Apa Itu Rebo Wekasan? Momen Rabu Terakhir Bulan Safar yang Dipercaya Tolak Bala

rabu wekasan, rebab berfungsi sebagai alat musik melodi, Rebo Wekasan, rabu wekasan 2025, rabu wekasan 2025 jatuh pada tanggal berapa, Rebo Wekasan 2025, rabu wekasan 2025 jatuh pada tanggal, Apa Itu Rebo Wekasan? Momen Rabu Terakhir Bulan Safar yang Dipercaya Tolak Bala

Tradisi Rebo Wekasan yang diperingati sebagian masyarakat Muslim setiap Rabu terakhir bulan Safar kembali menjadi perhatian. Pada tahun ini, Rebo Wekasan 2025 bertepatan dengan Rabu (20/8/2025) atau 25 Safar 1447 Hijriah.

Tradisi ini biasanya diiringi dengan sejumlah amalan ibadah, mulai dari shalat khusus, pembacaan doa tolak bala, hingga dzikir dengan lafal tertentu yang diyakini mampu mendatangkan perlindungan dari musibah.

Pandangan MUI tentang Shalat pada Rebo Wekasan

Dikutip dari mui.or.id, Sekretaris Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), Kiai Miftah, menegaskan bahwa setiap bentuk ibadah, khususnya yang termasuk ibadah mahdhah atau murni seperti shalat, harus berlandaskan aturan syariat.

“Dalam fikih, ibadah mahdhah bersifat tauqifiyah. Artinya, harus berdasarkan petunjuk dari Alquran dan Sunnah, baik secara langsung maupun tidak langsung,” ujarnya dalam keterangan tertulis kepada MUI Digital, Selasa (19/8/2025).

Kiai Miftah menjelaskan, ibadah yang memiliki dalil langsung antara lain shalat dhuha, shalat gerhana, dan shalat witir. Adapun dalil tidak langsung berlaku pada shalat sunah mutlak, yakni shalat yang dapat dilakukan kapan saja tanpa terikat waktu, sebab, atau tata cara khusus.

Shalat Sunah Mutlak dan Perbedaan Pandangan Ulama

Menurut Kiai Miftah, muncul perbedaan pandangan di kalangan ulama ketika shalat sunah mutlak dilakukan pada waktu tertentu, termasuk pada momen Rebo Wekasan.

“Inilah kemudian yang menjadi perbedaan pendapat ulama, mengenai mengerjakan shalat sunah mutlak pada momen yang dikhususkan,” jelasnya.

Perdebatan muncul lantaran adanya pengkhususan waktu ibadah tanpa dalil yang jelas dari Alquran atau Sunnah. Meski demikian, ia menekankan bahwa prinsip umum shalat sunah mutlak adalah fleksibel.

“Pada dasarnya shalat mutlak tidak terikat oleh waktu atau sebab tertentu,” tegas Kiai Miftah.

Doa dan Dzikir pada Rebo Wekasan

Selain shalat, masyarakat juga melaksanakan wirid, doa, atau dzikir khusus yang dikaitkan dengan Rebo Wekasan. Amalan ini biasanya dilakukan dengan bacaan tertentu, jumlah pengulangan tertentu, dan waktu khusus yang dipercaya dapat menolak bala.

Menurut Kiai Miftah, berdoa dan berdzikir merupakan amalan yang sangat dianjurkan dalam Islam. Namun, masalah timbul ketika doa-doa tersebut dipersepsikan memiliki keutamaan khusus jika dibaca pada hari Rebo Wekasan.

“Berdoa itu ibadah yang mulia, tetapi mengaitkannya dengan momen tertentu tanpa dalil bisa menimbulkan keyakinan yang keliru. Inilah yang menjadi titik perbedaan pendapat para ulama,” katanya.

Tradisi Rebo Wekasan di bulan Safar telah lama dikenal dalam masyarakat Muslim, khususnya di kalangan yang mengaitkannya dengan keyakinan turunnya bala atau musibah pada hari tersebut.

Meskipun demikian, MUI menegaskan perlunya kehati-hatian dalam memahami amalan yang dikaitkan dengan Rebo Wekasan.

Doa, dzikir, dan shalat tetap dianjurkan kapan pun, tetapi pengkhususan tanpa dasar yang jelas dikhawatirkan melahirkan anggapan adanya ketentuan syariat yang sebenarnya tidak ada.

Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!