Alasan Jasad Juliana Marins Diautopsi Ulang di Brasil, Upaya Keluarga Mencari Kebenaran

Perjuangan keluarga Juliana Marins, pendaki asal Brasil yang ditemukan tewas di Gunung Rinjani, Lombok, Indonesia, memasuki babak baru.
Setelah melewati hari-hari penuh duka dan ketidakpastian, jenazah Juliana akhirnya tiba di São Paulo, Brasil, pada Selasa (1/10/2025).
Namun, kedatangan jenazah bukanlah akhir dari cerita duka yang mereka alami.
Sebaliknya, hal ini menjadi titik awal upaya keluarga untuk mencari kebenaran atas kematian Juliana yang dinilai penuh misteri.
Autopsi Ulang Setibanya Jenazah di Brasil
Dilansir dari Tribunnews, setelah jenazah tiba di Brasil, keluarga Juliana melalui lembaga Defensoria Pública da União (DPU) segera mengajukan permintaan resmi ke Advocacia-Geral da União (AGU) agar dilakukan autopsi ulang.
Permintaan tersebut langsung disetujui AGU dan diajukan ke Pengadilan Federal di Niterói.
Autopsi ulang direncanakan dilakukan maksimal enam jam setelah jenazah tiba.
Langkah ini dianggap penting untuk memastikan penyebab kematian dan memperjelas waktu meninggalnya Juliana.
Hal tersebut berkaitan dengan dugaan bahwa Juliana masih hidup selama beberapa hari setelah kecelakaan, namun tidak segera mendapat pertolongan.
“Kami ingin tahu benar apa yang terjadi pada Juliana. Ada banyak hal yang belum jelas, dan sejak awal kami merasa diabaikan,” ujar Mariana Marins, saudari korban, dalam pernyataannya kepada media Brasil.
Hasil Autopsi di Indonesia Dianggap Belum Menjawab
Sebelumnya, autopsi pertama telah dilakukan oleh tim forensik di Bali, Indonesia setelah jasadnya berhasil dievakuasi dari Gunung Rinjani.
Hasilnya menunjukkan bahwa Juliana meninggal akibat luka dalam dan fraktur di berbagai bagian tubuh, tanpa adanya tanda-tanda hipotermia.
Tim forensik menyimpulkan bahwa korban hanya bertahan hidup kurang dari 20 menit setelah mengalami trauma.
Namun, hasil tersebut belum memuaskan pihak keluarga. Mereka mengungkapkan kekecewaan karena hasil autopsi diumumkan ke publik sebelum disampaikan secara pribadi kepada mereka.
Keluarga bahkan menilai langkah itu sebagai tindakan yang "tidak manusiawi".
Peti jenazah Juliana Marins pendaki Brasil yang meninggal di Gunung Rinjani dibawa ke Bali untuk menjalani autopsi.
Sorotan Publik terhadap Proses Evakuasi
Perhatian publik juga tertuju pada lambatnya proses evakuasi yang terjadi setelah Juliana dilaporkan jatuh di Gunung Rinjani pada Sabtu (21/9/2025).
Proses evakuasi baru berhasil dilakukan pada Rabu (25/9/2025), atau empat hari setelah kejadian.
Gubernur Nusa Tenggara Barat, Lalu Muhamad Iqbal, mengakui adanya hambatan di lapangan.
Ia menyebut medan yang sulit serta kondisi cuaca ekstrem sebagai faktor utama keterlambatan evakuasi.
“Kami menghadapi medan yang sangat sulit dan kondisi cuaca ekstrem. Ini menjadi pelajaran besar untuk kami,” ujar Iqbal melalui sebuah video resmi.
Pemerintah provinsi juga berjanji akan melakukan evaluasi terhadap prosedur keselamatan dan sistem penyelamatan di kawasan Gunung Rinjani yang merupakan salah satu destinasi favorit pendaki internasional.
Sidang Darurat dan Investigasi di Brasil
Pemerintah Brasil menanggapi serius kasus kematian Juliana Marins. Presiden Luiz Inácio Lula da Silva dilaporkan telah menginstruksikan agar dilakukan penyelidikan menyeluruh terhadap insiden tersebut.
AGU bersama DPU dan Pemerintah Negara Bagian Rio de Janeiro dijadwalkan menggelar sidang darurat pada Selasa (1/10/2025) pukul 15.00 waktu setempat.
Sidang ini akan menentukan lokasi dan metode autopsi ulang, termasuk penggunaan kendaraan resmi Kepolisian Federal untuk mengantar jenazah ke Instituto Médico Legal Afrânio Peixoto.
Selain itu, DPU juga telah mengirim surat resmi ke Superintendência da Polícia Federal do Rio de Janeiro untuk meminta pembukaan penyelidikan kriminal.
Tujuannya adalah untuk mencari tahu apakah benar terjadi kelalaian atau keterlambatan pertolongan dari pihak berwenang di Indonesia.
Setelah seluruh proses autopsi dan penyelidikan selesai, jenazah Juliana akan dimakamkan di Niterói, kota tempat ia tinggal bersama keluarganya.
Respons Publik dan Media Internasional
Kematian Juliana Marins menarik perhatian publik luas, baik di Brasil maupun internasional. Di media sosial, muncul tagar seperti #JusticeForJuliana dan #RinjaniTragedy yang ramai digunakan warganet untuk menyerukan keadilan dan transparansi dalam penanganan kasus ini.
Media internasional seperti CNN Brasil, O Globo, dan BBC turut mengangkat kisah tragis tersebut.
Tekanan publik pun semakin mendorong pemerintah kedua negara untuk bersikap terbuka dan bertanggung jawab atas jalannya penyelidikan.