Industri Otomotif dan Kontroversi Pertambangan Nikel di Raja Ampat

pertambangan nikel, industri otomotif, kendaraan listrik, Industri Otomotif, Kendaraan Listrik, Kendaraan listrik, Raja Ampat, Industri Otomotif dan Kontroversi Pertambangan Nikel di Raja Ampat, Narasi Mengenai Nikel dan Industri Otomotif Perlu Diluruskan, Baterai Mobil Listrik Chery Tidak Mengandung Nikel, Pentingnya Pemahaman Utuh tentang Teknologi Kendaraan Listrik, Peralihan ke Baterai LFP dalam Kendaraan Listrik

Aktivitas pertambangan nikel di Raja Ampat, Papua, mendapatkan penolakan keras dari masyarakat serta pelaku industri pariwisata.

Kekhawatiran utama datang dari potensi kerusakan lingkungan, gangguan terhadap ekosistem laut, dan ancaman terhadap sektor pariwisata yang menjadi tulang punggung ekonomi masyarakat lokal.

Isu ini kemudian meluas ke ranah industri otomotif, khususnya terkait kendaraan listrik (EV), karena nikel adalah bahan utama dalam produksi baterai mobil listrik.

Narasi Mengenai Nikel dan Industri Otomotif Perlu Diluruskan

pertambangan nikel, industri otomotif, kendaraan listrik, Industri Otomotif, Kendaraan Listrik, Kendaraan listrik, Raja Ampat, Industri Otomotif dan Kontroversi Pertambangan Nikel di Raja Ampat, Narasi Mengenai Nikel dan Industri Otomotif Perlu Diluruskan, Baterai Mobil Listrik Chery Tidak Mengandung Nikel, Pentingnya Pemahaman Utuh tentang Teknologi Kendaraan Listrik, Peralihan ke Baterai LFP dalam Kendaraan Listrik

Daftar 10 tambang nikel terbesar dunia berdasarkan data GlobalData

Menanggapi hal ini, Rifkie Setiawan, Head of Brand Department PT Chery Sales Indonesia (CSI), menilai bahwa narasi yang mengaitkan penggunaan nikel hanya dengan industri otomotif perlu diluruskan. "Tidak bisa dipungkiri bahwa beberapa brand otomotif menjual BEV masih menggunakan nikel sebagai salah satu bahan baku utama baterai. Namun, narasi yang saat ini seolah-olah bahwa penggunaan nikel hanya ditujukan pada industri otomotif kurang tepat," ujarnya.

Rifkie menjelaskan bahwa saat ini, telah banyak produsen otomotif yang beralih ke teknologi baterai yang lebih ramah lingkungan dan tidak mengandalkan nikel, seperti Lithium Iron Phosphate (LFP). "Walaupun banyak juga yang beralih kepada bahan lain, seperti yang digunakan oleh kendaraan listrik murni Chery, seperti E5 dan J6, yaitu jenis LFP yang mana komposisi utamanya adalah Iron (Fe)," tambahnya.

Ia juga menegaskan pentingnya memastikan kritik terhadap teknologi baru dilakukan secara proporsional dan berdasarkan data yang akurat. "Padahal kenyataannya, sampai saat ini penggunaan nikel maksimal hanya 15 persen, dan diproyeksi mencapai 35 persen di industri otomotif menurut verifiedmarketreport.com. Mayoritas sisanya berada di industri stainless steel, yang berkontribusi sebesar 85 persen dan diproyeksi turun menjadi 65 persen," katanya.

Baterai Mobil Listrik Chery Tidak Mengandung Nikel

pertambangan nikel, industri otomotif, kendaraan listrik, Industri Otomotif, Kendaraan Listrik, Kendaraan listrik, Raja Ampat, Industri Otomotif dan Kontroversi Pertambangan Nikel di Raja Ampat, Narasi Mengenai Nikel dan Industri Otomotif Perlu Diluruskan, Baterai Mobil Listrik Chery Tidak Mengandung Nikel, Pentingnya Pemahaman Utuh tentang Teknologi Kendaraan Listrik, Peralihan ke Baterai LFP dalam Kendaraan Listrik

Handover 2.000 unit EV Chery J6

Lebih lanjut, Rifkie mengungkapkan bahwa mobil-mobil listrik Chery yang dipasarkan di Indonesia tidak menggunakan nikel dalam baterainya. "Jika kita lihat data penjualan di Indonesia terkait mobil BEV, mayoritas yang diminati justru yang baterainya dibuat dari bahan lain," tuturnya.

