Pengalaman Wuling Cloud EV: Pro dan Kontra dari Pengguna

Wuling Cloud EV: Pilihan Mobil Listrik yang Menarik dengan Pro dan Kontra
Mobil Listrik Memikat Perhatian Konsumen Indonesia
Jakarta, KOMPAS.com – Mobil listrik semakin menarik perhatian konsumen di Indonesia, salah satunya Wuling Cloud EV.
Sigid, seorang warga Kebon Jeruk, Jakarta Barat, telah merasakan manfaat mobil ini selama hampir setahun setelah membelinya pada Oktober 2024.
Selama periode tersebut, odometer mobilnya sudah mencatat lebih dari 11.583 kilometer, dengan mayoritas penggunaan berlangsung di dalam kota, baik untuk rutinitas kerja maupun perjalanan akhir pekan bersama keluarga.
Wuling Cloud EV.
Biaya Operasional yang Lebih Ringan
Menurut Sigid, dari segi biaya operasional, Wuling Cloud EV jauh lebih ringan dibandingkan mobil berbahan bakar bensin. “Kalau dari sisi pemakaian bahan bakar lebih irit dibanding mobil bensin, pajak juga murah,” ungkapnya.
Ia menambahkan bahwa biaya listrik bulanan rata-rata hanya sekitar Rp 300.000 hingga Rp 400.000, yang jauh lebih rendah dibandingkan biaya bahan bakar bensin yang sebelumnya bisa menembus lebih dari Rp 1 juta.
Pajak tahunan Cloud EV juga tergolong ringan, dengan total biaya sekitar Rp 343.000, termasuk biaya SWDKLLJ sebesar Rp 143.000 dan biaya administrasi STNK sekitar Rp 200.000.
Perhatian pada Beberapa Aspek Penggunaan
Meski memiliki banyak kelebihan, Sigid juga mengingatkan calon pengguna untuk memperhatikan beberapa hal.
Ia mencatat bahwa sistem rem parkir mobil ini tidak lagi menggunakan tuas mekanis, melainkan fitur auto hold. “Agak kurang pas untuk handbrake-nya karena Cloud EV langsung pakai auto rem,” ujarnya.
Sigid juga merasakan sedikit kerepotan saat menghadapi tanjakan. “Kalau di tanjakan itu agak sedikit repot, kalau mobil mundur tidak bisa langsung maju. Dia harus direm berhenti dulu baru bisa maju. Beda dengan kendaraan bensin yang bisa langsung maju saat mundur di tanjakan,” jelasnya.
New Wuling Cloud EV
Kenyamanan Berkendara yang Perlu Diperhatikan
Dalam pengalamannya, karakter suspensi Cloud EV cenderung keras, sehingga kenyamanan berkurang saat melewati jalan bergelombang atau berbatu. “Kalau suspensi cenderung keras ya kurang nyaman jika di jalan gelombang atau jalan berbatu,” ujarnya.
Selain itu, Sigid juga merasakan bahwa setir Cloud EV terasa terlalu ringan, yang membuatnya kurang stabil saat dipacu di kecepatan tinggi. “Kalau untuk dalam kota sih enak, tapi kalau agak kencang jadi terasa limbung,” tuturnya.
Ia juga mengamati beberapa fitur yang terkesan berlebihan, seperti perintah suara untuk membuka bagasi, yang menurutnya akan lebih praktis jika menggunakan tombol biasa.
Masalah lainnya adalah penggunaan konektor GB/T untuk pengisian cepat, yang belum kompatibel dengan mayoritas SPKLU di Indonesia yang menggunakan CCS2. “Kalau untuk jarak jauh masih agak kepikiran ya, karena charger GB/T belum banyak titiknya,” tambahnya.
Kesimpulan: Kelebihan dan Kekurangan Wuling Cloud EV
- Hemat energi dan biaya operasional dibanding mobil bensin
- Pajak tahunan sangat rendah (sekitar Rp 343.000)
- Biaya listrik bulanan jauh lebih rendah
- Praktis untuk penggunaan harian di perkotaan
Kekurangan:
- Sistem rem parkir butuh adaptasi (auto hold)
- Agak merepotkan saat menghadapi tanjakan
- Suspensi terasa keras di jalan bergelombang
- Setir terlalu ringan, handling terasa limbung di kecepatan tinggi
- Beberapa fitur terkesan berlebihan
- Konektor pengisian cepat GB/T belum kompatibel luas di Indonesia
Dengan berbagai kelebihan dan kekurangan yang ada, Wuling Cloud EV menjadi pilihan menarik bagi konsumen yang mempertimbangkan mobil listrik di Indonesia.
Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!