Masih Banyak Orang Salah Kaprah soal Asuransi

Masih banyak masyarakat Indonesia yang belum menyadari pentingnya memiliki asuransi sebagai bagian dari perencanaan keuangan. Padahal, asuransi merupakan instrumen perlindungan dari risiko finansial yang bisa datang tanpa diduga.
Tingkat literasi keuangan terkait asuransi di Indonesia masih tergolong rendah. Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2025 mencatat tingkat literasi baru mencapai 45,45%, sementara inklusi atau kepemilikan produk asuransi hanya 28,50%.
Rendahnya tingkat pemahaman ini menyebabkan banyak orang salah kaprah tentang fungsi dan manfaat asuransi. Tak jarang, mereka baru menyadari pentingnya asuransi setelah mengalami musibah atau kerugian finansial yang besar.
Salah satu penyebab masyarakat enggan memiliki asuransi adalah anggapan bahwa membayar premi setiap bulan adalah pengeluaran sia-sia. Padahal, premi adalah bentuk investasi jangka panjang untuk ketenangan hidup.

Booth Garda Oto di GIIAS 2025
“Asuransi bisa diibaratkan seperti ‘expect the unexpected’, di mana kita harus selalu siap menghadapi hal-hal tak terduga dalam hidup,” ungkap Laurentius Iwan Pranoto, Head of PR, Marcomm, & Event Asuransi Astra, dikutip VIVA Otomotif di ICE BSD, Tangerang, Kamis 31 Juli 2025.
Ia menegaskan pentingnya pemahaman masyarakat terhadap risiko-risiko yang bisa diminimalkan dengan berasuransi. Jenis asuransi pun beragam dan bisa disesuaikan dengan kebutuhan individu, seperti asuransi jiwa, kesehatan, kendaraan, hingga properti. Namun karena minimnya edukasi, banyak masyarakat kesulitan memilih produk yang tepat.
Banyak masyarakat yang baru menyadari pentingnya asuransi saat kondisi sudah mendesak. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran akan manajemen risiko masih menjadi tantangan besar di Indonesia.
Asuransi bukan hanya untuk orang kaya atau mereka yang punya aset besar. Justru bagi masyarakat umum, asuransi menjadi tameng pertama yang dapat meringankan beban saat bencana menimpa.