Suka Makan Pedas? Hati-Hati Bisa Bikin Gemuk!

Banyak orang percaya bahwa makan pedas bisa membantu menurunkan berat badan karena dianggap mampu membakar lemak. Di sisi lain, ada pula yang merasa bahwa makanan pedas justru bikin mereka makan lebih banyak sehingga berat badan bertambah.
Jadi, sebenarnya mana yang benar? Apakah makan pedas bikin kurus atau justru bikin gemuk? Mari kita bahas secara ilmiah dan mendalam.
Di Indonesia, makanan pedas bukan sekadar menu, tapi sudah menjadi bagian dari gaya hidup. Dari sambal terasi, ayam geprek, hingga mie pedas, semuanya punya tempat di hati para pecinta kuliner. Banyak yang percaya, kalau sudah makan pedas, lemak akan terbakar karena tubuh terasa panas dan berkeringat.
Namun, ada juga yang berpendapat sebaliknya. Rasa pedas justru membuat mereka makan lebih banyak, terutama nasi putih, untuk mengurangi sensasi panas di mulut. Akibatnya, kalori yang masuk lebih banyak, berat badan pun naik. Kedua pendapat ini sebenarnya masuk akal, tetapi perlu kita lihat dari sisi ilmiah untuk tahu kebenarannya.
Bagaimana Rasa Pedas Memengaruhi Tubuh?
Rasa pedas berasal dari senyawa capsaicin yang ada pada cabai. Senyawa ini memicu reseptor panas di mulut dan lidah, sehingga tubuh merespons dengan meningkatkan aliran darah, detak jantung, dan suhu tubuh. Proses inilah yang membuat kita berkeringat setelah makan pedas.
Capsaicin juga dikenal bisa memicu thermogenesis, yaitu proses pembakaran energi untuk menghasilkan panas tubuh. Inilah yang sering dijadikan alasan mengapa makan pedas dianggap membantu membakar lemak. Namun, seberapa besar efeknya terhadap penurunan berat badan?
Lantas bagaimana tentang anggapan terkait dengan makan makanan pedas bisa membakar lemak? Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa capsaicin memang dapat sedikit meningkatkan metabolisme dan pembakaran kalori. Namun, jumlah kalori yang dibakar ternyata sangat kecil.
Profesor nutrisi di University of Illinois Chicago yang banyak meneliti topik diet dan metabolisme, Dr. Krista Varady, Ph.D, menjelaskan bahwa capsaicin dapat meningkatkan thermogenesis, tetapi efeknya hanya sekitar 10–20 kalori ekstra per hari. Itu setara dengan setengah sendok teh gula. Jadi, penurunan berat badan yang signifikan tidak akan terjadi hanya karena makan pedas.
Artinya, jika berharap makan pedas saja bisa bikin kurus tanpa mengubah pola makan atau berolahraga, kemungkinan besar hasilnya akan mengecewakan. Efek pembakaran kalori dari pedas terlalu kecil untuk membuat perubahan besar pada berat badan.
Faktor yang Justru Bisa Bikin Gemuk Saat Makan Pedas
Meski capsaicin punya sedikit efek meningkatkan metabolisme, ada faktor lain yang bisa membuat makanan pedas malah bikin berat badan naik, terutama di Indonesia.
- Cara pengolahan makanan pedas biasanya tinggi kalori
Banyak makanan pedas dimasak dengan minyak berlebihan, santan kental, atau digoreng. Misalnya sambal goreng kentang, ayam geprek dengan keju leleh, atau mie pedas instan yang tinggi lemak. Semua itu menambah kalori yang masuk ke tubuh. - Rasa pedas bisa memicu makan lebih banyak
Sebagian orang jadi lebih lahap makan ketika menyantap makanan pedas. Banyak yang menambah porsi nasi agar rasa pedas berkurang di lidah, sehingga kalori yang dikonsumsi bertambah. - Makanan pedas sering dikombinasikan dengan karbohidrat tinggi
Coba bayangkan sambal terasi dengan nasi hangat atau mie pedas dengan topping gorengan. Kombinasi ini bisa membuat asupan kalori jauh lebih tinggi dari yang dibutuhkan tubuh. - Gangguan pencernaan bisa memengaruhi pola makan
Terlalu sering makan pedas dapat menyebabkan gangguan lambung atau iritasi usus. Akibatnya, pola makan jadi tidak teratur dan metabolisme terganggu.
Jadi, jika kamu merasa berat badan bertambah setelah sering makan pedas, kemungkinan besar bukan karena cabainya, tapi karena bahan tambahan dan pola makan yang kurang terkontrol.
Menurut Varady, makan pedas bisa membantu sebagian orang merasa lebih cepat kenyang sehingga mengurangi porsi makan. Namun, efek ini tidak berlaku pada semua orang.
“Beberapa orang melaporkan bahwa makanan pedas membuat mereka kenyang lebih cepat dan makan lebih sedikit. Tetapi pada orang lain, pedas justru memicu nafsu makan yang lebih besar. Itu sangat individual,” jelas Varady.
Beliau menegaskan bahwa berat badan tidak akan turun hanya karena makan pedas. Faktor terpenting tetaplah keseimbangan antara kalori yang masuk dan kalori yang keluar. Jika asupan kalori harian lebih tinggi dari yang dibakar tubuh, berat badan pasti naik, terlepas dari seberapa pedas makanan yang dikonsumsi.
Dari penjelasan di atas, bisa disimpulkan bahwa:
- Makan pedas tidak otomatis bikin kurus.
Efek pembakaran kalori dari capsaicin terlalu kecil untuk memberikan dampak besar pada berat badan. - Makan pedas juga tidak otomatis bikin gemuk.
Hal yang membuat gemuk biasanya adalah bahan tambahan minyak, santan, gorengan atau porsi makanan yang berlebihan. - Hasilnya sangat tergantung pada cara pengolahan dan pola makan secara keseluruhan.
Sambal segar yang hanya terdiri dari cabai, tomat, bawang, dan sedikit garam tentu berbeda efeknya dibanding sambal goreng bersantan yang tinggi lemak.
Tips Aman Menikmati Makanan Pedas Tanpa Takut Berat Badan Naik
Kalau kamu pecinta pedas tapi ingin berat badan tetap terjaga, coba tips ini:
- Pilih sambal atau makanan pedas yang rendah minyak dan santan.
Misalnya sambal matah atau sambal bawang segar yang tidak digoreng. - Batasi porsi karbohidrat.
Jangan sampai rasa pedas membuat kamu menambah nasi dua kali lipat. - Kombinasikan dengan protein rendah lemak.
Seperti ayam tanpa kulit, ikan, tahu, atau tempe yang direbus atau dipanggang. - Perhatikan waktu makan.
Hindari makan pedas terlalu larut malam karena bisa memicu gangguan tidur dan asam lambung naik. - Tetap kontrol total kalori harian.
Makan pedas tidak akan mengubah fakta bahwa kalori berlebih akan tersimpan sebagai lemak.