Filosofi Darion dan 8 Tahun, Wuling Pilih Jadi Brand yang ‘Paling Paham’ Indonesia
Di balik romantisme nama yang mengandung makna "Dari Indonesia" dan "Hadiah" dalam bahasa Yunani itu, tersimpan sebuah strategi bisnis yang cerdik.

Di tengah hiruk pikuk GIIAS 2025, sebuah momen bersejarah terukir. Indonesia menjadi panggung perdana dunia bagi peluncuran sebuah MPV elektrifikasi. Bukan dari Jepang, bukan dari Eropa, tapi justru dari sebuah merek yang telah mengakar di bumi Nusantara: Wuling. Genap 8 tahun di Indonesia, Wuling merilis Cortez Darion. Sebuah hadiah ulang tahun yang tak sekadar simbolis, melainkan manifestasi nyata dari komitmen "Dibangun di Indonesia untuk Anda."
Di balik romantisme nama yang mengandung makna "Dari Indonesia" dan "Hadiah" dalam bahasa Yunani itu, tersimpan sebuah strategi bisnis yang cerdik. Saat pasar MPV konvensional anjlok, Wuling justru melakukan manuver berani: menghadirkan MPV elektrifikasi dengan positioning yang unik.
Januari 2025 menjadi saksi kejatuhan para raksasa. Sang MPV "sejuta umat," terpuruk dengan penurunan penjualan sampai 36% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya. Kompetitor di kelas yang sama tak kalah ‘berdarah-darah’, terpuruk sampai 17% di periode serupa. Data ini ialah obituari untuk era MPV konvensional.
Namun di lain spektrum, MPV listrik di kelas Rp350 jutaan justru menggores penjualan fenomenal sepanjang 2024. Sementara di kelas premium, dengan harga mendekati Rp 1 miliar tetap menemukan pembelinya. Gap antara dua kelas inilah yang disusupi Wuling sebagai cerug menggiurkan.
Cortez Darion masuk dengan estimasi harga Rp 400 jutaan untuk varian EV dan Rp 500 jutaan untuk PHEV. Positioning ini sepertinya bukan kebetulan; lebih terlihat sebagai hasil kalkulasi matang. Sweet spot yang sempurna untuk kelas menengah atas Indonesia yang menginginkan upgrade dari MPV konvensional tanpa harus merogoh dompet terlalu dalam.
Tonggak Teknologi, Substansi di Balik ‘Promosi’

Wonder Flexible Modular System (WFMS) menjadi fondasi Cortez Darion. Platform global ini hadir lebih dari jargon marketing; fleksibilitasnya memungkinkan produksi ICE, hybrid, dan EV dalam satu jalur perakitan. Efisiensi manufaktur yang berujung pada harga lebih kompetitif, rangka kokoh, jarak tempuh jauh, pengisian daya cepat dan tenaga kuat dari motor listrik layaknya standar yang dipakai oleh high-speed rail atau kereta cepat.
Untuk varian PHEV, Ling Power menjadi bintangnya. Kombinasi mesin 1.500cc dedicated hybrid dengan motor listrik 145 kW menghasilkan sistem yang kompleks namun praktis. Dedicated Hybrid Transmission (DHT) memastikan perpindahan tenaga halus, krusial untuk menghadirkan pengalaman comfort yang menjadi tuntutan khas buat MPV di pasar Indonesia.
MAGIC Battery Pro dengan konsep Five Zero Safety (Zero Spontaneous Combustion, Zero Diffusion, Zero Leakage, Zero Water Ingress, Zero Intrusion) menjawab kekhawatiran fundamental tentang keamanan dan keawetan baterai. Desain MUST (Multifunction Unitized Structure Technology) yang terinspirasi aerodinamika sayap pesawat sudah melalui pengujian ekstrem dan terbukti tidak mengalami kebocoran atau ledakan.
Dimensi 4.910 x 1.850 x 1.770 mm dengan wheelbase 2.910 mm memberikan ruang yang superior dibanding kompetitor dengan 4.710 mm. Di pasar Indonesia yang mengutamakan "mobil muat buat sekampung," setiap sentimeter adalah ruang berharga, sehingga layak diperbandingkan.
"Secara produk banyak digunakan untuk seluruh keluarga, jadi digunakan untuk berpergian dalam jangka waktu yang panjang sehingga difokuskan pengembangan ini dalam kenyamanan dari penggunanya dalam segi interior dan kenyamanan duduk,” kata Product Planning Wuling Motors Indonesia, Ricky Christian di GIIAS 2025.
Terapi Range Anxiety, Dari Paranoia Menjadi Kendali

