Orangtua, Jangan Malu untuk Mengakui Anak dengan Epilepsi

– Epilepsi adalah penyakit gangguan sistem saraf pusat, yang membuat aktivitas otak menjadi tidak normal.
Gejala epilepsi adalah kejang berulang yang diakibatkan oleh lepasnya muatan listrik neutron otak secara berlebihan. Biasanya, kondisi kejang berulang disertai dengan hilangnya kesadaran.
Gina merupakan orangtua Gwenny. Anaknya, saat ini berusia hampir tujuh tahun, adalah Orang dengan Epilepsi (ODE). Gwenny mengidap epilepsi sejak berusia lima bulan.
Sebagai seorang ibu sekaligus pengasuh (caregiver) ODE, Gina mengatakan bahwa masih ada orangtua yang malu mengakui bahwa anak mereka adalah ODE.
“Sebenarnya, banyak yang menyembunyikan atau enggak mau cerita bahwa anak mereka epilepsi. Karena, kadang masih ada orang yang menganggapnya menjijikan, lalu dibilang penyakit yang menular atau menurun, bahkan kutukan,” ungkap dia kepada Kompas.com beberapa waktu lalu.
Gina memang sempat merasa malu dan tidak menerima kondisi anaknya. Akan tetapi, perasaan itu berhasil diluluhkan oleh orangtuanya dan dokter yang merawat Gwenny.
Menurut dia, penting bagi orangtua agar tidak malu dengan kondisi anaknya. Bahkan, ia menganjurkan untuk memberi tahu kondisi anak yang mengalami epilepsi ke lingkungan di sekitarnya.
Sebab, orangtua tidak bisa 24 jam bersama dengan anak. Terutama jika anak sudah memasuki usia sekolah.
“Ketika terbuka dengan keadaan anak ke orang lain, ke orang yang bisa dipercaya, entah itu guru atau orangtua murid yang menemani anaknya, setidaknya mereka tahu langkah apa yang perlu diambil,” jelas Gina.
Sebagai contoh, jika Anak dengan Epilepsi (ADE) sedang kambuh, orang-orang di sekitarnya sudah tahu bahwa kejang itu merupakan epilepsi, bukanlah kejang karena kesurupan.
Adapun, ini untuk menghindari penghakiman dari orang lain yang masih awam tentang penyakit tersebut.
Kemudian, orang-orang tersebut bisa mengambil tindakan yang tepat dalam menangani ADE yang kambuh sembari menunggu orangtua atau pengasuh mereka datang.
“Saya menjelaskan ke ibu-ibu, saya bilang kalau orang epilepsi dibuka bajunya (saat kambuh) dan dimiringkan badannya. Jadi, kalau amit-amit anak saya kayak begitu, orangtua lain yang menemani ketika saya enggak ada. Dan semoga mereka melakukan seperti yang sudah saya jelaskan,” tutur Gina.
Hal serupa juga diharapkan apabila Gwenny kambuh saat berada di dalam kelas. Guru yang sedang berada di kelas tahu harus berbuat apa.
“Itu yang disuruh dokter. Sebenarnya harus (dikomunikasikan), harus tahu. Jadi, ketika saya enggak ada, anak saya bisa ditangani dengan benar. Bukannya digendong atau digoyang-goyang, dan kalau memang kejangnya lama harus dibawa ke rumah sakit,” papar Gina.
Sebagai informasi, Gwenny hanya kejang tiga kali sebelum minum obat. Setelah minum obat, ia sempat kejang sekali tetapi berulang kali, karena pengobatan sempat dihentikan.
Sejak pengobatan dilanjutkan kembali, sampai saat ini kejangnya tidak kambuh. Bahkan, kini dokter sudah merekomendasikan untuk menghentikan obat, namun Gina masih ragu karena khawatir.