Cerita Reza Kena PHK, Pemecatan Berkedok Rapat di Hotel

– Tidak ada pekerja yang ingin menerima kabar bahwa mereka bakal terdampak pemutusan hubungan kerja (PHK), terutama laki-laki yang sudah berstatus sebagai kepala keluarga.
Inilah yang berada di benak Reza (34), laki-laki yang kini bekerja penuh waktu secara remote di sebuah perusahaan asing yang bergerak dalam bidang kreatif.
“Malam hari aku dapat offline meeting invitation di salah satu hotel di Jakarta, dituliskan untuk wajib bawa laptop. Besoknya aku tiba di hotel, disambut tim HR. Di ruangan, pas masuk, langsung ada CEO. Dikasih tahu hari ini hari terakhir kerja,” ungkap dia kepada Kompas.com, Jumat (11/4/2025).
Reza memulai kariernya dalam bidang kreatif sejak tahun 2011. Ia sudah beberapa kali berpindah tempat kerja, sampai akhirnya bekerja di sebuah perusahaan startup pada 2022.
“Jam kerjanya fleksibel, terserah mau ngantor atau enggak, yang penting kerjaan selesai. Fasilitasnya juga menarik dan tunjangan kesehatan dijamin perusahaan,” kata Reza.
Pemecatan berkedok rapat
Pada akhir tahun 2023, Reza bekerja seperti biasa. Lantaran jam kerjanya fleksibel, pada suatu Kamis ia memutuskan untuk bekerja dari rumah alias work from home (WFH).
Setelah seharian bekerja, ia tiba-tiba mendapat email bahwa para karyawan tidak perlu ke kantor esok hari karena ada demo. Namun, ia juga menerima pesan untuk menghadiri rapat di sebuah hotel di Jakarta.
Dalam pesan tersebut, ia diwajibkan membawa laptop. Reza sudah curiga, tetapi berusaha berpikir positif dan menganggap bahwa ia akan mengikuti sebuah seminar.
“Besok paginya ngerasa aneh. Beberapa teman di tim enggak ada yang tahu karena yang invite HR, tapi ada beberapa yang di-invite,” terang Reza.
Pada Jumat sekitar pukul 08.00 WIB, ia tiba di hotel tersebut dan langsung menuju ke tempat yang telah ditentukan dalam pesan yang diterima.
Di sana, Reza disambut oleh tim HR yang menggunakan baju berwarna putih. Ia pun bertanya-tanya apakah sedang ada acara atau kegiatan lainnya.
“Katanya, ‘enggak apa-apa, masuk saja’. Aku masih senyum-senyum saja dan ngobrol sama yang nyambut. Di dalam ruangan langsung ada CEO, langsung dikasih tahu hari ini hari terakhir kerja, dan soal pesangon, dan lain-lain,” ucap dia.
Reza menuturkan, alasan yang diberikan petinggi startup itu kurang merinci. Ia hanya mengatakan bahwa pemecatan sekitar 50 persen dari seluruh karyawan di perusahaan itu karena kebijakan investor terkait pendanaan.
“Rata-rata di startup tech company cara PHK-nya dadakan seperti itu. Kami benar-benar enggak dikasih tahu bakal kena PHK, bahkan enggak ada isu. Bisa saja pagi masuk kantor, kerja kayak biasa, tiba-tiba sore kena PHK,” papar dia.
Terguncang dan putus asa
Beruntung, pesangon yang diberikan kantor lebih dari cukup. Ia juga masih bisa menggunakan asuransi kantor selama setahun jika anak dan istrinya sakit.
“Untungnya ada pesangon, jadi masih bisa napas untuk beberapa bulan. Setelah PHK, aku di bulan awal sih take a break dulu,” kata Reza.
Jika mendapat pekerjaan pun, Reza tidak yakin apakah penawaran gaji dan fasilitas yang bakal diperoleh akan menarik. Beruntung, ia memiliki teman-teman yang suportif. Mereka saling bertukar informasi tentang lowongan pekerjaan.
Kembali bekerja
Salah satu lowongan pekerjaan yang diinformasikan oleh temannya menawarinya pekerjaan. Reza pun akhirnya bekerja di tempat itu, yang merupakan sebuah perusahaan e-commerce.
“Hari pertama masuk ternyata barengan sama beberapa karyawan kena layoff. Rasanya kayak, ‘aduh ini apaan sih?’,” ucap Reza.
Ia merasakan betapa ironinya situasi tersebut. Sebab, dahulu ia menjadi salah satu karyawan yang kena PHK, kini ia menjadi karyawan baru di tengah beberapa karyawan yang kena PHK.
Di perusahaan itu, ia hanya bekerja selama enam bulan sesuai dengan kontrak kerjanya. Perusahaan tidak ingin memperpanjang kontrak dengan alasan bahwa kampanye telah usai.
Kala itu, Reza tidak begitu terguncang seperti saat kena PHK setahun sebelumnya. Sebab, ia sedang memegang banyak proyek freelance. Istrinya juga sudah kembali bekerja di bidang HR secara remote.
“Tapi dari situ, aku langsung cari pekerjaan full time. Alhamdulillah dapat, masih di bidang kreatif dan remote. Ini pekerjaan masih sampai sekarang,” pungkas Reza.