Makna Tumpeng dan Filosofi 7 Lauk Pauknya, Sajian Khas Perayaan HUT RI

Tumpeng, filosofi tumpeng, lauk tumpeng terdiri dari, nasi tumpeng, tumpeng 17 agustus, tumpeng adalah, filosofi tumpeng bahasa jawa, Makna Tumpeng dan Filosofi 7 Lauk Pauknya, Sajian Khas Perayaan HUT RI

Nasi tumpeng pasti tak asing bagi masyarakat Indonesia, khususnya mereka yang tinggal di pulau Jawa.

Hidangan dengan bentuk yang unik ini hampir tak pernah absen dalam acara perayaan selamatan atau syukuran.

Tumpeng adalah sajian nasi yang dicetak mengerucut dan disajikan dalam nampan yang dikelilingi lauk-pauk serta sayuran.

Menjadi sajian dengan tampilan yang khas, tumpeng sudah banyak dibuat dalam berbagai ukuran, mulai dari yang besar hingga yang berukuran mini.

Salah satu perayaan yang hampir selalu menghadirkan sajian nasi tumpeng dalam acaranya selain dalam ritual tradisi Jawa adalah perayaan HUT Kemerdekaan RI yang dirayakan pada 17 Agustus.

Hampir setiap tahun, lomba menghias tumpeng selalu dilaksanakan untuk memeriahkan suasana di berbagai wilayah.

Sehingga, tumpeng tidak hanya menjadi hal tak terpisahkan dalam kebudayaan Jawa, namun juga sebagai sajian kuliner yang mempunyai banyak ragam, fungsi, dan filosofi.

Lalu, apa sebenarnya makna dan filosofi di balik sajian nasi tumpeng?

Makna dan Filosofi Tumpeng Menurut Keraton Yogyakarta

Dilansir dari laman Dinas Pariwisata DIY, tumpeng menjadi salah satu tradisi kuliner yang sarat makna di Keraton Yogyakarta. 

Seperti halnya di masyarakat umum, tumpeng di keraton memiliki wujud dasar berupa nasi yang dibentuk kerucut menggunakan kukusan atau cetakan.

Konon, kata “tumpeng” merupakan akronim dari “tumapaking penguripan – tumindak lempeng – tumuju Pangeran” yang mengandung pesan bahwa manusia harus berjalan lurus menuju jalan Tuhan Yang Maha Esa.

Penyajian tumpeng di keraton bukan sekadar hidangan, melainkan simbol permohonan perlindungan, keselamatan, dan ridha Tuhan dalam setiap hajat hidup.

Di lingkungan Keraton Yogyakarta, terdapat tidak kurang dari 17 jenis tumpeng yang disajikan dalam momen-momen tertentu.

Nama, bentuk, dan jenisnya beragam, bergantung pada cara pembuatan, lauk pauk pendamping, cara penyajian, serta bahan pelengkap lainnya.

Tidak semua tumpeng di keraton berwarna putih atau kuning seperti umumnya tumpeng masyarakat.

Salah satunya adalah tumpeng biru atau tumpeng kapuranto, yang dibuat dari nasi putih diberi pewarna biru yang melambangkan permintaan maaf dari pembuat kepada orang yang diberi.

Tumpeng kapuranto biasanya disajikan bersamaan dengan jenis tumpeng lain dalam upacara Sugengan Ageng.

Ada pula tumpeng monco warno, yang berarti “aneka warna”. Pawon keraton biasa menyiapkan tumpeng berukuran relatif kecil dalam tujuh warna, seperti merah, biru, hijau, cokelat, dan hitam.

Tumpeng ini disajikan di atas ancak, yaitu wadah persegi dari tangkai daun pisang dan potongan bambu, sebagai simbol agar berbagai keinginan dapat terwujud dengan baik.

Tumpeng monco warno dibuat untuk acara rutin bernama Sugengan Patuh, yang dilaksanakan setiap Kamis Wage dan Senin Wage.

Tumpeng, filosofi tumpeng, lauk tumpeng terdiri dari, nasi tumpeng, tumpeng 17 agustus, tumpeng adalah, filosofi tumpeng bahasa jawa, Makna Tumpeng dan Filosofi 7 Lauk Pauknya, Sajian Khas Perayaan HUT RI

Ilustrasi nasi tumpeng.

