Piala Pertiwi 2025, Suara dari All Stars Papua Rindukan Kompetisi

Di tengah semangat dan gegap gempita Piala Pertiwi 2025 All Stars U14 & U16 yang berlangsung di Supersoccer Arena Kudus, tim All Stars Papua memiliki harapan yang tulus.
Asisten pelatih tim All Stars Papua, Touskha Oktafia Stevelien Iba, menyampaikan keresahan dan keinginannya.
Ia berharap sepak bola putri, khususnya di Papua mendapatkan perhatian lebih besar melalui adanya kompetisi yang berkelanjutan.
“Kalau saya sendiri, tidak bisa bicara ke depannya, kami tidak ada turnamen. Kadang-kadang kami kumpul dari daerah masing-masing di satu daerah, kemudian kami latihan."
"Tapi, kalau tidak ada turnamen atau kompetisi kami tidak akan melakukan,” tuturnya usai menjalani laga semifinal Piala Pertiwi 2025 kepada jurnalis, termasuk Kompas.com, Sabtu (12/7/2025) siang.

Menurutnya, keberadaan turnamen seperti Piala Pertiwi ini sangat penting. Karena tanpa adanya kompetisi nyata, anak-anak perempuan di Papua hanya akan terus berlatih tanpa arah.
“Kami latihan-latihan saja kalau tidak ada turnamen. Mungkin evaluasinya itu saja, lebih banyak turnamen, agar anak-anak juga lebih banyak menit bermain. Mungkin punya potensi lebih menjalankan,” ujar Touskha Oktafia Stevelien Iba.
Sepak bola putri di Papua menurutnya masih minim kegiatan kompetitif. Banyak bakat muda yang muncul tidak memiliki wadah untuk berkembang.
“Sebenarnya, mungkin untuk pertandingan seperti kejuaraan itu kami mau, khususnya di Papua. Kegiatan kami Papua juga harus ada. Untuk ke depannya, kami mau menjaga teknis. Kami membutuhkan kegiatan,” imbuhnya.
Latar belakang itulah yang menjadikan turnamen seperti Piala Pertiwi ini sangat bermanfaat bagi tim All Stars Papua.
Tidak hanya untuk mengasah kemampuan para pemain, ajang ini juga menciptakan persaingan sehat yang memacu kerja keras.
Menariknya, pembentukan tim All Stars Papua tidak dilakukan dalam waktu yang panjang. Mereka hanya memiliki waktu persiapan dua hari, yakni pada 3 dan 4 Juli, sebelum berangkat ke Kudus.
Laga semifinal Piala Pertiwi 2025 yang mempertemukan All Stars Tangerang vs Papua yang berlangsung di Supersoccer Arena Kudus, Sabtu (12/7/2025) pagi.
Namun, Touskha Oktafia Stevelien Iba menjelaskan bahwa proses seleksi sudah dilakukan jauh hari melalui pemantauan ke berbagai daerah di Papua.
Ia mengaku bakat-bakat perempuan Papua mulai terlihat sejak usia 12 tahun, terutama di ajang-ajang lokal seperti yang digelar oleh Papua Football Academy (PFA).
Tetapi kesempatan mereka untuk berkembang masih sangat terbatas.
“Karena kita tahu, ada banyak potensi di daerah yang membutuhkan kesempatan untuk bisa berada di sana,” kata Touskha Oktafia Stevelien Iba.
“Klub-klub khusus untuk perempuan sedikit. Tapi mereka lebih banyak di SSB gabung punya putra, dan kalau tidak ada turnamen ya dia hanya usia kecil, hanya sampai situ saja. Paling dulu kalau ada PON lanjut lagi,” sambungnya.
Ia pun menyoroti adanya kesenjangan karakter permainan antara tim dari wilayah timur Indonesia dan tim dari Pulau Jawa.
Adanya Piala Pertiwi memberikan dimensi pengalaman baru bagi kontestan yang berasal dari berbagai penjuru Indonesia.
“Mungkin memang berbeda dengan karakter tim dari daerah lain. Sumatra dan Papua punya karakter yang berbeda dari Pulau Jawa. Mungkin itu yang akan kami perbaiki. Kalau kami ada turnamen, kami akan ikut, sehingga nantinya persiapan bisa sama dengan tim dari Jawa yang ada banyak turnamen,” katanya lagi.
Sementara itu, kerinduan akan kompetisi sepak bola putri juga diimpikan pemain belakang All Stars Papua, Jullysti Dayren Gianni Matui.
Ia bersemangat untuk bisa menjadi pesepak bola profesional dan membela Timnas Indonesia Putri.
“Kejuaraan khususnya di Papua itu harus ada. Kami punya tujuan untuk masuk timnas, jadi harus terus bermain di turnamen,” pungkasnya.