Menariknya, Chery sendiri berada di posisi empat besar penjualan BEV di Indonesia dari Januari hingga April 2025. "Dari sini, seharusnya justru menunjukkan tren yang bisa menekan penggunaan nikel sebagai bahan utama baterai berangkat dari respons pasar otomotif Indonesia," tegasnya.

Pentingnya Pemahaman Utuh tentang Teknologi Kendaraan Listrik

Hendro Sutono, pegiat kendaraan listrik sekaligus juru bicara KOSMIK Indonesia (Komunitas Sepeda/Motor Listrik Indonesia), menanggapi isu ini dengan menekankan pentingnya pemahaman yang utuh mengenai teknologi kendaraan listrik. "Seiring meningkatnya minat global terhadap kendaraan listrik (EV), muncul pula berbagai narasi yang mempertanyakan seberapa ramah lingkungan teknologi ini," ungkapnya.

Menurut Hendro, salah satu kritik yang sering dilontarkan adalah tudingan bahwa kendaraan listrik, melalui kebutuhan baterainya, mendorong perluasan tambang nikel yang merusak lingkungan dan mengancam masyarakat lokal. "Narasi tersebut bisa dibilang menyesatkan bila tidak dilandasi pemahaman yang utuh tentang jenis-jenis baterai yang digunakan dalam kendaraan listrik saat ini," jelasnya.

pertambangan nikel, industri otomotif, kendaraan listrik, Industri Otomotif, Kendaraan Listrik, Kendaraan listrik, Raja Ampat, Industri Otomotif dan Kontroversi Pertambangan Nikel di Raja Ampat, Narasi Mengenai Nikel dan Industri Otomotif Perlu Diluruskan, Baterai Mobil Listrik Chery Tidak Mengandung Nikel, Pentingnya Pemahaman Utuh tentang Teknologi Kendaraan Listrik, Peralihan ke Baterai LFP dalam Kendaraan Listrik

NETA X Pakai Baterai LFP Lokal Berkualitas Global.

Hendro menekankan bahwa kritik terhadap dampak lingkungan dari pertambangan nikel tetap penting, tetapi menyamaratakan bahwa seluruh kendaraan listrik bertanggung jawab atas kerusakan lingkungan akibat tambang nikel adalah pandangan yang keliru. "Dalam beberapa kasus, narasi tersebut bahkan dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang merasa dirugikan oleh transisi energi, baik secara ekonomi maupun politik," tambahnya.

Peralihan ke Baterai LFP dalam Kendaraan Listrik

Hendro juga menegaskan bahwa mayoritas baterai kendaraan listrik saat ini tidak lagi bergantung pada nikel. "Fakta terbaru menunjukkan bahwa mayoritas kendaraan listrik yang diproduksi saat ini tidak lagi bergantung pada nikel sebagai bahan baku utama baterainya," ujarnya.

Ia menjelaskan bahwa sejumlah produsen besar, seperti Tesla, BYD, dan berbagai perusahaan otomotif di China, telah beralih menggunakan teknologi baterai LFP. "Bahkan, di pasar kendaraan listrik global, diperkirakan lebih dari 50 persen mobil listrik yang beredar pada 2024 menggunakan baterai LFP. Di Tiongkok, angka ini bahkan lebih tinggi; sekitar 70 persen," pungkasnya.

pertambangan nikel, industri otomotif, kendaraan listrik, Industri Otomotif, Kendaraan Listrik, Kendaraan listrik, Raja Ampat, Industri Otomotif dan Kontroversi Pertambangan Nikel di Raja Ampat, Narasi Mengenai Nikel dan Industri Otomotif Perlu Diluruskan, Baterai Mobil Listrik Chery Tidak Mengandung Nikel, Pentingnya Pemahaman Utuh tentang Teknologi Kendaraan Listrik, Peralihan ke Baterai LFP dalam Kendaraan Listrik

Baterai mobil listrik buatan LG-Hyundai

Kesadaran masyarakat akan dampak lingkungan dari aktivitas pertambangan nikel sangat penting.

Namun, perlu ada pemahaman yang lebih baik tentang teknologi kendaraan listrik yang ada saat ini, sehingga kritik yang dilontarkan dapat bersifat konstruktif dan mendukung transisi menuju energi yang lebih berkelanjutan.