Rencana PHK Nissan Bertambah Lagi, akan Pecat Total 20 Ribu Karyawan

YOKOHAMA – Nissan yang sedang terlilit utang akan menambah lagi jumlah karyawan yang akan mengalami PHK (pemutusan hubungan kerja).

Nissan, seperti dikutip dari laporan NHK pada Selasa (13/5/2025), melipatgandakan jumlah karyawan yang akan mereka pecat secara global. Dengan demikian, secara total, bakal ada sekitar 20 ribu pekerja Nissan yang akan diberhentikan.

Angka tersebut setara dengan 15 persen dari keseluruhan karyawan Nissan di seluruh dunia pada saat ini.

Nissan disebut memiliki utang yang sangat besar. Salah satu dari 10 merek mobil terbesar di dunia dari sisi penjualan itu diekspektasikan bakal mengumumkan rekor rugi tahunan sebesar sekitar 5 miliar dollar AS (Rp82,6 triliun, 1 dollar AS = Rp16.520,40) untuk tahun fiskal 2024-2025 yang berakhir pada Maret kemarin.

Nissan, PHK massal, PHK 2025, Rencana PHK Nissan Bertambah Lagi, akan Pecat Total 20 Ribu Karyawan

Harapan sempat muncul setelah Nissan sempat membicarakan wacana merger dengan Honda pada awal 2025.

Akan tetapi, Nissan memutuskan untuk menghentikan diskusi tersebut karena syarat penyatuan perusahaan sang kompatriot diduga menempatkan mereka di bawah Honda, alih-alih rekan yang setara.

Nissan diberitakan mengalami kesulitan berkompetisi di China, pasar mobil sekaligus mobil listrik terbesar sejagad raya. Mereka pun menghadapi tantangan dari kebijakan Tarif Trump di Amerika Serikat.

Bloomberg Intelligent Analyst Tatsuo Yoshida menilai bahwa Nissan merupakan pabrikan otomotif Jepang yang paling terpukul dengan adanya kebijakan Tarif Trump.

Nissan, PHK massal, PHK 2025, Rencana PHK Nissan Bertambah Lagi, akan Pecat Total 20 Ribu Karyawan

Konsumen-konsumen Nissan di Amerika Serikat disebut lebih sensitif terhadap harga ketimbang merek-merek rival. Efeknya, sang jenama tak bisa meneruskan penambahan biaya dari Tarif Trump ke konsumen sebanyak Toyota atau Honda tanpa mengalami reduksi penjualan yang signifikan.

Utang plus segala kesulitan yang Nissan hadapi di pasar juga membuat mereka membatalkan rencana membangun pabrik baterai mobil listrik di Kitakyushu City. Padahal, pabrik bernilai investasi 1,1 miliar dollar AS (Rp18,17 triliun) itu juga akan dibantu oleh subsidi dari pemerintah Jepang.

Merek mobil yang membentuk aliansi bersama Renault dan Mitsubishi ini bersiap pula menutup tiga pabrik. Basis produksi yang ingin disetop operasionalnya itu berlokasi di Thailand serta negara-negara lain yang belum dirincikan. [Xan]