Makna dan Filosofi Tumpeng Menurut Dosen Sastra Jawa UI

Dilansir dari , (10/8/2020), Dr. Ari Prasetiyo, S.S., M.Si., dosen Sastra Jawa Universitas Indonesia menjelaskan arti nama tumpeng.

Menurut Ari, penyebutan nasi ‘tumpeng’ ini bukan hanya sekadar nama belaka, namun berasal dari sebuah akronim yang memiliki arti menarik.

“Secara etimologi (cabang ilmu linguistik yang mempelajari asal-usul suatu kata), saya belum menemukan tentang kata ‘tumpeng’,” jelasnya.

“Hanya saja, dalam masyarakat Jawa, ditemukan bahwa kata ‘tumpeng’ merupakan akronim dari kalimat ‘yen meTu kudu meMPENG,” lanjutnya.

Kalimat tersebut berasal dari bahasa Jawa yang jika diterjemahkan ke bahasa Indonesia berarti, ‘ketika keluar harus sungguh-sungguh semangat’.

Ari mengatakan, maksud dari kalimat tersebut adalah ketika manusia terlahir maka mereka harus menjalani kehidupan di jalan Tuhan dengan semangat, yakin, fokus, tidak mudah putus asa.

Selain itu, manusia juga harus senantiasa percaya bahwa Tuhan selalu ada bersama mereka.

Ari juga menjelaskan arti lauk tumpeng yang biasanya terdiri dari tujuh jenis makanan

Menurut Ari, biasanya nasi tumpeng memiliki tujuh lauk karena dalam bahasa Jawa tujuh adalah ‘pitu’.

Makna “pitu” dalam jumlah lauk tumpeng ini merupakan akronim dari ‘pitulungan’ atau pertolongan.

pauk tersebut juga jadi representasi sumber daya alam terutama hasil bumi yang diolah dari dari apa saja yang ada di laut, darat, dan udara.

Rasanya pun beragam, ada asam, manis, dan pahit yang merepresentasikan kehidupan di dunia yang juga kadang terasa asam, manis, dan pahit.

Tidak sampai situ, warna nasi kuning atau putih pada tumpeng juga memiliki arti khusus.

Penggunaan nasi kuning, menurut Ari, adalah melambangkan warna emas yang jadi simbol kemuliaan yang megah.

Sedangkan penggunaan nasi putih juga memiliki makna karena warna putih selama ini diketahui sebagai sebuah simbol kesucian.

Tumpeng, filosofi tumpeng, lauk tumpeng terdiri dari, nasi tumpeng, tumpeng 17 agustus, tumpeng adalah, filosofi tumpeng bahasa jawa, Makna Tumpeng dan Filosofi 7 Lauk Pauknya, Sajian Khas Perayaan HUT RI

Warga tengah memotong puncak tumpeng.

Makna 7 Lauk Pauk Nasi Tumpeng

Dari bentuknya, tumpeng yang mengerucut dan dikelilingi lauk-pauk serta sayuran menggambarkan simbol ekosistem kehidupan yang saling terkait satu dengan yang lain.

Lauk pauk yang disajikan bersama tumpeng juga memiliki maknanya tersendiri, yaitu:

1. Nasi

Nasi berbentuk kerucut memiliki dan menjulang tinggi melambangkan keagungan Tuhan Sang Maha Pencipta.

2. Ayam

Lauk ayam baik ayam goreng atau ayam suwir yang biasa digunakan pada nasi tumpeng adalah olahan ayam jantan atau ayam jago.

Hal ini mempunyai makna untuk menghindari sifat-sifat buruk seperti congkak, sombong, dan merasa benar sendiri.

3. Olahan ikan lele

Olahan ikan seperti lele dalam tumpeng menggambarkan keuletan dan perjuangan hidup.

4. Olahan ikan teri

Sajian ikan teri memiliki harapan dan makna terkait kebersamaan dan kerukunan.

5. Telur rebus

Telur rebus yang disajikan begitu saja atau dimasak dengan bumbu balado melambangkan kebulatan tekad.

6. Sayur urap

Sajian sayur urap punya makna kedamaian, keyakinan, serta kesuburan.

7. Hiasan cabai merah

Cabai merah yang dipotong menyerupai kelopak bunga melambangkan api dan memberikan penerangan sehingga bermanfaat buat orang sekitar.

Meski saat ini banyak modifikasi dari sajian nasi dan lauk tumpeng yang makin beragam, namun kehadiran kuliner ini selalu memiliki makna tersendiri bagi sang pemilik acara.

Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!