Insiden Pelemparan Bus Persik, Pentolan Bonek Desak PT LIB dan Komdis Ambil Langkah Nyata

Pentolan suporter Persebaya Surabaya, yang biasa disapa Cak Conk mengaku geram dan kecewa atas insiden pelemparan batu ke bus Persik Kediri.
Insiden itu terjadi usai laga pekan ke-32 Liga 1 2024-2025 antara Arema FC vs Persik Kediri di Stadion Kanjuruhan Kepanjen, Kabupaten Malang, Minggu (11/5/2025) malam.
Insiden ini bak menunjukkan belum adanya perubahan nyata di sepak bola Indonesia usai terjadinya Tragedi Kanjuruhan yang menewaskan lebih dari 135 orang pada 2022 silam.
“Sangat menyayangkan dan menyesal. Kita sepakat pasca-Tragedi Kanjuruhan 1 Oktober 2022 itu dengan federasi bahwa transformasi sepak bola harus bergerak untuk lebih baik,” katanya kepada sejumlah jurnalis termasuk Kompas.com.
“Ini belum genap 1.000 hari sejak tragedi itu. Di tempat yang sama, saat Arema FC pertama kali main kandang lagi, malah terjadi hal memalukan yang mencederai sportivitas. Bus tim Persik dilempari batu sampai ada korban."
"Apa mereka benar-benar tidak belajar dari kejadian lalu, dari hilangnya 135 lebih nyawa? Semua itu terjadi di sana, dan sekarang terulang,” tutur Cak Conk yang bernama lengkap Husein Ghozali itu.
Lebih lanjut, ia menyinggung dampak sistemik dari kejadian-kejadian seperti ini. Ulah segelintir oknum dinilainya malah menyeret seluruh komunitas suporter ke dalam sanksi dan larangan, termasuk dilarangnya pendukung ikut bertandang.
“Kita sampai dikucilkan dari sepak bola dunia karena ulah mereka, kini di tempat itu lagi. Kita jadi tidak bisa away, tidak bisa bersilaturahmi dengan suporter lain. Semua terdampak karena satu klub,” sambungnya.
Kini, ia menekankan bahwa hukuman sebatas denda atau larangan bermain saja tidak cukup untuk memberikan efek jera. Ia menuntut langkah lebih konkret dari Komite Disiplin PSSI dan PT LIB.
"Coba lihat PSSI Jateng yang berani diskualifikasi PPSM Magelang dari Liga 4. Tegas, dan itu bisa jadi contoh,” kata pemilik Warkop Pitulikur di Surabaya.
“Ya selama ini hanya sebatas materi berapa juga. Kan waktu tragedi Kanjuruhan hanya berapa juta gitu. Terus selanjutnya untuk menyadarkan mereka tidak ada."