Remaja Tidak Dekat dengan Orangtua? Psikolog Ungkap Cara Mengatasinya

fase remaja, excitement seeking, hubungan orangtua dan anak, tips psikolog, remaja tidak dekat dengan orangtua, cara orangtua dekat dengan remaja, Remaja Tidak Dekat dengan Orangtua? Psikolog Ungkap Cara Mengatasinya

Memasuki fase remaja, yakni usia 12-18 tahun, tidak jarang anak-anak mulai menjauhkan diri dari orangtua, karena menganggap bahwa ayah dan ibu tidak mengerti “dunia” mereka.

Alhasil, mereka lebih senang menghabiskan waktu bersama teman-temannya, termasuk saat libur sekolah.

Mereka pun lebih suka curhat kepada teman-temannya dibandingkan dengan orangtua.

Co-founder BN Montessori, psikolog Pritta Tyas, M.Psi., mengatakan bahwa cara yang bisa dilakukan oleh ayah dan ibu agar kembali dekat dengan sang buah hati adalah memasuki dunia mereka.

“Kita mesti masuk ke dunia mereka, meskipun enggak ideal. Misalnya anak sudah main game terus, dan game-nya bola, bapaknya yang ‘masuk’,” tutur dia di Decathlon Pondok Indah, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.

Jadi, orangtua memang harus meluangkan waktu untuk bermain dengan anak.

Jika ibu tidak mengerti apa yang sedang disukai oleh anak, ayah bisa menggantikan ibu. Begitu pula sebaliknya.

Apabila ayah dan ibu sama-sama tidak mengerti apa yang sedang disukai oleh anak, ambil waktu untuk memahaminya agar bisa menghabiskan waktu dengan mereka.

“Misalnya game Minecraft. Orangtua mesti belajar dan tahu itu apa, cara mainnya gimana. Jadi, pas ngajak anak main, mereka enggak menganggap, ‘Apaan sih nanya-nanya mulu’, kayak pengganggu,” terang Pritta.

Jadi, anak bisa merasa bahwa orangtua meluangkan waktu untuk memahami kesukaannya, dan secara tidak langsung mengizinkan mereka untuk tetap menyukai hal tersebut.

Anak pra-remaja, yakni usia 10-12 tahun, dan remaja memiliki fase bernama excitement seeking, yakni mencari kesenangan dari hal-hal di luar yang biasa dilakukan.

Pritta menjelaskan, fase ini membuat mereka melakukan hal-hal aneh, termasuk mengganggu anak-anak yang lebih kecil.

Untuk mencegah hal ini terjadi, ajak mereka melakukan hal-hal yang belum pernah dilakukan sebelumnya.

Ini juga dapat membantu mempererat ikatan agar anak tetap dekat dengan orangtuanya, meski usianya mulai bertambah besar.

“Ajak anak trekking, atau melakukan suatu aktivitas yang berisiko kayak main skateboard. Atau tanding bola misalnya. Ini excitement seeking. Kita mesti trial and error, tapi anak butuh sesuatu yang di luar biasanya,” pungkas Pritta.