Lowongan Kerja Entry-Level Terancam Lenyap, AI Jadi Tantangan Besar Gen Z dan Fresh Graduate

Kehadiran kecerdasan buatan (AI) semakin nyata mengubah wajah dunia kerja. Bukan hanya mempercepat otomatisasi di berbagai sektor, teknologi ini juga berdampak langsung pada kesempatan kerja, terutama bagi para pencari kerja baru.
Studi terbaru dari Stanford University mengungkap bahwa kandidat level pemula, seperti fresh graduated, menjadi kelompok yang paling rentan tersisih oleh AI.
Menurut penelitian tersebut, lapangan kerja untuk pekerja muda usia 22–25 tahun di bidang yang terdampak AI telah turun signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran, karena justru para pekerja pemula biasanya menjadikan posisi entry-level sebagai batu loncatan awal dalam karier mereka.
“Penelitian dari Stanford University melaporkan adanya penurunan 13% dalam tingkat pekerjaan untuk kandidat level pemula selama tiga tahun terakhir, berkat perkembangan AI dalam dunia kerja,” demikian laporan yang dikutip dari Tech Co, Kamis, 28 Agustus 2025.
Gambaran paling suram dialami oleh kandidat level pemula di bidang yang mudah digantikan AI, seperti pengembangan perangkat lunak dan layanan pelanggan. Sebaliknya, pekerja senior atau mereka yang berada di luar bidang terdampak AI, tidak mengalami pola serupa.
Para peneliti menekankan bahwa cara perusahaan menerapkan AI juga memiliki dampak besar. “Alih-alih sekadar mengintegrasikan AI demi mengikuti tren, bisnis seharusnya memiliki pemahaman yang jelas tentang bagaimana AI bisa membantu karyawan mereka, bukan sepenuhnya menggantikan mereka,” tulisan laporan tersebut.
AI Menggerus Peluang Pekerja Muda

Ilustrasi stres kerja.
Studi tersebut, yang menganalisis data penggajian dari perusahaan manajemen layanan Automatic Data Processing Inc., menyimpulkan, lapangan kerja bagi pekerja muda berusia 22–25 tahun di pekerjaan yang terdampak AI, seperti pengembangan perangkat lunak dan dukungan pelanggan, telah turun 13% dalam tiga tahun terakhir.
Pekerja yang lebih senior, atau mereka yang berada di bidang yang tidak terkait langsung dengan AI, tidak mengalami dampak yang sama terhadap prospek kerja di masa depan.
Para peneliti mengungkap, bahwa hal ini terjadi karena AI memiliki lebih banyak pengetahuan teoretis, dibandingkan pengalaman praktis seperti kandidat level pemula pada umumnya.
Bidang-Bidang yang Paling Terkena Dampak
Para peneliti mencatat bahwa dampak AI terlihat jelas ketika penelitian difokuskan pada industri dan peran tertentu. “Selain posisi junior di pengembangan perangkat lunak dan layanan pelanggan, peran di bidang akuntansi, pengembangan, dan administrasi juga mengalami penurunan.”
Sebaliknya, peran seperti teknisi perawat justru mengalami peningkatan lapangan kerja dalam periode yang sama. Temuan ini menunjukkan bahwa kandidat level pemula yang masuk ke bidang-bidang yang berpotensi digantikan AI adalah yang paling berisiko.
Cara Perusahaan Menerapkan AI Jadi Penentu
Bukan kali ini saja studi menunjukkan bahwa prospek kandidat level pemula semakin suram setelah penerapan AI. Peneliti Stanford menemukan bahwa sikap perusahaan terhadap implementasi AI adalah faktor kunci dalam menentukan jumlah peluang yang tersedia bagi kandidat.
“Perusahaan yang melihat AI sebagai pengganti pekerja manusia cenderung lebih sedikit merekrut, sementara mereka yang menggunakan teknologi ini untuk mendukung tenaga kerja manusia justru lebih banyak merekrut," tulis laporan tersebut.
Ada bukti bahwa sebagian perusahaan mengambil pendekatan yang keras terhadap AI. CEO Coinbase Brian Armstrong, misalnya, yang baru-baru ini mengakui telah memecat insinyur yang tidak mau menggunakan AI.
Namun, para peneliti menekankan bahwa sikap yang memungkinkan pekerja memanfaatkan teknologi ini untuk membantu tugas harian mereka, bukan menggantikan mereka sepenuhnya, jelas merupakan jalan terbaik ke depan.