Cacing Laut Laor, Bisa Diolah Jadi Apa?

laor, Laor, Cacing laut laor, cacing laut laor, kuliner maluku utara, kuliner khas maluku utara, olahan laor, sherly gubernur malut, Cacing Laut Laor, Bisa Diolah Jadi Apa?

Cacing laut laor belum lama ini dikenalkan oleh Gubernur Maluku Utara Sherly Tjoanda Laos sebagai makanan khas Maluku Utara yang rasanya seperti caviar dicampur mentega.

Mengutip Jurnal Biopendix berjudul "Analisis Kadar Protein Cacing Laor (Polychaeta) dari Perairan Pulau Ambon", Volume 3, Nomor 2, Maret 2017, laor adalah salah satu biota khas perairan Maluku, yang juga dikenal dengan nama cacing wawo.

Cacing ini, muncul ke permukaan perairan satu kali dalam setahun, yaitu pada bulan Maret atau April, pada malam purnama, atau beberapa hari setelahnya.

Laor muncul ke permukaan untuk melakukan swarming, yaitu peristiwa ketika cacing laut dari jenis tertentu berkerumun dalam jumlah melimpah di sekitar permukaan air untuk melakukan perkawinan secara eksternal.

Pada saat itu lah masyarakat menangkap laor menggunakan saringan tradisional untuk dijadikan bahan pangan tradisional.

Cacing laut laor bisa diolah jadi apa?

Menambahkan dari Jurnal Ilmiah Kearifan Lokal berjudul "Penangkapan dan Pengolahan Laor secara Tradisional di Kepulauan Maluku" Volume 12 Nomor 2, Juli 2020,  laor setidaknya bisa diolah menjadi tiga produk, yaitu laor lawar, laor kari, laor goreng, dan laor asin.

Laor lawar biasanya diolah menggunakan bahan baku ikan goreng dan kelapa yang dihaluskan hingga mengeluaran minyak. Kemudian, dicampur dengan beberapa bumbu dapur dan ditaburi kacang tanah atau kenari.

Sedangkan untuk laor asin (bakasang) hanya menggunakan garam saja, kemudian dimasukkan ke dalam botol, dan dibiarkan berfermentasi selama lebih dari satu tahun.

Laor lawar biasanya dikonsumsi dengan gayang rebus, sedangkan laor asin dikonsumsi dengan terong mentah.

Di Maluku Tengah, laor umumnya diolah menjadi laor kedondong, laor tumis dan laor asin. Laor kedondong ialah laor yang dimasak menggunakan keondong, daun jeruk, beberapa rempah, lalu ditaburi kenari.

Sementara laor asin, setelah difermentasi, disantap bersama terong mentah, singkong rebus, atau dimakan bersama papeda.

Lain halnya di Maluku Tenggara, masyarakat di sana mengolah laor menjadi laor tumis dan laor panggang.

Laor tumis di Maluku Tenggara dimasak bersama bumbu tumisan. Sementara laor panggang, mulanya akan diberi bumbu kemudian dibungkus dengan daun pisang sebelum diasapi hingga matang.

Masyarakat di Maluku Tenggara juga mengolah bakasang, yaitu dengan cara menambahkan cuka atau jus jeruk pada laor.