Rupiah Melemah Meski Sektor Manufaktur Mulai Ekspansif

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diprediksi masih akan bergerak fluktuatif, namun ditutup menguat pada perdagangan hari ini.

Berdasarkan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate atau Jisdor BI, kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat berada di level Rp 16. 463 per Senin, 1 September 2025. Posisi rupiah itu tercatat melemah 2 poin dari kurs sebelumnya di level Rp 16.461 pada perdagangan Jumat, 29 Agustus 2025.

Sementara perdagangan di pasar spot pada Selasa, 2 September 2025 hingga pukul 09... WIB, rupiah ditransaksikan di level Rp 16.446 per dolar AS. Posisi tersebut melemah 28 poin atau 0,17 persen dari posisi sebelumnya di level Rp 16.418 per dollar AS.

Pengamat Pasar Uang, Ibrahim mengatakan, Indeks Manajer Pembelian (PMI) manufaktur Indonesia versi S&P Global naik ke 51,5 pada Agustus 2025 dari 49,2 pada bulan sebelumnya, dan mencatat level tertinggi sejak Maret 2025. Angka ini juga menandai ekspansi pertama dalam lima bulan terakhir, didorong oleh rebound output dan pesanan baru setelah empat bulan berturut-turut melemah.

Tumpukan uang rupiah dengan berbagai nominal

Tumpukan uang rupiah dengan berbagai nominal

Permintaan luar negeri tercatat tumbuh paling tinggi sejak September 2023. Di sisi ketenagakerjaan, sektor manufaktur berhasil menambah tenaga kerja secara moderat, mengakhiri tren penurunan lapangan kerja selama tiga bulan. Beban kerja perusahaan juga tetap terkendali dengan penurunan tumpukan pesanan selama lima bulan beruntun.

Aktivitas pembelian meningkat sehingga persediaan bahan baku bertambah. Sementara itu, waktu pengiriman relatif tidak berubah, meski terdapat gangguan pengiriman di beberapa jalur. Dari sisi harga, inflasi biaya input tetap solid namun masih di bawah rata-rata jangka panjang, dan mendekati level terendah lima tahun. Namun, penguatan dolar AS mendorong kenaikan harga bahan baku impor. 

Selain itu, Badan Pusat Statistik mencatat neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus sebesar US$4,17 miliar pada Juli 2025. Surplus ini merupakan surplus yang dicetak Indonesia selama 63 bulan beruntun sejak Mei 2020. Surplus ini lebih tinggi dibandingkan dengan surplus pada bulan Juni lalu yang sebesar US$4,11 miliar. Menurut BPS, penopang surplus pada bulan Juli ini adalah CPO dan batu bara.

BPS juga mencatat, neraca perdagangan komoditas migas mengalami defisit US$1,58 miliar dengan komoditas penyumbang defisit adalah hasil minyak dan minyak mentah. Secara kumulatif, neraca perdagangan Januari-Juli 2025 mencatat surplus US$23,65 miliar. 

Surplus sepanjang Januari-Juli 2025 itu ditopang oleh surplus komoditas non-migas sebesar US$34,60 miliar, sementara komoditas migas masih mencatatkan defisit US$10,41 miliar.

"Mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp 16.370 - Rp 16.430," ujarnya.