Kisah Penyelamatan Juliana Marins, Pendaki Asal Brasil yang Tewas dalam Dekapan Rinjani
- Sabtu Pagi, 21 Juni 2025: Juliana Hilang di Gunung Rinjani
- Sabtu Siang, 21 Juni 2025: Tim SAR Bergerak ke Lokasi
- Sabtu Malam, 21 Juni 2025: Evakuasi Belum Membuahkan Hasil
- Minggu, 22 Juni 2025: Posisi Juliana Semakin Terperosok
- Senin, 23 Juni 2025: Juliana Ditemukan Tersangkut di Tebing Batu
- Selasa, 24 Juni 2025: Usaha Evakuasi Juliana Gagal
- Rabu, 25 Juni 2025: Evakuasi Jenazah Juliana Dilakukan

Juliana De Souza Pereira Marins (27) mungkin tidak pernah menyangka bahwa pendakiannya ke Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat menjadi perjalanan terakhirnya.
Seperti banyak wisatawan asing lainnya, mereka datang untuk nakhlukkan puncak Rinjani karena dari rasa kagum terhadap keindahan alamnya.
Namun bagi Juliana Marins, kisah pendakiannnya di Gunung Rinjani berakhir dengan cara yang tidak diinginkan.
Beberapa hari setelah dinyatakan hilang dari rombongan karena terjatuh ke arah Danau Segara Anak, tubuhnya baru ditemukan dan dinyatakan telah meninggal dunia.
Proses evakuasi Juliana juga berlangsung lama di tengah kondisi medan yang ekstrem serta cuaca yang kurang mendukung.
Lambatnya proses membuat insiden ini menjadi sorotan tidak hanya di dalam negeri, namun juga oleh masyarakat Brasil.
Berikut rangkuman kronologi Insiden Pendakian Juliana Marins di Gunung Rinjani seperti yang telah diberitakan
Sabtu Pagi, 21 Juni 2025: Juliana Hilang di Gunung Rinjani
Sebelum insiden terjadi, Juliana melakukan pendakian bersama enam orang rekannya yang ditemani oleh seorang pemandu lokal.
Mereka memilih pendakian melewati jalur Sembalun dan memulai perjalanan pada Sabtu (21/6/2025) dini hari.
Saat perjalanan menuju puncak, tepatnya ketika tiba di titik Cemara Nunggal, Juliana dilaporkan merasa kelelahan. Pemandu kemudian meminta Juliana untuk beristirahat.
Sementara pemandu melanjutkan perjalanan ke puncak bersama sisa rombongan lainnya, Juliana ditinggalkan sendirian di titik istirahat.
Kecurigaan dimulai ketika Juliana tidak juga datang untuk menyusul rombongan yang telah lebih dulu berangkat.
Pemandu akhirnya memutuskan kembali ke lokasi tempat Juliana beristirahat, namun, keberadaan Juliana tidak lagi ditemukan.
Dari titik tersebut, pemandu melihat cahaya senter di dasar jurang yang mengarah ke Danau Segara Anak dan menduga bahwa cahaya itu berasal dari Juliana.
Ia pun segera menghubungi pihak berwenang untuk meminta bantuan.
Laporan pertama terkait hilangnya Juliana diterima di hari yang sama sekitar pukul 06.30 WITA.
Sabtu Siang, 21 Juni 2025: Tim SAR Bergerak ke Lokasi
Setelah laporan diterima, tanggapan cepat datang dari tim gabungan yang terdiri dari Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR), Basarnas Mataram, Polsek Sembalun, Emergency Medical Hikers Community (EMHC), serta SAR Lombok Timur.
Total ada 48 personel yang terlibat dalam evakuasi untuk menjangkau posisi Juliana di arah Danau Segara Anak, sekitar Cemara Nunggal, Gunung Rinjani.
Tim SAR segera berangkat dengan membawa peralatan vertical rescue dan mencapai Pos 4 pada Sabtu siang sekitar pukul 12.00 WITA.
Mereka mulai mendekati lokasi dugaan jatuhnya korban, namun evakuasi tidak dapat segera dilakukan karena medan ekstrem dan cuaca buruk.
Sebelumnya, korban dilaporkan sempat terdengar berteriak meminta tolong dan dinyatakan masih dalam kondisi selamat.
"Seluruh tim berkoordinasi untuk melakukan upaya evakuasi di medan yang ekstrem dan menantang ini," ujar Koordinator Lapangan Tim Rescue Kantor SAR Mataram, I Kadek Agus Ariawan dalam keterangan resminya pada Sabtu (21/6/2025).
Tim SAR gabungan menuju lokasi evakuasi korban pendaki asal Brazil yang jatuh di Gunung Rinjani, Sabtu (21/6/2025).
Sabtu Malam, 21 Juni 2025: Evakuasi Belum Membuahkan Hasil
Tim SAR gabungan dilaporkan mengalami kendala akibat kabut tebal dan medan terjal di lokasi kejadian.
"Hingga sore tadi tim SAR gabungan belum menemukan korban," ungkap Juru Bicara Kantor SAR Mataram, I Gusti Lanang Wiswananda, dalam pesan singkat yang diterima pada Minggu (22/6/2025).
Lanang menjelaskan bahwa kondisi cuaca yang berkabut di sekitar lokasi kejadian membuat jarak pandang menjadi terbatas.
"Cuaca yang kurang bersahabat seperti kabut tebal dan medan yang terjal," tambahnya.
