Konten Meme Anomali Bisa Jadi Sarana Orangtua Mengajarkan Anak Berpikir Kritis

Konten meme anomali yang identik dengan karakter Tung Tung Tung Sahur, Ballerina Cappuccina, dan Bombardino Crocodilo ternyata bisa menjadi cara bagi orangtua untuk mengajarkan anak berpikir kritis.
Adapun, meme anomali adalah sekumpulan karakter dengan visual abstrak yang menggabungkan manusia dengan hewan, manusia dengan benda, dan hewan dengan benda.
Orangtua harus pandai memilah konten apa yang dapat ditunjukkan kepada anak. Pasalnya, sebagian besar memiliki narasi yang lebih cocok untuk orang dewasa, seperti perselingkuhan, pembunuhan, penistaan agama, dan hal-hal yang berbau seksual.
Akan tetapi, psikolog klinis anak dan remaja Alida Shally Maulinda, M.Psi. menuturkan, cara ini tidak bisa diterapkan pada setiap anak. Lantas, anak yang seperti apa?
“Kalau anak cuma terpapar, tapi tidak sampai kecanduan. Anak-anak yang seperti ini yang memang cuma tahu saja tentang konten ini,” tutur dia saat dihubungi Kompas.com pada Jumat (11/7/2025).

Anak-anak yang sekadar tahu tentang konten meme anomali umumnya hanya mengetahui karakter-karakternya, suara yang mereka keluarkan, atau konten umum seperti video kompilasi karakter meme anomali.
Untuk mencegah mereka “terjerumus” semakin dalam dan terpapar oleh konten-konten yang lebih cocok untuk orang dewasa, orangtua bisa mengobrol dengan si kecil tentang konten meme anomali.
“Orangtua ajak bicara tentang konten ini, ‘Coba kalau dilihat, ada enggak sih yang kayak begitu (meme anomali)? Ada enggak sih yang kepalanya buaya, tapi badannya pesawat? Ada enggak sih pentungan yang bisa gerak-gerak, dan balerina yang kepalanya cappuccino?’” kata Alida.
Melalui diskusi tersebut, ayah dan ibu mengetahui pemahaman anak tentang meme anomali sudah sampai mana, dan apakah mereka kritis melihat konten tersebut.
Proses berbicara dengan anak dapat membantu membentuk konsep berpikir anak tentang apa yang dia lihat dan tonton, dan apakah hal tersebut sesuai dengan situasi di dunia nyata.
Ketika anak menganggap bahwa karakter meme anomali aneh dan tidak sesuai dengan realita, anak memiliki pemikiran yang kritis karena tidak menerimanya mentah-mentah.
“Pasti anak akan terpapar dengan konten apa pun yang sifatnya aneh. Yang penting adalah proses diskusinya, proses ngobrolnya sehari-hari,” ucap psikolog yang berpraktik di Sentra Pendidikan Khusus Amadeus, Manado, Sulawesi Utara, dan Sedari.dini.
Menurut dia, diskusi dengan anak juga membantu proses berpikir mereka agar sesuai dengan konsep yang seharusnya nyata dan sesuai dengan kehidupan sehari-hari.
Artinya, anak tidak akan menganggap bahwa pentungan dengan tangan dan kaki manusia, ballerina berkepala cangkir cappuccino, dan buaya bertubuh pesawat, bukanlah sesuatu yang nyata.
Menonton sambil belajar
Pada dasarnya, anak bisa melihat konten apa pun saat mencari tentang meme anomali. Oleh karena itu, orangtua sebaiknya tidak membebaskan anak menonton sendiri.
Ayah dan ibu harus menerapkan aturan yang konsisten terkait frekuensi dan durasi anak menonton agar mereka tidak kecanduan, dan anak harus didampingi saat mengakses konten meme anomali.
“Proses pendampingan itu sambil membicarakan apa yang sedang ditonton, atau kita menonton untuk sama-sama mencari tahu yang kita tonton sekarang adalah pengetahuan umum atau alam,” imbau Alida.
Dengan kata lain, menonton konten meme anomali juga bisa dijadikan sebagai momen untuk belajar. Misalnya, jika ada gambar langit berwarna abu-abu di dalam konten, orangtua mengajak anak untuk mencari tahu tentang penyebab langit berwarna abu-abu.
Hal serupa juga bisa dilakukan jika ada gambar daun. Orangtua bisa mengajak anak untuk mencari tahu mengapa daun berwarna hijau.