Penyebab Perang Thailand - Kamboja: Sengketa Wilayah Lama Kembali Memanas

Konflik bersenjata kembali terjadi di perbatasan Thailand dan Kamboja, memicu kekhawatiran global akan potensi perang terbuka di Asia Tenggara.
Ketegangan ini dipicu oleh sengketa wilayah yang telah berlangsung selama puluhan tahun, terutama di sekitar kompleks Candi Preah Vihear.
Lantas apa sebenarnya yang terjadi, dan konflik Thailand dan Kamboja terkait apa? Simak ulasannya berikut ini:
Penyebab Perang Thailand - Kamboja
Akar Permasalahan: Sengketa Wilayah yang Tak Pernah Usai
Sumber utama konflik Thailand-Kamboja adalah masih soal sengketa perbatasan yang belum terselesaikan secara resmi sejak masa kolonial.
Garis batas sepanjang 817 kilometer antara kedua negara masih menyisakan titik-titik rawan yang kerap memicu bentrokan militer.
Wilayah paling sensitif berada di sekitar Candi Preah Vihear, situs warisan dunia UNESCO yang diklaim oleh kedua negara.
Meski Mahkamah Internasional (ICJ) pada 1962 menetapkan bahwa candi tersebut milik Kamboja, Thailand menolak sejumlah peta kolonial Prancis yang digunakan sebagai dasar keputusan tersebut.
Pemicu Terbaru Konflik Thailand-Kamboja 2025
Situasi memanas sejak Mei 2025 ketika seorang tentara Kamboja tewas dalam insiden baku tembak singkat di wilayah Segitiga Zamrud, zona perbatasan antara Thailand, Kamboja, dan Laos. Sejak itu, serangkaian insiden terus terjadi:
- Ledakan ranjau pada 16 dan 23 Juli melukai enam tentara Thailand, dua di antaranya mengalami amputasi.
- Serangan udara Thailand terhadap pos militer Kamboja pada 24 Juli, sebagai balasan atas insiden tersebut.
- Tembakan artileri dan roket dari Kamboja menghantam wilayah perbatasan Thailand, termasuk fasilitas kesehatan dan rumah warga.
Dampak Langsung: Korban Jiwa dan Kerusakan Infrastruktur
Menurut laporan resmi pemerintah Thailand per 25 Juli 2025:
- 14 orang tewas (13 warga sipil Thailand dan 1 tentara).
- Lebih dari 40 orang luka-luka, termasuk anak-anak.
- Serangan juga merusak rumah sakit di Provinsi Surin, yang mendorong evakuasi pasien dan staf medis.
Kementerian Kesehatan Thailand menyebut penembakan terhadap fasilitas medis sebagai tindakan pelanggaran hukum humaniter internasional.
Ilustrasi - Pengamanan oleh tentara Thailand. ANTARA/Anadolu/py.
Respons Diplomatik dan Ketegangan Politik Domestik
Di tengah memuncaknya konflik, hubungan diplomatik kedua negara semakin memburuk. Thailand sempat mengancam menghentikan aliran listrik dan internet ke kota-kota perbatasan Kamboja, sedangkan Kamboja membalas dengan embargo buah, sayuran, serta larangan tayangan hiburan asal Thailand.
Ketegangan juga menjalar ke politik dalam negeri Thailand. Perdana Menteri Paetongtarn Shinawatra diskors dari jabatannya setelah rekaman percakapannya dengan mantan PM Kamboja, Hun Sen, bocor ke publik.
Dalam rekaman itu, Paetongtarn terdengar mengkritik kebijakan militer Thailand dalam sengketa ini, yang memicu tekanan dari kubu konservatif dan militer.
Sengketa wilayah ini tidak bisa dilepaskan dari sejarah kolonialisme di Asia Tenggara. Peta perbatasan yang digunakan ICJ tahun 1962 didasarkan pada survei kolonial Prancis yang oleh Thailand dianggap tidak valid secara hukum.
Bagi Thailand, tidak semua wilayah sekitar Preah Vihear termasuk dalam keputusan ICJ. Sebaliknya, Kamboja menganggap keputusan tersebut mutlak dan mengikat secara internasional.
Melonjaknya kekerasan di wilayah perbatasan mendorong Dewan Keamanan PBB untuk menggelar sidang darurat. Seruan untuk gencatan senjata dan dimulainya dialog diplomatik semakin menguat dari berbagai pihak, termasuk ASEAN dan negara-negara mitra di Asia-Pasifik.