Ramai Konten Meme Anomali di TikTok, Dokter Ungkap Alasan Anak-anak Tertarik

– Belakangan ini, konten-konten Italian brainrot atau meme anomali di media sosial TikTok sedang digandrungi oleh anak-anak generasi Alpha.
Tidak jarang, anak-anak kerap mengatakan kata-kata yang berkaitan dengan meme anomali itu di dunia nyata, misalnya saja “tung tung tung sahur” dan “ballerina cappuccina”.
Sementara itu, para orangtua dibuat khawatir. Ini terlihat dari beberapa komentar para ibu di konten-konten meme anomali di TikTok yang menyuarakan kegelisahannya.
Sebagai contoh, konten tentang karakter “tung tung tung sahur” yang memukuli karakter “tralalero tralala” menggunakan tongkat bisbol yang dibawanya, karena mereka memperebutkan karakter “ballerina cappuccina”.
Ilmuwan otak sekaligus Dekan FK UPN Veteran Jakarta Dr. dr. Taufiq Pasiak M.Kes., M.Pd.I. mengungkapkan, ada alasan di balik ketertarikan anak-anak akan konten meme anomali.
“Sebenarnya kalau dilihat, simpel saja. Anak-anak suka keluar dari sesuatu yang mainstream. Mereka ingin keluar dari hal-hal yang sifatnya menjadi isu utama,” tutur dia kepada Kompas.com, Rabu (14/5/2025).
Mencari efek kejut
Namun, saat ini anak-anak lebih senang mencari hiburan yang memiliki efek kejut (shock effect), baik dari segi narasi, warna, dan suara.
“Misalnya Franz Kafka yang menulis novel ‘Metamorfosis’, tiba-tiba ada orang berubah menjadi serangga. Novel Kafka itu sesuatu yang absurd, sesuatu yang mengejutkan. Sekarang, itu anti-mainstream,” kata dia.
Konten penuh efek kejut
Salah satunya adalah bentuk para karakter meme anomali yang menggabungkan antara hewan dengan benda mati, hewan dengan manusia, dan manusia dengan benda mati.
Misalnya karakter "tung tung tung" sahur memiliki tangan dan kaki, serta membawa tongkat bisbol. Terkadang, karakter ini digambar menggunakan headset.
Setiap karakter memiliki kata-kata yang sering diucapkan, laiknya tongue twister, seperti "tung tung tung sahur" dan "tralalero tralala". Inilah yang membedakan konten meme anomali dengan konten lainnya di TikTok.
Biasanya, konten khusus anak-anak menarasikan tentang persahabatan, sikap seperti apa yang harus ditunjukkan pada guru dan orangtua, atau cara melakukan hal simpel seperti mewarnai.
Akan tetapi, konten-konten meme anomali jauh berbeda. Narasinya lebih cocok untuk orang dewasa karena membahas perselingkuhan, pembunuhan, bahkan hal-hal bersifat seksual.
Perlu pengawasan dan pendampiangan orangtua
Namun demikian, Taufiq menegaskan bahwa hiburan semata seperti itu diperbolehkan untuk jangka pendek dengan pengawasan orangtua.
“Sesekali tdak apa-apa karena itu imajinasi saja, dan harus dipantau orangtua. Orangtua harus proaktif memberi penjelasan, bahwa yang ditonton bukanlah dunia yang realistis,” ucap Taufiq.
Pendampingan orangtua juga berkaitan dengan pemilihan konten meme anomali. Sebab, tidak semua konten meme anomali di TikTok memiliki visualisasi dan narasi yang buruk.
Ada konten karakter “tung tung tung sahur” yang sekadar menari, meskipun sebagian besar konten meme anomali lebih cocok ditonton oleh orang dewasa.
Sebaiknya dihindari
Meski tidak melarangnya, Taufiq lebih menganjurkan agar orangtua mengarahkan anak untuk tidak menonton video-video pendek, seperti video apapun yang ada di media sosial TikTok.
“Semua konten TikTok yang berada di bawah satu menit, tiga menit, itu terlalu cepat. Orang (anak) akhirnya tidak berpikir proses (meloncat-loncat). Setidaknya, anak bisa fokus untuk tontonan di atas tujuh menit,” papar Taufiq.
Orangtua perlu mencari tahu apa yang membuat anak tertarik, lalu cari apakah hal tersebut ada dalam bentuk konten video berdurasi tujuh menit.
Ketika anak tertarik dengan apa yang ditonton, mereka tidak akan mudah terdistraksi. Saat dibiasakan, anak bisa fokus untuk waktu yang lama, mesti awalnya hanya tujuh menit.