Profil Gunung Rinjani, Tempat Meninggalnya Pendaki asal Brasil Juliana Marins

Gunung Rinjani, pendakian Rinjani, pendakian rinjani, pendaki Brasil, pendaki brasil jatuh di gunung rinjani, juliana de sousa pereira marins, Profil Gunung Rinjani, Tempat Meninggalnya Pendaki asal Brasil Juliana Marins, Gunung berapi tertinggi kedua di Indonesia, Jalur pendakian Gunung Rinjani, Tantangan pendakian Gunung Rinjani, Puncak Gunung Rinjani yang sempit

Seorang turis asal Brasil, Juliana De Souza Pereira Marins (26), dilaporkan meninggal dunia setelah jatuh ke jurang sedalam ratusan meter di Kawasan Gunung Rinjani, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada Sabtu (21/6/2025).

Proses evakuasinya yang kompleks, berdurasi panjang, dan lokasi jatuhnya yang terbilang ekstrim membuat peristiwa ini menyita perhatian warga dunia.

Lantas, seperti apa sebenarnya kondisi Gunung Rinjani?

Berikut profil Gunung Rinjani yang memiliki jalur pendakian ekstrem di balik keindahan alamnya yang terkenal di kalangan pendaki gunung.

Gunung berapi tertinggi kedua di Indonesia

Gunung Rinjani, pendakian Rinjani, pendakian rinjani, pendaki Brasil, pendaki brasil jatuh di gunung rinjani, juliana de sousa pereira marins, Profil Gunung Rinjani, Tempat Meninggalnya Pendaki asal Brasil Juliana Marins, Gunung berapi tertinggi kedua di Indonesia, Jalur pendakian Gunung Rinjani, Tantangan pendakian Gunung Rinjani, Puncak Gunung Rinjani yang sempit

Jalur pendakian di Gunung Rinjani

Dikutip dari berbagai sumber, Gunung Rinjani memiliki ketinggian 3.736 mdpl dan tercatat sebagai gunung berapi tertinggi kedua di Indonesia setelah Gunung Kerinci di Pulau Sumatera.

Gunung Rinjani masuk ke dalam Kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani yang memiliki luasan kurang lebih 76.000 hektar dan dikelilingi hutan serta semak belukar.

Selain lanskapnya yang indah, Rinjani juga menjadi gunung favorit pendaki karena memiliki puncak bernama Dewi Anjani dan kawah selebar 10 kilometer.

Ditambah lagi, terdapat danau kawah yang disebut Segara Anak dengan luas 1.100 hektar dan kedalaman sekitar 230 meter.

Danau yang memiliki warna air biru kehijauan itu tidak hanya menjadi idaman para pendaki, tapi juga warga sekitar yang sering memanfaatnya untuk memancing ikan.

Pemandangan puncak, kawah, dan danau Gunung Rinjani dianggap sepadan dengan rasa lelah yang dirasakan para pendaki saat melakukan perjalanan menuju puncak.

Namun patut digarisbawahi, jalur pendakian ke puncak Rinjani terbilang cukup ekstrem.

Jalur pendakian Gunung Rinjani

Terdapat dua jalur pendakian Gunung Rinjani yang popular di kalangan pendaki, yakni via Sembalun dan via Senaru.

Dua jalur lain, yakni via Air Berik dan via Timbanuh, tidak sepopuler dan tidak seramai dua jalur sebelumnya.

Jalur pendakian Rinjani via Sembalun memiliki estimasi waktu pendakian sekitar 10 jam.

Biasanya pendaki yang naik via Sembalun akan turun via Senaru agar dapat menikmati pemandangan dari dua jalur sekaligus.

Tantangan pendakian Gunung Rinjani

Gunung Rinjani, pendakian Rinjani, pendakian rinjani, pendaki Brasil, pendaki brasil jatuh di gunung rinjani, juliana de sousa pereira marins, Profil Gunung Rinjani, Tempat Meninggalnya Pendaki asal Brasil Juliana Marins, Gunung berapi tertinggi kedua di Indonesia, Jalur pendakian Gunung Rinjani, Tantangan pendakian Gunung Rinjani, Puncak Gunung Rinjani yang sempit

Tim SAR gabungan lakukan proses evakuasi pendaki wanita asal Brasil yang jatuh di Gunung Rinjani.

mewawancarai sejumlah orang yang bercerita tentang tantangan yang mereka hadapi saat melakukan pendakian ke puncak Rinjani.

Salah satu titik paling rawan adalah Cemara Nunggal, jalur menanjak yang diapit jurang dan batuan lepas, yang juga menjadi lokasi jatuhnya Juliana.

Banu Adikara, pendaki asal Jakarta yang pernah mendaki puncak Rinjani pada 2017, bercerita tentang momen menegangkan saat melewati Cemara Nunggal.

"Parah, kanan kawah, kiri jurang. Jurang ke bawahnya itu lebih dari 500 meter. Saya jalan pelan banget, pakai buff, kacamata, dan senter," ujarnya kepada Kompas.com, Selasa (24/6/2025).

Banu memulai pendakian dari jalur Desa Bawak Nao lalu mendirikan tenda di Plawangan Sembalun.

Setelah mencapai puncak dan mencapai Cemara Nunggal pada pukul 04.30 pagi, Banu dihadapkan pada kondisi yang gelap dan disertai angin kencang.

"Saya pernah ketemu bule yang nangis di sana. Dia bilang nggak mau mati di situ," ujar Banu.

Kondisi ekstrim tersebut dibenarkan Riyan Setiawan, pendaki asal Jakarta yang menyebut jalur Rinjani terjal, berbatu, minim penerangan, dan bisa membingungkan pendaki yang tidak fokus.

"Jalurnya nggak jelas, kadang melebar, bisa salah jalur," ucapnya.

Puncak Gunung Rinjani yang sempit

Pendaki lain, Bayu Aji, menjelaskan kondisi yang sempit tidak hanya ada pada jalur menuju puncak, namun juga area puncak Rinani.

Area puncak yang sempit membuat para pendaki harus bergantian saat sudah berhasil mencapainya.

Dengan demikian para pendaki harus tetap fokus dan waspada selama proses pendakian, saat berada di puncak, hingga saat perjalanan turun ke pos pertama.

Demikian profil Gunung Rinjani yang terkenal indah namun memiliki jalur serta kondisi yang ekstrim.

Jalur dan kondisi tersebut membuat pendakian Gunung Rinjani dianggap kurang cocok untuk pendaki pemula.

Pendakian Gunung Rinjani harus dibekali kondisi fisik dan mental yang baik, peralatan dan pengetahuan yang memadai, serta pengalaman yang cukup.