Rebo Wekasan 2025 Tanggal Berapa? Ini Tradisi Hari Rabu Terakhir di Bulan Safar

Pada bulan Agustus 2025, sebagian masyarakat Indonesia akan kembali melaksanakan tradisi Rebo Wekasan.
Berdasarkan Kalender Hijriah Indonesia 2025 terbitan Ditjen Bimas Islam Kementerian Agama RI, hari terakhir bulan Safar 1447 H akan berakhir pada 24 Agustus 2025 dan umat Islam memasuki bulan Rabiul Awal atau Mulud.
Sehingga, Rabu Wekasan akan jatuh 26 Safar 1447 H atau pada 20 Agustus 2025.
Rebo Wekasan sendiri merupakan tradisi yang dilaksanakan setiap hari Rabu terakhir di bulan Safar dalam kalender Islam.
Dalam penanggalan Qomariyah, bulan Safar jatuh setelah Muharram dan sebelum Rabiul Awal.
Sejarah Tradisi Rebo Wekasan
Dilansir dari (20/9/2022), Tradisi Rebo Wekasan masih dijalankan di berbagai daerah di Indonesia mulai dari Sumatera, Jawa, Madura, Kalimantan, hingga Maluku.
Tradisi ini diyakini muncul sejak abad ke-17, pada masa Wali Songo. yang keberadaannya merujuk pada sebuah hadist Rasulullah SAW.
Hal ini bermula dari Rasulullah SAW yang menanggapi pandangan tentang adanya kesialan yang melekat pada bulan Safar.
Dalam hadist tersebut, Rasulullah menegaskan agar tidak mencela waktu dan ketetapan Allah serta menganjurkan umatnya untuk tetap beriman pada qadha dan qadar-Nya.
Para ulama kemudian lebih menekankan dengan menyebut bulan ini sebagai Shafar al-Khair atau Safar yang baik.
Apa yang Dilakukan Saat Rebo Wekasan?
Pelaksanaan Rebo Wekasan biasanya dilakukan dengan menjalani tradisi berupa amaliyah seperti shalat, dzikir, doa, dan tabarruk.
Masyarakat memaknainya sebagai bentuk permohonan turunnya kebaikan serta perlindungan dari musibah dan cobaan.
Tradisi ini juga dipercaya dapat menolak bala karena pada bulan Safar diyakini Allah menurunkan lebih dari 500 macam penyakit.
Seiring waktu, perayaan Rebo Wekasan berkembang dengan beragam tradisi di tiap daerah.
Di Aceh misalnya, masyarakat mengenalnya sebagai Rabu Abeh. Tradisi ini dilakukan turun-temurun di Aceh Barat dan Aceh Selatan.
Dulu, pelaksanaannya dilakukan dengan memotong kerbau dan membuang bagian kepalanya ke laut sebagai penolak bala. Kini, tradisi tersebut diganti dengan pembacaan shalawat, dzikir, dan doa.
Di Bantul, Yogyakarta, masyarakat Desa Wonokromo menyebutnya sebagai Rebo Pungkasan.
Konon pada hari itu Sri Sultan HB I bertemu dengan Mbah Kyai Faqih Usman yang diyakini mampu menyembuhkan penyakit dan membawa berkah.
Dulu, perayaan dilakukan di pertemuan Kali Opak dan Kali Gajahwong. Kini dipusatkan di Lapangan Wonokromo.
Puncak acara biasanya digelar pada malam Rabu dengan mengarak lemper raksasa yang kemudian dibagi-bagikan kepada warga.
Di Banten, tradisi Rebo Wekasan dikenal dengan nama Dudus. Masyarakat Karundang Tengah, Kota Serang, melaksanakan ritual mandi kembang tujuh rupa yang sudah ada sejak masa Kesultanan Banten.
Selain itu, ada pula tradisi sedekah bumi pada malam harinya. Tujuannya beragam, mulai dari memohon panjang umur, kesehatan, rezeki lancar, hingga terhindar dari bahaya.
Di Gresik, Jawa Timur, masyarakat Desa Suci, Kecamatan Manyar, melestarikan tradisi Rebo Wekasan dengan sedekah bumi berupa doa bersama dan selamatan di sekitar Telaga Suci.
Di Banyuwangi, Jawa Timur, tradisi ini dikenal dengan Petik Laut. Warga Pantai Waru Doyong menggelarnya dengan doa bersama dan melarung sesaji di kapal kecil ke tengah laut, sebagai wujud permohonan keselamatan dan tolak bala.
Di Kalimantan Selatan, perayaan disebut Arba Mustamir yang berarti Rabu berkelanjutan. Tradisi ini dilaksanakan dengan shalat sunnah, membaca ayat suci, dan doa berjamaah.
Sementara di Maluku Tengah, masyarakat Negeri Hitu Lama melaksanakan tradisi Mandi Safar. Mereka percaya ritual ini membawa keselamatan dan menjauhkan dari marabahaya.
Rangkaian acaranya meliputi doa bersama, membuat panganan lamet, hingga ditutup dengan mandi bersama di pantai. Tradisi ini telah ada sejak ratusan tahun silam
Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!