmad Sahroni

Ahmad Sahroni, gaji DPR, eks wakapolri oegroseno, kritik DPR, pembubaran DPR, Sebut Warga

Wakil Ketua Komisi III DPR RI, Ahmad Sahroni, menuai sorotan tajam setelah pernyataannya yang dianggap kasar terkait desakan masyarakat untuk membubarkan DPR.

Ucapannya bahkan memantik reaksi keras dari eks Wakapolri Komjen Pol (Purn) Oegroseno yang merasa tersinggung secara pribadi.

Pernyataan Sahroni itu kemudian menyulut reaksi Oegroseno. Dalam unggahannya di Instagram, Selasa (26/8/2025), ia mengaku sakit hati dengan ucapan Sahroni.

"Sebagai purnawirawan Polri, saya merasa sakit hati dengan ucapan itu. Saya ini juga bagian dari masyarakat Indonesia. Jadi, kalau masyarakat disebut tolol, saya juga termasuk di dalamnya," tegas Oegroseno.

Menurutnya, pernyataan tersebut tidak pantas keluar dari seorang wakil rakyat yang dipilih langsung oleh masyarakat.

"Tidak sepantasnya orang yang dipilih rakyat, memberikan pernyataan ini," lanjutnya.

Mengapa Kritik Masyarakat Disebut Penting?

Ahmad Sahroni, gaji DPR, eks wakapolri oegroseno, kritik DPR, pembubaran DPR, Sebut Warga

Wakil Ketua Komisi III DPR RI, Ahmad Sahroni saat ditemui awak media di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (19/8/2025).

Sahroni sendiri mengakui bahwa anggota DPR bukan anti kritik. Justru, menurutnya, kritik dapat menjadi ruang perbaikan bagi lembaga legislatif.

Namun ia menolak keras gagasan membubarkan DPR karena dianggap tidak sejalan dengan prinsip demokrasi.

Pernyataan ini memunculkan perdebatan luas di masyarakat, mengingat kritik terhadap DPR merupakan bagian dari kebebasan berpendapat.

Banyak pihak menilai, alih-alih merespons dengan emosional, seorang pejabat seharusnya merangkul aspirasi masyarakat secara bijak.

Bagaimana Sikap Sahroni Saat Demo di Depan DPR?

Pasca kontroversi itu, Sahroni mencoba melunakkan suasana dengan memberi apresiasi terhadap aksi demo di depan Gedung DPR RI, Senin (25/8/2025). Ia mengaku mendengarkan langsung aspirasi massa, meski secara diam-diam.

“Para pedemo yang kemarin di Gerbang Pancasila itu sangat akomodatif dan aspirasi tersalurkan melalui komunikasi yang terbuka. Itu bagus sekali, karena saya dengar langsung di sana. Tapi kan saya enggak mungkin menampakkan fisik. Saya ngumpet-ngumpet dan mendengar langsung,” ungkap Sahroni.

Bahkan, ia memberikan "empat jempol" untuk aksi damai tersebut. Menurutnya, penyampaian aspirasi di ruang terbuka tanpa tindakan anarkis patut diapresiasi.

Meski memuji aksi damai, Sahroni tetap menyoroti adanya gesekan antara massa aksi dan aparat. Ia menilai peristiwa tersebut bukan bagian dari penyampaian aspirasi, melainkan ulah pihak yang disebutnya bermental preman.

“Terkait dengan aksi massa yang akhirnya ada sedikit gesekan dengan petugas, saya rasa itu bukan bagian demo untuk menyalurkan aspirasi. Tetapi itu orang-orang yang cuma berpikiran cara premanisme. Itu menurut saya sangat memalukan ya. Itu bukan demo, tapi itu layaknya premanisme,” tegasnya.

Polemik ini bermula ketika Sahroni menyebut masyarakat yang menyerukan pembubaran DPR sebagai "orang tolol sedunia" saat kunjungan kerja ke Polda Sumut, Jumat (22/8/2025).

Menurutnya, desakan tersebut adalah bentuk sikap keliru yang mencerminkan mental orang bodoh.

Meski begitu, ia menegaskan kritik terhadap DPR bukan hal yang dilarang. Namun ia menekankan pentingnya adat istiadat dan sopan santun dalam menyampaikan kritik.

"Boleh saja mengkritik DPR, namun tetap harus mengedepankan adat istiadat dan sopan santun," ucap Sahroni.

Sebagian artikel ini telah tayang di dan TribunJakarta.com dengan judul Ucapan Kasar Sahroni Bikin Oegroseno Sakit Hati, Kini Kasih Jempol Pendemo 'Saya Ngumpet-ngumpet'.

Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!