Hari Sahabat Sedunia 2025, Ini 7 Kunci Persahabatan Langgeng Seumur Hidup
- 1. Tujuh tahun jadi batas psikologis kelanggengan pertemanan
- 2. Kesempatan yang menyatukan
- 3. Teori 300 jam, persahabatan butuh waktu nyata
- 4. Kesamaan adalah perekat emosional
- 5. Persahabatan adalah investasi sosial dan emosional
- 6. Empati dan toleransi terhadap perbedaan
- 7. Perubahan lingkungan sosial tak selalu bertemu teman baru
- 8. Persahabatan bukan sekadar nostalgia, tapi pilihan

Hari Sahabat Sedunia yang diperingati setiap 30 Juli menjadi momentum untuk merayakan dan merefleksikan arti dari sebuah persahabatan sejati
Sejumlah studi dan pandangan ahli menunjukkan, bahwa mempertahankan persahabatan tidak sesederhana saling menyapa atau mengingat hari ulang tahun.
Hubungan ini membutuhkan waktu, usaha, serta kesamaan nilai dan pengalaman.
Di Hari Sahabat Sedunia 2025, pahami beberapa faktor yang diyakini membuat persahabatan bertahan seumur hidup. Simak selengkapnya.
7 Kunci persahabatan bisa langgeng seumur hidup
1. Tujuh tahun jadi batas psikologis kelanggengan pertemanan
Menurut sosiolog Gerald Mollenhorst, persahabatan memiliki siklus alami. Dalam penelitiannya, ia menemukan ada lebih dari separuh jaringan sosial seseorang akan berganti setiap tujuh tahun.
Perubahan ini biasanya dipengaruhi oleh konteks kehidupan seperti pindah pekerjaan, perubahan tempat tinggal, atau transisi sosial lainnya.
Meski begitu, jika hubungan kamu dan sahabat bisa berlangsung selama lebih dari 7 tahun, dengan berbagai kesibukan dan perbedaan, itu sudah termasuk persahabatan yang langgeng.
“Namun jika sebuah hubungan mampu bertahan lebih dari tujuh tahun, kemungkinannya sangat kecil untuk berakhir kecuali terjadi konflik besar atau pergeseran nilai,” kata Mollenhorst, seperti dilansir dari Body and Soul, Rabu (30/7/2025).
2. Kesempatan yang menyatukan
Mollenhorst juga menyoroti, sebagian besar persahabatan terbentuk karena peluang kontekstual, bukan karena kita secara sadar memilih sahabat tersebut.
Misalnya, kamu cenderung menjalin hubungan dengan teman kantor, tetangga, atau rekan aktivitas komunitas karena frekuensi pertemuan yang tinggi, bukan karena nilai atau minat yang sepenuhnya sejalan.
Hal ini menjelaskan mengapa persahabatan sering berubah seiring perubahan lingkungan hidup.
3. Teori 300 jam, persahabatan butuh waktu nyata
Psikolog komunikasi sekaligus Direktur Relationship and Technology Lab di University of Kansas, Jeffrey Hall menemukan, dibutuhkan sekitar 300 jam interaksi untuk membangun persahabatan sejati.
Dalam studinya yang melibatkan ratusan mahasiswa baru dan orang dewasa, Hall membedakan berbagai tingkatan hubungan, mulai dari kenalan, teman biasa, hingga sahabat dekat.
Ia menemukan bahwa, sekitar 50 jam dibutuhkan untuk transisi dari kenalan menjadi teman biasa, 90 jam untuk menjadi teman dekat, dan 300 jam atau lebih untuk menjadi sahabat karib.
Waktu tersebut mencakup aktivitas yang menciptakan kedekatan emosional, seperti berbincang mendalam, berbagi pengalaman, atau menghabiskan waktu luang bersama, bukan sekadar berada di ruangan yang sama.
4. Kesamaan adalah perekat emosional
Menurut Robin Dunbar, psikolog evolusi asal Inggris, persahabatan yang kuat dan langgeng biasanya memiliki tujuh tumpang tindih atau kesamaan penting, yaitu:
- Bahasa yang sama
- Jalur karier yang serupa
- Selera humor
- Asal daerah yang sama
- Hobi yang sama
- Pandangan hidup yang sejalan
- Selera musik yang serupa
“Semakin banyak area yang tumpang tindih, semakin dalam dan kuat ikatan persahabatan yang terbentuk,” kata Dunbar, dikutip dari Time.
Ia menekankan, koneksi sosial bukan hanya soal chemistry, tapi juga tentang kesamaan yang membangun kenyamanan dan pemahaman bersama.
5. Persahabatan adalah investasi sosial dan emosional
Dunbar juga menjelaskan, otak manusia memiliki keterbatasan dalam mempertahankan jumlah hubungan dekat.
Seseorang hanya bisa memiliki sekitar lima hubungan sangat dekat, termasuk sahabat karib dan pasangan hidup.
Oleh karena itu, persahabatan yang langgeng tidak bisa bertahan tanpa investasi emosional aktif dan prioritas dalam waktu.
Hal ini berarti kamu harus benar-benar meluangkan ruang dalam hidup kita untuk mereka, dan sebaliknya.
Hari Sahabat Sedunia bisa menjadi kesempatan untuk meluangkan waktu berkumpul bersama sahabat.
6. Empati dan toleransi terhadap perbedaan
Lebih lanjut, Dunbar menegaskan, konflik atau perbedaan pandangan tidak selalu merusak hubungan, asalkan kedua pihak memiliki empati dan kemampuan untuk berdialog secara terbuka.
Bahkan, banyak persahabatan bertahan justru karena mampu melewati perbedaan, bukan karena selalu sejalan.
Dalam konteks ini, kematangan emosional dan kepercayaan menjadi modal utama menjaga ikatan tetap erat.
7. Perubahan lingkungan sosial tak selalu bertemu teman baru
Meski lingkungan sosial baru sering kali menghasilkan pertemanan baru, Dunbar menegaskan, persahabatan sejati dapat bertahan melampaui ruang dan waktu.
“Jika kamu dan sahabat masa kecil tetap terhubung meski tinggal di negara bagian berbeda, itu adalah bukti bahwa hubungan kamu telah tumbuh lebih dalam dari sekadar kebiasaan bertemu,” ungkap dia.
Faktor seperti sejarah bersama, pengalaman emosional yang kuat, dan ikatan kepercayaan membuat hubungan seperti ini tidak mudah tergantikan.
8. Persahabatan bukan sekadar nostalgia, tapi pilihan
Terakhir, Dunbar mengingatkan, mempertahankan sahabat bukan hanya tentang masa lalu, tetapi tentang pilihan aktif di masa kini.
Kita perlu terus membangun percakapan bermakna, menunjukkan empati, dan hadir dalam kehidupan satu sama lain.
Hubungan yang tidak diberi ruang untuk tumbuh akan perlahan-lahan menjauh, meski dulunya sangat dekat.
Maka, komunikasi, perhatian, dan niat saling menjaga adalah kunci agar persahabatan tidak pudar.
Hari Sahabat Sedunia menjadi momen yang tepat untuk tidak hanya mengucap “terima kasih” kepada para sahabat, tetapi juga merefleksikan upaya kita dalam mempertahankan hubungan tersebut.
Sebab, persahabatan sejati tidak terjadi begitu saja, melainkan hasil dari waktu, usaha, dan komitmen dua orang yang memilih untuk terus hadir satu sama lain.