Top 8+ Fakta Bandara Dhoho Kediri, dari Bandara Internasional hingga Sepi Penumpang
- 1. Tidak Ada Penerbangan Komersial Sejak Mei 2025
- 2. Citilink Jadi Satu-satunya Maskapai yang Beroperasi
- 3. Keterisian Penumpang Sangat Rendah
- 4. Harga Tiket Lebih Mahal dari Bandara Juanda
- 5. Belum Ada Transportasi Umum ke Bandara Dhoho Kediri
- 6. Belum Didukung Potensi Wisata yang Kuat
- 7. Bandara Megah, Tapi Belum Terintegrasi
- 8. Dibangun Tanpa Dana APBN, Jadi Tonggak Sejarah Baru

Bandara Dhoho di Kabupaten Kediri, Jawa Timur, pernah digadang-gadang menjadi alternatif bandara internasional di wilayah selatan Jawa Timur.
Namun, sejak pertengahan Mei 2025, bandara tersebut sepi aktivitas penerbangan.
Berikut delapan fakta penting yang mengungkap kondisi sepinya Bandara Dhoho Kediri.
1. Tidak Ada Penerbangan Komersial Sejak Mei 2025
Sejak 14 Mei 2025, tidak ada satu pun penerbangan komersial yang berlangsung di Bandara Dhoho. Padahal, bandara ini baru beroperasi penuh pada April 2024.
Pihak Angkasa Pura I menyatakan bahwa penghentian sementara ini disebabkan perawatan pesawat Citilink—satu-satunya maskapai yang melayani rute Kediri-Jakarta.
Meksipun jam operasional bandara tetap buka, namun tidak ada satupun penerbangan komersial yang berlangsung hingga setidaknya akhir Juli 2025.
2. Citilink Jadi Satu-satunya Maskapai yang Beroperasi
Bandara Dhoho awalnya hanya dilayani dua kali penerbangan per minggu oleh Citilink.
Super Air Jet sempat membuka rute ke Balikpapan, namun tidak bertahan lama.
Minimnya jumlah maskapai dan rute membuat daya tarik bandara ini melemah di mata calon penumpang.
3. Keterisian Penumpang Sangat Rendah
Rendahnya okupansi penumpang menjadi salah satu alasan utama berhentinya penerbangan.
Ini bukan semata-mata karena perawatan pesawat, tetapi karena minat pasar yang minim untuk terbang dari Kediri.
Banyak penumpang memilih terbang dari Bandara Juanda yang menawarkan lebih banyak rute dan jadwal.
4. Harga Tiket Lebih Mahal dari Bandara Juanda
Warganet ramai mengeluhkan harga tiket dari Bandara Dhoho yang dianggap lebih mahal dibanding Bandara Juanda di Surabaya.
Dengan harga lebih tinggi dan pilihan rute terbatas, Bandara Dhoho kalah bersaing dari sisi efisiensi biaya dan waktu.
5. Belum Ada Transportasi Umum ke Bandara Dhoho Kediri
Aksesibilitas menjadi tantangan tersendiri. Hingga saat ini, belum tersedia angkutan umum reguler dari kota-kota sekitar seperti Tulungagung, Trenggalek, dan Blitar menuju Bandara Dhoho.
Hal ini membuat penumpang enggan memilih bandara ini sebagai titik keberangkatan.
6. Belum Didukung Potensi Wisata yang Kuat
Dilansir Kompas.com (20/06/2025), menurut pengamat transportasi Djoko Setijowarno, rendahnya minat penumpang juga dipengaruhi oleh belum tergarapnya sektor pariwisata di sekitar Kediri.
“Kalau Dhoho ingin berkembang, daerah sekitar seperti Tulungagung, Trenggalek, dan Blitar harus diajak bersinergi mengembangkan potensi wisatanya. Kalau orang tidak punya alasan kuat ke Kediri, mereka tidak akan terbang ke sana,” ujar Djoko.
7. Bandara Megah, Tapi Belum Terintegrasi
Bandara Dhoho memiliki spesifikasi tinggi, termasuk runway sepanjang 3.300 meter yang bisa didarati pesawat berbadan besar.
Namun, tanpa integrasi dengan transportasi lanjutan dan kawasan penyangga, potensi tersebut belum bisa dimaksimalkan.
“Pemda tak hanya membangun infrastruktur bandara, tetapi juga harus mengembangkan kawasan penyangga dan konektivitasnya,” tambah Djoko.
8. Dibangun Tanpa Dana APBN, Jadi Tonggak Sejarah Baru
Bandara Dhoho di Kediri, Jawa Timur, mencatat sejarah penting sebagai bandara pertama di Indonesia yang dibangun sepenuhnya menggunakan dana dari sektor swasta.
Pembangunan bandara ini tidak melibatkan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN), melainkan skema Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU).
Skema tersebut memungkinkan proyek berjalan lebih cepat, efisien, dan tetap memenuhi standar pelayanan publik.
KPBU adalah skema yang digunakan oleh pemerintah untuk melibatkan peran aktif swasta dalam pembangunan infrastruktur maupun layanan publik.
Demikian fakta mengenai Bandara Dhoho Kediri yang pada awalnya diharapkan dapat mendorong pembangunan ekonomi di selatan Pulau Jawa.
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul dan InJourney Airports Resmi Operasikan Bandara Dhoho Kediri, Jadi Contoh Skema KPBU Pertama di RI.