Anjing Bisa Stres dan Depresi, Ini Gejala dan Cara Mengatasinya

Tak hanya manusia, anjing peliharaan ternyata juga bisa mengalami stres dan depresi.
Fenomena ini bahkan menjadi perhatian serius di dunia kesehatan hewan dalam dua dekade terakhir.
Pakar Genetika Ekologi dari IPB University, Prof Ronny Rachman Noor, menjelaskan bahwa perilaku stres dan depresi pada anjing semakin sering ditemukan, dan seringkali tidak disadari oleh pemiliknya.
“Jika anjing tampak murung, tidak mau makan, menggonggong berlebihan, menangis, atau bahkan enggan buang air, itu bisa jadi tanda ia mengalami stres,” kata Ronny, Rabu (9/7/2025), dilansir dari laman IPB University.
Perubahan perilaku anjing akibat stres
Salah satu contoh nyata adalah ketika anjing ditinggal pemiliknya dan dititipkan pada orang lain.
Dalam kondisi seperti ini, banyak anjing mencoba kabur karena merasa pengasuh tersebut bukan bagian dari ‘keluarganya’.
“Perubahan perilaku seperti itu bisa diartikan sebagai bentuk stres. Ini menunjukkan betapa kuatnya ikatan emosional antara anjing dan pemiliknya,” ujarnya.
Ronny menyebut hubungan antara anjing dan manusia kini berkembang menjadi simbiosis mutualisme. Di beberapa negara seperti Amerika Serikat dan Eropa, hewan peliharaan bahkan sudah dipelajari secara khusus dalam bidang companion animal, karena dianggap memiliki kontribusi besar dalam mendukung kesehatan mental manusia.
“Anjing kini bukan hanya peliharaan untuk hobi, tapi menjadi sahabat dan bagian dari keluarga,” lanjutnya.
Anjing sebagai sahabat terapi
Bahkan, di sejumlah rumah sakit, anjing telah digunakan dalam terapi penyembuhan pasien. Kehadiran hewan seperti anjing, kucing, hingga kelinci, terbukti dapat mempercepat masa pemulihan, baik secara fisik maupun emosional.
Dalam penelitiannya, Ronny menyebut bahwa anjing peliharaan saat ini telah mengalami perubahan genetik dibanding nenek moyangnya, serigala liar.
Proses domestikasi anjing diperkirakan terjadi sejak 20.000 hingga 40.000 tahun lalu di wilayah Siberia, sebelum menyebar ke seluruh dunia bersama migrasi manusia.
Di era modern, manusia kemudian menyilangkan anjing secara selektif untuk menghasilkan berbagai ras dengan fungsi dan penampilan yang berbeda.
Namun, dampaknya adalah semakin sempitnya keragaman genetik, yang membuat tiap ras memiliki tingkat ketahanan stres yang berbeda-beda.
Ras anjing yang rentan stres
Beberapa ras anjing diketahui lebih rentan terhadap stres, terutama yang dikenal cerdas dan sangat loyal pada pemiliknya. Di antaranya:
- Border Collie
- Australian Shepherd
- German Shepherd
- Labrador Retriever
- Cavalier King Charles Spaniel
“Ras-ras ini memiliki kepekaan tinggi dan mudah stres jika hubungan emosional dengan pemiliknya terganggu,” kata Ronny.
Anjing modern pun kini sangat bergantung pada manusia dalam hal makan, tempat tinggal, pengobatan, dan perhatian.
Studi di Amerika bahkan menunjukkan bahwa masalah perilaku pada anjing meningkat hingga 10 kali lipat dalam rentang waktu 2010–2020.
Di Australia, penggunaan obat antidepresan untuk anjing seperti fluoxetine juga meningkat, menandakan makin banyak anjing yang mengalami depresi.
Fenomena gunung es di klinik hewan
Menurut Ronny, data yang ada saat ini bisa jadi hanya puncak gunung es. Artinya, masih banyak kasus stres dan depresi pada anjing yang belum terdeteksi karena tidak dibawa ke klinik hewan.
“Banyak pemilik yang belum menyadari gejala ini, dan langsung meminta dokter hewan memberi obat penenang. Padahal akar masalahnya bukan diobati dengan itu,” tegasnya.
Ronny menekankan bahwa perhatian dan pemahaman pemilik terhadap anjingnya adalah kunci utama. Sama seperti manusia, anjing juga memiliki keinginan dan kebutuhan emosional.
Jika kebutuhan tersebut tidak dipahami atau dipaksakan untuk menyesuaikan gaya hidup pemilik, anjing akan merasa frustrasi. Inilah yang menjadi awal mula stres dan berujung depresi.
Beberapa cara untuk membantu anjing mengatasi stres antara lain:
- Rutin mengajak anjing jalan-jalan
- Mengubah suasana lingkungan pemeliharaan
- Memberikan pelatihan atau stimulasi yang menyenangkan
- Memberi waktu dan perhatian yang konsisten
“Hubungan antara pemilik dan anjing perlu diperkuat terlebih dulu. Jika kebutuhan emosionalnya terpenuhi, anjing akan jauh lebih bahagia tanpa perlu obat antidepresan,” pungkasnya.