PHK Massal Mengintai Nissan, Apa yang Sebenarnya Terjadi?

Nissan rencanakan PHK 20.000 karyawan akibat rugi besar, utang membengkak, dan gagal merger dengan Honda-Mitsubishi.

PHK Massal Mengintai Nissan, Apa yang Sebenarnya Terjadi?
Buntut Gagal Merger, CEO Nissan Makota Uchida Lepas Jabatan (Carscoops) (©@ 2025 otosia.com)

Nissan kembali menjadi sorotan global setelah laporan terbaru menyebutkan rencana pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 20.000 karyawannya di seluruh dunia. Kabar ini mencuat di tengah kondisi keuangan perusahaan yang terus memburuk dalam beberapa tahun terakhir.

Langkah ini bukanlah hal baru bagi pabrikan otomotif asal Jepang tersebut. Pada November 2024 lalu, Nissan sudah mengumumkan rencana awal PHK terhadap 11.000 karyawan. Namun, tekanan bisnis yang terus meningkat, terutama di pasar Amerika Serikat dan China, membuat angka tersebut naik hampir dua kali lipat.

Dalam laporan NHK yang dikutip Japan Times, jumlah karyawan yang terdampak akan mencapai 15 persen dari total tenaga kerja Nissan secara global. Perusahaan sejauh ini belum memberikan konfirmasi resmi mengenai kabar tersebut.

Fase Awal Krisis Nissan

Masalah Nissan sebenarnya mulai terlihat sejak akhir 2024 ketika mereka melaporkan penurunan penjualan yang sangat tajam di dua pasar kunci: Amerika Serikat dan China. Penurunan ini mencapai 94 persen dan secara langsung memukul struktur pendapatan perusahaan.

Sebagai respons awal, Nissan mengumumkan rencana pengurangan kapasitas produksi hingga 20 persen dan memutuskan akan memangkas jumlah tenaga kerja sebanyak 11.000 orang. Keputusan ini diambil bersamaan dengan prediksi penurunan pemasukan dan efisiensi biaya operasional.

Sayangnya, upaya penyelamatan Nissan melalui rencana merger dengan Honda dan Mitsubishi tidak berjalan mulus. Meski sempat memberikan harapan baru di akhir 2024, merger tersebut dipastikan gagal pada Februari 2025. Gagalnya kerja sama strategis ini memicu krisis yang lebih dalam bagi Nissan, dan disebut-sebut sebagai kondisi terburuk mereka dalam 26 tahun terakhir.

Dampak Lanjutan

Dengan kondisi keuangan yang kian menipis, Nissan terpaksa mengambil langkah PHK besar-besaran terhadap 20.000 karyawan. Menurut laporan NHK, kebijakan ini menjadi bagian dari restrukturisasi yang memerlukan biaya hingga US$ 5 miliar (setara Rp 82,6 triliun), dan akan berlaku sepanjang tahun fiskal hingga Maret 2025.

Selain menghadapi kerugian operasional, Nissan juga dibayangi utang jatuh tempo yang cukup besar. Bloomberg mencatat bahwa perusahaan harus membayar utang sebesar US$ 1,6 miliar (sekitar Rp 26,4 triliun) pada tahun ini. Jumlah itu bahkan melonjak jadi US$ 5,6 miliar (sekitar Rp 92,5 triliun) pada tahun 2026.

Persaingan yang semakin ketat, terutama dari produsen China yang semakin agresif di pasar global, menambah tekanan besar terhadap Nissan. Ditambah lagi, kebijakan tarif tinggi yang diterapkan oleh pemerintah Amerika Serikat turut memperparah posisi perusahaan. Semua faktor ini menciptakan badai sempurna yang membuat Nissan harus berjuang keras untuk bertahan hidup.

Pertanyaan & Jawaban Seputar PHK Massal Nissan

Q: Kenapa Nissan melakukan PHK terhadap 20.000 karyawannya?

A: PHK dilakukan sebagai bagian dari restrukturisasi global akibat kerugian penjualan besar-besaran dan tekanan keuangan yang menumpuk, terutama dari pasar AS dan China.

Q: Apakah benar Nissan mengalami kerugian hingga Rp 82 triliun?

A: Ya, Nissan memperkirakan kerugian restrukturisasi mencapai US$ 5 miliar (sekitar Rp 82,6 triliun) untuk tahun fiskal hingga Maret 2025.

Q: Apakah Nissan masih memiliki utang besar yang belum jatuh tempo?

A: Nissan memiliki utang jatuh tempo sebesar US$ 1,6 miliar pada 2025 dan US$ 5,6 miliar pada 2026, menurut laporan Bloomberg.

Q: Apa yang menyebabkan gagalnya merger Nissan dengan Honda dan Mitsubishi?

A: Rencana merger batal karena tidak tercapainya kesepakatan strategis di antara ketiga pihak meski sempat diumumkan pada akhir 2024.