Siap-siap, Nissan Bakal Ekspor Kendaraan Listrik dari China, Asia Tenggara Jadi Sasaran

China, nissan, mobil listrik, ekspor, Siap-siap, Nissan Bakal Ekspor Kendaraan Listrik dari China, Asia Tenggara Jadi Sasaran

- Nissan dilaporkan bakal mengekspor kendaraan listrik (EV) dari pabriknya di China ke sejumlah pasar di Asia Tenggara, Timur Tengah, dan wilayah lain mulai 2026.

Langkah ini bertujuan untuk memaksimalkan jaringan layanan penjualan Nissan yang sudah ada di pasar luar negeri tersebut.

Produsen asal Jepang tersebut sedang meninjau langkah produksi globalnya, tujuannya agar bisa melakukan pemulihan bisnis yang cepat dengan mengoptimalkan penjualan produk EV-nya.

Di antara produk EV yang akan diekspor tersebut adalah Nissan N7, mobil listrik model medium sedan yang dikembangkan oleh perusahaan patungan Nissan di Negeri Tirai Bambu.

Melansir dari Carnewschina.com, Nissan N7 yang diluncurkan pada bulan April lalu menjadi produk bermerek Jepang tercepat yang berhasil mencatat 10.000 pesanan.

Mobil listrik ini dibanderol mulai dari 119.900 Yuan atau setara Rp 271,3 jutaan (kurs 1 Yuan = Rp 2.263,01 per 8 Juli 2025) dan diproduksi di pabrik Nissan di Guangzhou, Provinsi Guangdong.

Namun, ekspor Nissan N7 ini menemui kendala, salah satunya karena perangkat lunak otomotif N7 menggabungkan teknologi AI (Artificial Intelligence) dari perusahaan China.

Untuk memfasilitasi ekspor, Nissan perlu memodifikasi spesifikasi perangkat lunak tersebut karena pembatasan produk AI buatan China di beberapa negara.

Untuk mengembangkan perangkat lunak bagi pasar ekspor, Nissan telah berinvestasi pada IAT Automobile Technology yang merupakan pengembang software lokal di sana.

Menurut media XHBY, Nissan yakin bahwa EV dengan harga bersaing yang diproduksi di China, dapat meningkatkan penjualannya di negara tujuan ekspor.

Selain itu, Nissan berencana untuk memperkenalkan EV lain dan kendaraan plug-in hybrid (PHEV) di pasar China, termasuk truk pikap listrik pertamanya pada akhir tahun ini.

Diberitakan sebelumnya, pada bulan Mei lalu, Nissan meluncurkan rencana pemulihan bisnis yang mencakup pemotongan 20.000 pekerjaan dan konsolidasi 17 pabrik menjadi 10.

Perusahaan ini juga berupaya membangun sistem pasokan produk kendaraan yang optimal dan memposisikan EV sebagai produk inti untuk masa depan.