Kapan Rebo Wekasan 2025? Ini Sejarah dan Tradisinya

tradisi rebo wekasan, sejarah rebo wekasan, Rebo Wekasan, Kapan Rebo Wekasan 2025, Kapan Rebo Wekasan 2025 Ini Sejarah dan Tradisinya, Kapan Rebo Wekasan 2025? Ini Sejarah dan Tradisinya

Rebo wekasan atau Rebo pungkasan adalah istilah untuk menyebut hari Rabu terakhir di bulan Safar. Bulan Safar adalah bulan kedua dalam penanggalan Hijriyah. 

Kata “Rabo” berarti hari Rabu dan wekasan berarti akhir atau penutup. 

Dalam masyarakat berkembang kepercayaan bahwa hari Rabu terakhir bulan Safar merupakan salah satu turunnya bala bencana.

Sejarah Rebo Wekasan 

Dilansir dari Kompas.com (14/09/2023), sejarah Rebo Wekasan memiliki berbagai versi sejarah yang berkembang di masyarakat.

Tradisi ini masih dilestarikan oleh sebagian umat Islam di Indonesia dengan keyakinan bahwa hari tersebut memiliki kekuatan untuk menangkal berbagai penyakit.

Versi Pertama: Kiai Welit dan Pengaruhnya di Wonokromo

Salah satu versi menyebutkan bahwa tradisi Rebo Wekasan dimulai pada tahun 1784 di Wonokromo, Yogyakarta. 

Masyarakat setempat mempercayai bahwa Kiai Faqih Usman, yang lebih dikenal dengan nama Kiai Welit, memiliki ilmu dalam bidang agama dan ketabiban yang sangat tinggi.

Kiai Welit terkenal karena kemampuannya dalam menyembuhkan orang sakit, yang kemudian menarik perhatian Sri Sultan Hamengkubuwono I.

Menurut cerita, setelah mendengar kabar tentang kehebatan Kiai Welit, Sri Sultan HB I mengutus empat prajurit untuk mengundang sang kiai ke keraton.

Kiai Welit membuktikan kemampuannya dengan menyembuhkan orang yang sakit, yang membuat Sri Sultan terkesan.

Setelah kepergian Kiai Welit, masyarakat Wonokromo percaya bahwa mandi di Kali Opak dan Kali Gajahwong pada hari Rebo Wekasan dapat menyembuhkan berbagai penyakit, sebuah praktik yang hingga kini masih dipercaya oleh sebagian orang.

Versi Kedua: Asal Usul di Keraton Mataram

Versi lain menyatakan bahwa tradisi Rebo Wekasan bermula dari Keraton Mataram pada sekitar tahun 1600. 

Pada masa itu, sebuah wabah penyakit melanda Keraton Mataram, dan sebagai upaya untuk mengusir penyakit tersebut, diadakanlah ritual yang kemudian dikenal dengan nama Rebo Wekasan. 

Ritual ini bertujuan untuk menolak bala dan menjaga kesehatan masyarakat di sekitar Keraton.

Versi Ketiga: Rebo Wekasan dan Wali Songo

Ada juga yang berpendapat bahwa tradisi Rebo Wekasan pertama kali dilakukan pada masa Wali Songo, yang dikenal sebagai penyebar agama Islam di Jawa.

Pada waktu itu, banyak ulama yang meyakini bahwa pada bulan Safar, Allah SWT akan menurunkan lebih dari 500 macam penyakit. 

Untuk menghindari bahaya tersebut, para ulama melakukan tirakatan dengan banyak berdoa dan beribadah. Rebo Wekasan menjadi salah satu cara untuk memohon perlindungan dari segala penyakit.

Kapan Rebo Wekasan 2025?

Tradisi Rebo Wekasan selalu jatuh pada Rabu terakhir di bulan Safar, yang merupakan bulan kedua dalam kalender Hijriah.

Dalam Kalender Hijriah Indonesia 2025 yang diterbitkan oleh Kementerian Agama (Kemenag) RI, bulan Safar 1447 H dimulai pada 26 Juli 2025 dan berakhir pada 24 Agustus 2025.

Berdasarkan perhitungan tersebut, Rabu terakhir di bulan Safar pada tahun 1447 H jatuh pada tanggal 26 Safar 1447 H, yang bertepatan dengan tanggal 20 Agustus 2025.

Oleh karena itu, peringatan Rebo Wekasan di tahun 2025 akan dilaksanakan pada hari Rabu, 20 Agustus 2025.

tradisi rebo wekasan, sejarah rebo wekasan, Rebo Wekasan, Kapan Rebo Wekasan 2025, Kapan Rebo Wekasan 2025 Ini Sejarah dan Tradisinya, Kapan Rebo Wekasan 2025? Ini Sejarah dan Tradisinya

Bupati Bantul Abdul Halim Muslih mencicipi lemper raksasa, sebelum diperebutkan warga, pada upacara adat Rebo Pungkasan di halaman Kalurahan Wonokromo, Kapanewon Pleret, Selasa (20/9/2022) malam.

Tradisi Rebo Wekasan di Daerah

Berbagai daerah di tanah air melaksanakan acara ritual dengan cara yang unik dan khas, masing-masing memiliki tujuan untuk memohon keselamatan dan perlindungan dari bahaya. Berikut adalah beberapa tradisi yang dilaksanakan di berbagai daerah:

1. Rabu Abeh di Aceh

Di Aceh, tradisi Rebo Wekasan dikenal dengan sebutan Rabu Abeh. Pada masa lalu, masyarakat Aceh mengadakan ritual dengan memotong seekor kerbau, lalu membuang kepalanya ke laut sebagai simbol pembersihan dan permohonan perlindungan.

Namun, seiring berjalannya waktu, tradisi ini mengalami perubahan, dan kini digantikan dengan kegiatan spiritual seperti pembacaan sholawat, dzikir, dan doa bersama.

2. Mengarak Lemper Raksasa di Bantul

Di Bantul, Yogyakarta, tradisi Rebo Wekasan ditandai dengan acara mengarak lemper raksasa, yang kemudian dibagikan kepada warga sekitar.

Lemper besar ini melambangkan rasa syukur dan harapan akan keselamatan, serta mempererat tali persaudaraan di antara masyarakat.

3. Dudus dan Sedekah Bumi di Banten

Di Banten, masyarakat melaksanakan tradisi Dudus, yaitu mandi kembang tujuh rupa yang dilakukan dengan tujuan membersihkan diri dari berbagai gangguan.

Ritual ini dilanjutkan dengan sedekah bumi, sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil bumi yang telah diperoleh dan untuk memohon keberkahan.

4. Petik Laut di Banyuwangi

Di Banyuwangi, tradisi Rebo Wekasan diperingati dengan petik laut, yang diisi dengan doa bersama.

Ritual ini melibatkan melarung sesaji ke tengah laut menggunakan sebuah kapal kecil sebagai simbol permohonan keselamatan bagi nelayan dan masyarakat pesisir.

Ritual petik laut ini juga berfungsi untuk menjaga kelestarian alam dan menghindarkan dari bencana.

5. Mandi Safar di Maluku Tengah

Di Maluku Tengah, masyarakat memperingati Rebo Wekasan dengan mandi Safar, sebuah ritual yang dilakukan untuk mendatangkan keselamatan dan menghindarkan diri dari mara bahaya. Ritual mandi ini melibatkan air yang dipercaya memiliki khasiat untuk membersihkan diri secara spiritual.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul

Antara 

Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!