Beda dengan Juliana, Mengapa Evakuasi Pendaki Swiss Bisa Pakai Helikopter?

Benedikt Emmeneger, Gunung Rinjani, Pendaki Swiss, Juliana Marins, gunung rinjani, Evakuasi Pendaki, Beda dengan Juliana, Mengapa Evakuasi Pendaki Swiss Bisa Pakai Helikopter?

Pendaki asal Swiss, Benedikt Emmeneger (46), jatuh saat menuju kawasan Danau Segara Anak usai mendaki puncak Gunung Rinjani pada Rabu (16/7/2025) pagi.

Ia diketahui mendaki Gunung Rinjani pada satu hari sebelumnya, Selasa (15/7/2025), lalu terjatuh pada siang hari pukul 11.25 Wita.

Pendaki Swiss itu terpeleset saat berjalan dari Plawangan menuju Danau Segara Anak. Insiden ini dilaporkan oleh pemandu dan porter yang mendampingi korban saat mendaki Gunung Rinjani.

Tanpa menunggu lama, tim SAR gabungan yang terdiri dari enam orang petugas SAR dan dua orang dari tim medis diterjunkan untuk melakukan evakuasi Emmeneger.

Korban dievakuasi menggunakan helikopter dari Bali Air dan dipastikan masih hidup, serta berhasil dievakuasi pada pukul 17.00 Wita.

"Karena di sana kondisi landai dan savana serta cuaca yang cukup bersahabat, WNA asal Swiss tersebut dievakuasi menggunakan helikopter langsung ke Rumah Sakit di Bali untuk mendapatkan tindakan medis," kata Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR) Yarman, dikutip dari , Kamis (17/7/2025).

BE dinyatakan selamat meski mengalami luka-luka di bagian kaki dan wajah akibat terjatuh saat mendaki.

Lantas, bagaimana dengan Juliana?

Benedikt Emmeneger, Gunung Rinjani, Pendaki Swiss, Juliana Marins, gunung rinjani, Evakuasi Pendaki, Beda dengan Juliana, Mengapa Evakuasi Pendaki Swiss Bisa Pakai Helikopter?

Tim SAR gabungan lakukan proses evakuasi pendaki wanita asal Brasil yang jatuh di Gunung Rinjani.

Pendaki asal Brasil, Juliana Marins, jatuh ke jurang 200 meter di Gunung Rinjani, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada Sabtu (21/6/2025).

Ia terperosok lebih jauh ke jurang dengan kedalaman 600 meter pada hari yang sama.

Upaya evakuasi Juliana berlangsung selama berhari-hari hingga tubuhnya berhasil diangkat kembali ke puncak pada Rabu (25/6/2025).

Berbeda dengan pendaki asal Swiss, tidak ada helikopter yang diturunkan selama evakuasi Juliana berlangsung. Lokasi jatuh yang berbeda, termasuk tak adanya tanah landai, serta faktor cuaca jadi hal yang membedakan.

"Di sana ada helikopter, kami dengar suaranya tetapi tidak bisa melihat karena posisinya di jurang," ujar Tur operator sekaligus pendaki Gunung Rinjani, Abd Haris Agam atau Agam Rinjani, dikutip dari .

Kabut tebal membuat jarak pandang terganggu selama mengevakuasi Juliana. Bahkan, Agam mengaku sulit melihat dari jarak dekat.

"Ada empat helikopter di sana berkeliaran, tetapi tidak ada yang merapat," kata Agam.

Akhirnya, Agam bersama tim SAR memutuskan melanjutkan proses evakuasi Juliana secara manual menggunakan tali.