"Tim gabungan sudah sempat turun, namun belum berhasil menemukan korban," kata Lanang.
Minggu, 22 Juni 2025: Posisi Juliana Semakin Terperosok
Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR), Yarman dalam keterangan tertulis pada hari Minggu menyatakan poisis korban dilaporkan semakin terperosok.
Tali sepanjang 300 meter yang dipersiapkan oleh tim rescue belum cukup menjangkau titik keberadaan korban.
"Tim telah turun hingga 300 meter namun belum menjangkau korban, berusaha memanggil korban tapi tidak ada sahutan ataupun respons dari korban," kata Yarman.
"Pukul 10.00 WITA, informasi visual dari drone menunjukkan korban tidak lagi berada di titik sebelumnya," kata Yarman.
Yarman menyampaikan bahwa kabut tebal dan cuaca basah mengakibatkan drone thermal belum dapat digunakan secara maksimal sehingga proses pencarian Juliana belum membuahkan hasil.
Tim SAR gabungan melakukan proses evakuasi terhadap Juliana pendaki asal Brasil yang jatuh saat mendaki Gunung Rinjani, Lombok, NTB, Senin (23/6/2025). Media Asing Soroti Nasib Juliana, Pendaki Brasil yang Ditemukan Jatuh di Gunung Rinjani tapi Sulit Dievakuasi
Senin, 23 Juni 2025: Juliana Ditemukan Tersangkut di Tebing Batu
Pada pencarian hari ketiga, Senin (23/6/2025) pagi, posisi Juliana akhirnya terpantau menggunakan drone thermal dalam posisi tersangkut di tebing batu pada kedalaman sekitar 500 meter.
"Pukul 06.30 WITA, korban berhasil terpantau menggunakan drone, dalam posisi tersangkut di tebing batu pada kedalaman sekitar 500 meter dan secara visual dalam keadaan tidak bergerak," kata Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR), Yarman dalam keterangan resminya.
Sayangnya, tim evakuasi masih mengalami kesulitan untuk menjangkau posisi korban.
"Namun, setelah observasi, ditemukan dua overhang besar sebelum bisa menjangkau korban membuat pemasangan anchor tidak memungkinkan, tim rescue harus melakukan climbing untuk bisa menjangkau korban," kata Yarman.
Kondisi medan yang ekstrem serta cuaca kabut tebal yang mempersempit jarak pandang meningkatkan risiko. Sehingga, demi keselamatan, tim penyelamat akhirnya ditarik kembali ke posisi aman.
Selasa, 24 Juni 2025: Usaha Evakuasi Juliana Gagal
Berbagai usaha dilakukan untuk menjangkau posisi Juliana, termasuk menggunakan helikopter bantuan PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT).
Helikopter awalnya dikerahkan untuk melakukan evakuasi pada Selasa (24/6/2025) siang.
Namun proses evakuasi menggunakan helikopter kembali terhambat kondisi cuaca dan kabut tebal, sehingga usaha penyelamatan manual kembali dilakukan.
Lebih lanjut, Kepala Basarnas, Marsekal Muda TNI Mohammad Syafii, menyampaikan bahwa korban ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa di kedalaman 600 meter.
Syafii menjelaskan bahwa tujuh penyelamat dari tim SAR gabungan berhasil mencapai kedalaman 400 meter pada pukul 16.52 WITA.
Kemudian, pada pukul 18.00 WITA, seorang penyelamat dari Basarnas bernama Hafid Hasadi berhasil menjangkau tubuh korban pada kedalaman 600 meter.
Petugas melakukan pemeriksaan terhadap Juliana, namun sayangnya tidak ditemukan tanda-tanda kehidupan.
Selanjutnya, pada pukul 18.31 WITA, tiga personel tambahan dari potensi SAR diturunkan ke lokasi. Mereka melakukan proses wrapping survivor sebagai persiapan evakuasi.
Tujuh anggota tim penyelamat bermalam di lokasi dengan sistem flying camp, di mana tiga orang berada di titik anchor pada kedalaman 400 meter dan empat orang lainnya bersama korban.
Karena cuaca buruk dan jarak pandang terbatas, evakuasi tidak dapat dilanjutkan pada malam hari dan akan dilakukan pada hari berikutnya atau Rabu (25/6/2025).
Rabu, 25 Juni 2025: Evakuasi Jenazah Juliana Dilakukan
Tim SAR menjadwalkan proses pengangkatan korban dilakukan pada Rabu pagi, pukul 06.00 WITA.
Evakuasi direncanakan dilakukan menggunakan metode lifting atau pengangkatan vertikal. Setelah itu, korban akan ditandu menyusuri jalur pendakian menuju Posko Sembalun.
"Korban diangkat ke atas, kemudian dari LKP (Last Known Position), korban akan dibawa menyusuri rute pendakian ke posko Sembalun," kata Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Marsekal Madya TNI Mohammad Syafi'i.
Dari posko, jenazah akan dievakuasi secara medis menggunakan helikopter ke RS Bhayangkara Polda NTB.
Seluruh tim berharap proses evakuasi yang akan dilaksanakan mulai pagi ini dapat berjalan lancar dan aman sesuai rencana.
(Kompas.com: Karnia Septia, Mohamad Bintang Pamungkas, Bilal Ramadhan, Andi Hartik, Farid Assifa, Ihsanuddin, David Oliver Purba)