Range anxiety adalah fenomena psikologis yang rumit. Konsumen Indonesia yang terbiasa dengan SPBU di setiap sudut kota tiba-tiba dihadapkan pada kenyataan: dari target pemerintah 2.400 SPKLU pada 2025, realisasinya masih jauh. Populasi mobil listrik baru mencapai 1,67% dari target 2 juta unit pada 2030.
Wuling memilih pendekatan berlapis. Pertama, varian PHEV sebagai jaring pengaman psikologis. Dengan 125 km jangkauan full elektrik untuk commuting harian plus backup bensin, total range tembus 1.000+ km. Konsumen mendapat benefit setiap hal baik dari mesin elektrik maupun bensin. Menariknya, PHEV dijual Rp 100 jutaan lebih mahal dari EV. Pertimbangan selih harganya mepet, tapi sama-sama premium–tak ada yang dikorbankan.
Untuk varian EV murni, jangkauan 540 km (CLTC) bisa dibilang sebagai game changer. Bayangkan orang-orang yang hendak melancong Jakarta-Surabaya berjarak 780 km, tiba-tiba bisa dijangkau dengan satu kali fast charging 30 menit (30-80 persen) di tengah perjalanan yang sudah didukung CCS2 charging. Mudik dengan mobil listrik yang sebelumnya hanya terbayang ribetnya, kini jadi bisa diambil seru-serunya saja.
Yang paling taktis adalah bagaimana Wuling mendayagunakan ekosistem mereka. Dengan 150 cabang Wuling tersebar di Indonesia, setiap dealer berpotensi jadi "base camp" buat charging di jalan, tanpa khawatir menerka-menerka di mana harus henti dan sandar.
“Kami tetap kembangkan untuk semua pasar karena Wuling juga didukung oleh 150 cabang di Indonesia dan saya rasa bisa menjangkau seluruh masyarakat Indonesia," imbuh Ricky..
Didorong lagi kinerja MyWuling+ tidak sebatas menampilkan battery level, termasuk memprediksi dan menganalisa situasi: berapa kilometer tersisa sesuai driving style, SPKLU terdekat, bahkan rute paling efisien. Inilah yang disebut mengubah anxiety menjadi kendali.
Privilese Lokalisasi Produk
"Made in Cikarang" adalah privilese. Ketika produsen asal China lain membanderol produknya hampir Rp1 miliar dengan 496 technical upgrades dan AI-based suspension, atau pesaing lain menawarkan kemewahan setara Alphard, Cortez Darion memilih jalan berbeda: teknologi yang relevan dengan harga yang masuk akal.
Produksi lokal berarti supply chain lebih pendek, manajemen inventory juga pasti lebih efisien, dan yang terpenting—after sales jelas dan terjamin. Saat yang lain masih bergantung pada parts impor, Cortez Darion malah menjanjikan ketersediaan suku cadang jangka panjang. Di negara dengan ruang persaingan sengit seperti Indonesia, purna jual bukan luxury; ini ‘kebutuhan dasar’.
"Pasar Indonesia adalah fondasi penting untuk strategi global kami, bukan sekadar sampingan," tegas Vincent Wong, Executive VP SGMW Headquarter.
Komitmen ini termanifestasi dalam keputusan memproduksi Cortez Darion di Indonesia sejak awal—tidak sekadar tempat perakitan, tapi manufacturing yang menciptakan efek bola salju bagi ekonomi negeri.
Kesempatan dan Momentum di Tengah Ombak

Konsumen Indonesia menghargai value proposition yang jelas. Sebuah mobil bisa saja menang, tidak berarti tercanggih atau termurah, tapi karena paling "pas."
Studi MarkPlus dikutip dari laman Gaikindo menunjukkan 56 % konsumen menganggap harga mobil baru telah terlalu tinggi dibandingkan kemampuan pendapatan rumah tangga. Artinya, konsumen mencari proposisi nilai yang tidak hanya menarik dari segi fitur, tetapi juga harga yang sepadan dengan pendapatan dan benefit jangka panjang.
Cortez Darion cocok dengan formula ini. Nama Cortez yang sudah dikenal sejak 2018 memberikan imej yang melekat dengan pasar. Penambahan Darion lebih dari sekadar kosmetik, melainkan pernyataan identitas. Peluncuran kuartal keempat 2025 juga pas untuk memberi waktu bagi infrastruktur Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) berkembang sambil memanfaatkan momentum ujung tahun.
Yang lebih penting, Wuling tidak terjebak dalam perang janji. Pada tahap kompetitor berlomba menampilkan autonomous driving atau holographic display, Cortez Darion fokus pada fundamental: ruang lega, efisiensi energi, dan kepraktisan.
Autocomfort Sliding Door untuk parkiran sempit dan akses luas; Electric sunroof untuk ruang lebih lega dan premium hingga Captain seat di baris kedua sebagai standar, jadi bukti bahwa fitur-fitur mewah itu tidak lagi opsi mahal, namun bisa dijangkau dengan harga yang masuk akal.
Dengan target pemerintah 400.000 unit mobil elektrifikasi pada 2025, Cortez Darion diposisikan untuk mengambil porsi signifikan. PPnBM 0% untuk mobil listrik yang diproduksi domestik, Wuling bisa menawarkan value proposition yang sulit ditandingi mobil impor. Ditambah keleluasaan tambahan dari pemerintah daerah, total cost of ownership Cortez Darion bisa jadi sangat kompetitif.
Di era di mana pelaku pasar berbondong-bondong mengejar status unicorn dengan bakar uang, Wuling memilih profitabilitas yang terukur jangka panjang. Ketika kompetitor banyak obral janji, Wuling pilih pamer understanding terhadap pasar dalam negeri.