Agam Rinjani Ungkap Detik-detik Menegangkan di Jurang Rinjani saat Evakuasi Juliana Marins

Kisah dramatis pendaki asal Brasil, Juliana Marins, yang tewas di Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat (NTB), menyisakan banyak cerita mengharukan. Salah satunya datang dari Agam Rinjani, pemandu gunung yang terlibat langsung dalam proses evakuasi jenazah Juliana dari dasar jurang sedalam lebih dari 600 meter.
Proses evakuasi yang berlangsung pada Rabu (25/6/2025) tersebut menjadi sorotan nasional dan internasional setelah aksi Agam viral di media sosial.
Menurut Agam, medan evakuasi pendaki kali ini adalah yang paling berat selama ia bertugas di Gunung Rinjani.
Bersama enam orang lainnya, tim evakuasi dibagi menjadi dua kelompok yakni tiga orang di atas tebing dan empat orang, termasuk dirinya, berada di bawah.
“Iya, jadi waktu kami tidur berempat, kan bertujuh, tiga di atas, kami berempat di bawah. Itu pasang anchor, pasang enar, ngebor batu, kemudian pasang kostel menggantung di tebing. Bisa sambil tidur, menunggu pagi untuk melakukan evakuasi,” ujar Agam dalam diskusi di Jakarta Selatan, Sabtu (28/6/2025).
Tim bahkan harus bermalam di tebing curam dengan peralatan terbatas, dalam kondisi hujan dan ancaman longsoran batu. Risiko hipotermia sangat tinggi karena suhu ekstrem di ketinggian.
“Kalau tidak tahu, apalagi kalau hujan malam, ya selesai kita, pasti diserang hipotermia,” kata Agam.
Mengapa Agam Disebut “Pahlawan” oleh Warganet Brasil?
Aksi heroik Agam menuai apresiasi luar biasa, terutama dari warganet dan media Brasil. Julukan “pahlawan” diberikan karena keberaniannya mengevakuasi jenazah Juliana dalam kondisi yang sangat berisiko.
“Selama saya evakuasi di Rinjani ini, itu yang paling sulit yang pernah saya lalui,” ujar Agam.
Agam bahkan menegaskan bahwa sejak awal ia menawarkan diri dan bertekad tidak akan meninggalkan lokasi sebelum jasad Juliana berhasil dibawa naik ke atas.
“Kami menginap di pinggir tebing yang curam 590 meter bersama Juliana satu malam, dengan memasang ancor supaya tidak ikut meluncur lagi 300 meter,” tulis Agam dalam unggahan Instagram-nya @agam_rinjani.
Setelah kisah evakuasi viral, Agam membenarkan adanya pembukaan donasi. Namun, ia menegaskan bahwa inisiatif tersebut datang dari warga Brasil, bukan dirinya.
“Orang-orang Brasil yang meminta. Mereka memaksa untuk memberikan apresiasi,” ungkap Agam.
Donasi itu rencananya akan digunakan untuk dua tujuan utama. Pertama, pembelian perlengkapan evakuasi guna meningkatkan keselamatan dan kesiapan tim di Gunung Rinjani.
Kedua, jika ada dana tersisa, akan digunakan untuk kegiatan penanaman pohon sebagai bentuk pelestarian lingkungan.
“Karena dia orang (Brasil) menyuruh uang yang nanti dikirim, nanti kamu belikan alat, untuk bisa lebih safety dan lain-lain, belikan perlengkapan,” kata Agam.
Apa Harapan Agam untuk Pendakian di Rinjani Mendatang?
Agam berharap insiden seperti ini bisa menjadi pelajaran penting. Tidak hanya dalam aspek penanggulangan, tetapi juga pencegahan.
Ia menekankan pentingnya peningkatan fasilitas, perlengkapan, dan prosedur keselamatan pendakian.
“Bagaimana mengurangi jumlah tingkat kecelakaan di gunung-gunung,” ujarnya.
Selain meningkatkan peralatan evakuasi, ia juga ingin agar tim relawan dilibatkan secara lebih aktif dalam upaya penyelamatan dan pencegahan kecelakaan.
“Kami peserta tim akan memperbaiki itu semua supaya lebih bagus lagi rescue, khususnya di Gunung Rinjani,” tegas Agam.
Sebagian artikel ini telah tayang di dengan judul "Agam Rinjani Ceritakan Momen Menegangkan Saat Evakuasi Juliana Marins".