Penyakit Ngelitik pada Mobil Sebaiknya Jangan Dianggap Remeh

Suara ngelitik pada mesin mobil wajar terjadi, namun ini bukan suara normal. Sebaiknya, konsumen segera memperbaikinya agar tak menyebabkan kerusakan di kemudian hari.
Sugeng Raharjo (49) Sleman, Yogyakarta, pemilik Avanza 1.3 facelift tipe G MT lansiran 2021 menceritakan pengalamannya menangani ngelitik pada Avanza.
“Ngelitik terjadi di awal-awal pemakaian, karena saya pakai mobil ini untuk ojek online dengan mobilitas tinggi, jadi mau tak mau BBM-nya Pertalite yang lebih terjangkau,” ucap Sugeng kepada Kompas.com, Kamis (3/7/2025).
Suara ngelitik pada Avanza tersebut hilang berkat kebiasaan Sugeng merawat dan memakai mobil tersebut.
“Begitu muncul suara ngelitik, saya langsung minta ke bengkel resmi untuk disetel, perawatan mobil juga saya rutin tiap 9.000 Km, paket lengkap mulai dari tune-up, servis rem dan ganti oli,” ucap Sugeng.
Sugeng mengaku royal dalam hal merawat Avanza tersebut, dengan senantiasa perawatan ke bengkel resmi guna mendapatkan perawatan terbaik dan menggunakan jaminan keaslian material seperti pelumas dan onderdilnya.
Beda BBM Pertamina RON 88, 90, dan 92.
“Sampai saat ini suara ngelitik tak pernah muncul lagi meski pakai BBM Pertalite, saya juga membiasakan agar tangki BBM selalu penuh, jadi setelah dipakai langsung diisi lagi, tujuannya agar kualitas BBM tetap baik,” ucap Sugeng.
Berdasarkan buku pedoman kepemilikan Avanza, jenis bahan bakar yang direkomendasikan adalah bensin tanpa timbal dengan RON 90 atau lebih untuk mendapatkan performa terbaiknya.
Paryudi, Technical Leader Nasmoco Bantul mengatakan, suara mesin ngelitik tak boleh diabaikan karena bisa menyebabkan kerusakan.
Ring piston mobil
Suara tersebut bersumber dari ketukan antar komponen di dalam mesin bakar, sehingga dapat mempercepat terjadinya keausan komponen, khususnya pada bagian piston.
“Bila bicara dampaknya, ngelitik juga bisa meningkatkan potensi kerusakan komponen, seperti piston dan dinding silinder, karena suara ngelitik salah satunya dari ketukan antar keduanya,” ucap Paryudi kepada Kompas.com, belum lama ini.
Paryudi mengatakan, getaran berulang akibat detonasi bisa mengikis dinding silinder, sehingga berdampak pada kompresi yang lama kelamaan akan menurun.
Beban berat yang diterima komponen juga akan membuat sejumlah bagian mesin mengalami keausan lebih cepat, termasuk metal duduk, metal jalan, poros engkol dan lainnya.
“Dari segi performa, mesin akan kehilangan daya karena pembakaran yang tidak efisien, dampaknya, tenaga kurang, respon mesin menjadi lebih lemot,” ucap Paryudi.
Selain itu, menurut Paryudi, pembakaran tidak sempurna juga akan menghasilkan emisi lebih tinggi dan berpotensi tidak memenuhi standar.