Belajar dari Bidi Soediro, Kenapa Ada yang Memilih Bertahan Setelah Diselingkuhi Berulang?

Dian Soediro, Bidi, dian soediro, bidi, dian soediro diselingkuhi, alasan tetap bertahan setelah diselingkuhi, bidi soediro diselingkuhi, suami bidi soediro selingkuh, Belajar dari Bidi Soediro, Kenapa Ada yang Memilih Bertahan Setelah Diselingkuhi Berulang?, Bertahan meski jadi korban selingkuh, Tetap bertahan karena rendah diri?, Perbaiki komunikasi dan saling memahami, Bertahan dan menderita, atau bertahan dan semakin bahagia?

Selebgram Dian Soediro atau Bidi memilih mempertahankan rumah tangganya dengan sang suami, Bams Pattikawa, meskipun telah diselingkuhi berkali-kali.

Alasan Bidi tetap setiap kepada Bams dan memaafkan tukang selingkuh itu adalah karena perasaan malu jika mengakhiri hubungan mereka.

“Malu sama orang, karena di medsos terlalu terlihat bucin, tapi ternyata dia nyakitin," kata Bidi dikutip dari YouTube AH, Jumat (25/7/2025).

Selain itu, diakui Bidi, meskipun sudah diperlakukan seperti itu, dia masih mencintai suaminya. Ia juga percaya bahwa suaminya akan berubah.

Berkaca dari kasus Bidi, mengapa ada yang memilih untuk mempertahankan hubungan, meski sudah diselingkuhi berkali-kali?

Bertahan meski jadi korban selingkuh

Kata psikolog keluarga sekaligus konsultan pranikah yang berpraktik di Semarang, Jawa Tengah, Sukmadiarti, M.Psi., ada beberapa hal mengapa seseorang tetap mempertahankan hubungannya walaupun sering menjadi korban perselingkuhan.

1. Komitmen terhadap pernikahan

Pertama adalah komitmen terhadap pernikahan. Menurut Sukmadiarti, pada dasarnya niat untuk menikah adalah sehidup semati dan sehidup sesurga.

“Karena seseorang itu punya niat dan komitmen yang tinggi, ketika diuji dengan kasus perselingkuhan, dia tetap bertahan karena ada landasan komitmen,” tutur dia saat dihubungi Kompas.com, Jumat.

2. Sudah memiliki anak

Selanjutnya adalah suami dan istri telah dikaruniai buah hati. Karena sudah memiliki keturunan, keputusan untuk bercerai setelah berkali-kali diselingkuhi tidaklah mudah.

“Tanggung jawabnya tidak hanya dirinya sendiri lagi kalau sudah menikah, tapi juga sudah keluarga besar. Apalagi kalau sudah punya keturunan. Sehingga, anak juga menjadi salah satu alasan kenapa seseorang itu bertahan,” kata Sukmadiarti.

3. Beribadah

Pernikahan adalah ibadah seumur hidup. Kebanyakan orang yang memaknai pernikahan seperti itu bakal berusaha untuk mempertahankan hubungannya, meski ada kondisi yang tidak menyenangkan.

Tetap bertahan karena rendah diri?

Banyak yang menganggap bahwa suami atau istri yang bertahan, meskipun sering diselingkuhi adalah perasaan rendah diri.

Kendati demikian, Sukmadiarti menganggap mereka memiliki nilai yang tinggi. Sebab, pertimbangannya bukan lagi sekadar ego

Ada banyak hal yang perlu dipertimbangkan, seperti yang disebutkan sebelumnya, di antaranya adalah komitmen, tujuan menikah untuk beribadah, dan sudah memiliki anak.

“Perasaan insecure pasti ada, tapi rata-rata orang bertahan itu bukan karena rendah diri dan dia enggak berani keluar dari hubungan itu. Dia punya nilai yang jauh lebih tinggi,” jelas dia.

Perbaiki komunikasi dan saling memahami

Ketika memiliki nilai yang tinggi, korban perselingkuhan bakal mencoba untuk saling memahami dengan memperbaiki komunikasi dengan pasangannya.

Sebab, perselingkuhan terjadi bukan karena satu pihak saja, tetapi ada pengaruh dari pihak lainnya. Namun, bukan berarti perselingkuhan bukanlah perilaku yang salah.

“Perlu kita pahami bahwa adanya suatu permasalahan dalam rumah tangga itu sebabnya pasti kedua belah pihak. Hanya saja, poin salahnya adalah mana yang lebih besar. Kalaupun pasangan punya kekurangan, ya jangan selingkuh,” terang Sukmadiarti.

Namun, ketika perselingkuhan terjadi, ini bisa dimanfaatkan sebagai momen untuk saling belajar memperbaiki komunikasi.

Beri tahu apa yang belum diberikan oleh pasangan, yang membuat mereka memutuskan untuk mencari hal tersebut ke pihak di luar hubungan pernikahan.

Bertahan dan menderita, atau bertahan dan semakin bahagia?

Menurut Sukmadiarti, ada dua pilihan dalam menangani kasus perselingkuhan, yaitu bertahan dan menderita atau bertahan dan semakin bahagia.

“Ketika pasangan ketahuan berselingkuh dan kita ingin bertahan, kita bisa memilih bertahan dan menderita seumur hidup dengan membiarkan luka di hati itu ada,” ucap dia.

Namun, jika memilih untuk bertahan dan semakin bahagia, mereka perlu memulihkan diri dan belajar untuk kembali saling mengenal, sehingga bisa kembali mengisi satu sama lain.

“Kuncinya ketika ada permasalahan, jalan keluarnya bukan salah satu pihak selingkuh, tapi saling komunikasi dan memahami,” tegas Sukmadiarti.

Misalnya, seorang suami sudah lelah dan stres dengan permasalahan kantor. Setibanya di rumah, ia ingin ketenangan yang diberikan oleh sang istri, entah itu mengobrol santai atau berpelukan.

Namun, setibanya di rumah, sang suami malah disambut dengan keriwehan sang istri yang sibuk merapikan rumah sekaligus mengurus anak. Sehingga, menyambut suami pulang kerja tidak menjadi prioritas.

Akhirnya, ketika ada momen suami mendapat perhatian yang diinginkan dari pihak ketiga, perselingkuhan pun terjadi. Padahal, semua bisa diatasi dengan komunikasi terbuka, serta saling jujur tentang apa yang diinginkan dan dibutuhkan.

“Nah, ini yang dipelajari di sesi konseling pernikahan. Istri tahu apa yang suami butuhkan, begitu juga dengan suaminya (melalui komunikasi dan belajar). Ini yang membuat hubungan jadi semakin bahagia,” kata Sukmadiarti.

“Tapi, kalau tidak belajar, hanya saling menyalahkan, ya sudah, selesai. Masing-masing enggak tahu poin kesalahannya di mana,” pungkas dia.