1 Juta Sarjana Menganggur di Tengah Bonus Demografi, DPR: Ini Bom Sosial

Anggota Komisi IX DPR RI Nurhadi mengkritik keras persoalan pengangguran di kalangan lulusan perguruan tinggi yang kini mencapai lebih dari 1 juta orang.
Menurutnya, kondisi ini menjadi ironi besar dan bentuk kegagalan sistemik, terutama di tengah optimisme bonus demografi menuju Indonesia Emas.
“Lebih dari 1 juta sarjana menganggur? Ini ironi besar di tengah bonus demografi yang katanya menjadi peluang untuk Indonesia Emas,” ujar Nurhadi, Selasa (8/7/2025).
Triliunan Rupiah untuk Pendidikan Tinggi, tapi Serapan Minim
Nurhadi menyoroti bahwa anggaran pendidikan tahun 2025 mencapai Rp 76,4 triliun, dengan alokasi Rp 4,7 triliun khusus untuk pengembangan sarana dan prasarana perguruan tinggi negeri.
Namun, dana besar tersebut belum berbanding lurus dengan tingkat penyerapan lulusan ke dunia kerja.
“Kita sedang menghadapi situasi absurd. Negara mengeluarkan triliunan rupiah untuk pendidikan tinggi, tapi hasilnya justru ‘parkir’ jadi pengangguran,” katanya.
“Ini bukan sekadar angka statistik, ini kegagalan sistemik. Mau sampai kapan bangsa ini pura-pura tidak tahu kalau link and match pendidikan dengan dunia kerja itu macet total?” lanjut dia.
Ini Bom Sosial, Bukan Sekadar Masalah Ekonomi
Nurhadi menyebut fenomena satu juta sarjana menganggur bukan hanya masalah ketidaksesuaian kurikulum, tetapi juga ancaman sosial.
“Kami tak akan diam melihat angka 1 juta sarjana menganggur. Ini bukan sekadar masalah ekonomi, ini bom sosial, ini bentuk pengabaian terhadap generasi emas bangsa,” tegasnya.
Ia mendesak pemerintah segera melakukan reformasi sistem pendidikan vokasional, serta membangun sistem ketenagakerjaan yang berbasis digitalisasi dan industri masa depan.
“Pemerintah harus serius membuat reformasi pendidikan vokasional, penyerapan tenaga kerja berbasis digital dan industri masa depan,” kata dia.
BPS: TPT Turun Tipis, Tapi Pengangguran Lulusan Sarjana Masih Tinggi
Berdasarkan data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) pada 5 Mei 2025, Indonesia memiliki 153,05 juta angkatan kerja per Februari 2025.
Jumlah ini naik 3,67 juta orang dibanding Februari 2024. Dari total itu, 145,77 juta orang telah bekerja, dan 7,28 juta lainnya masih menganggur.
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) nasional tercatat 4,76 persen, menurun 0,06 persen poin dibanding tahun sebelumnya.
Namun, dari total pengangguran, lebih dari 1 juta orang merupakan lulusan universitas — menempatkan sarjana sebagai kelompok pengangguran terbanyak ketiga, setelah lulusan SD–SMP dan SMA.
Berikut rincian pengangguran berdasarkan tingkat pendidikan:
- SD dan SMP: 2.422.846 orang
- SMA: 2.038.893 orang
- SMK: 1.628.517 orang
- Sarjana (Universitas): 1.010.652 orang
- Diploma: 177.399 orang
Upah Buruh Tumbuh Lambat, Masih di Kisaran Rp 3 Juta
Selain itu, rata-rata upah buruh di Indonesia per Februari 2025 tercatat sebesar Rp 3,09 juta, naik 1,78 persen dibanding Februari 2024 yang sebesar Rp 3,04 juta.
Pertumbuhan ini menunjukkan peningkatan yang relatif lambat jika dibandingkan dengan laju inflasi dan beban hidup masyarakat urban.
Sektor Perdagangan Besar dan Eceran serta Reparasi Kendaraan menjadi penyumbang pertumbuhan tenaga kerja terbesar, dengan tambahan 0,98 juta pekerja sepanjang tahun terakhir.
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul .