Sosok Agam Viral Usai Evakuasi Jenazah Juliana Marins di Tebing Rinjani

Proses evakuasi jenazah pendaki asal Brasil, Juliana Marins, di jurang Gunung Rinjani menjadi sorotan publik.
Salah satu tim penyelamat, Agam Rinjani, menarik perhatian setelah membagikan video saat dirinya mengevakuasi jenazah dari kedalaman 600 meter.
Melalui akun Instagram pribadinya, Agam membagikan momen dramatis saat bergelantung di tebing dengan jenazah Juliana. Dalam video tersebut, Agam terlihat mempersiapkan penarikan jenazah menggunakan tali.
"Persiapan penarikan. Semangat," tulis Agam dalam video singkat itu, dikutip jabar.tribunnews.com (26/06/2025)
Dalam unggahan lainnya, ia menyampaikan belasungkawa mendalam atas meninggalnya Juliana.
"Turut berduka cita, atas meninggalnya pendaki asal Brazil. Saya tidak bisa berbuat banyak, saya hanya bisa bantu seperti ini. Semoga amal ibadahnya diterima di sisi-Nya. Amin," tulisnya.
Sementara, warganet dalam negeri dan Brasil memuji upaya penyelamatan yang dilakukannya.
Berdasarkan informasi di bio Instagram miliknya, Agam diketahui berprofesi sebagai pemandu wisata alam, khususnya di kawasan gunung dan pantai.
Jenazah Berhasil Dievakuasi dari Jurang 600 Meter
Jenazah Juliana Marins akhirnya berhasil diangkat dari jurang berkedalaman 600 meter di area Cemara Nunggal, Gunung Rinjani, pada Rabu (25/6/2025) pukul 15.50 WITA.
Proses evakuasi dilakukan oleh tim SAR setelah pencarian intensif selama lima hari.
“Jenazah sudah berhasil diangkat dari kedalaman 600 meter oleh tim evakuasi di hari kelima ini,” ujar Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTB, Ahmadi, saat memberikan keterangan di Sembalun.
Autopsi Juliana Marins Dilakukan di Bali
Wakil Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB), Indah Damayanti Putri, memberikan penjelasan terkait proses lanjutan setelah evakuasi jenazah.
Saat ditemui di RS Bhayangkara Mataram pada Kamis (26/6/2025), ia menyampaikan bahwa jenazah Juliana Marins saat ini berada di rumah sakit tersebut.
Karena dokter forensik satu-satunya di NTB sedang bertugas di Sumatera, autopsi jenazah Juliana dilakukan di Bali. Permintaan autopsi ini berasal dari pihak keluarga.
"Mereka ingin mengetahui waktu kematiannya karena penyebab kematiannya mereka tahu dalam proses pendakian, tetapi waktu kematian itu dibutuhkan oleh mereka untuk proses pemakaman di Brasil," jelas Indah.
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul .