Maknai Tahun Baru Islam, Menag Tekankan bukan sekadar Seremoni, Harus Jadi Titik Balik Perubahan ke Pribadi yang Baik

Maknai Tahun Baru Islam, Menag Tekankan bukan sekadar Seremoni, Harus Jadi Titik Balik Perubahan ke Pribadi yang Baik

MENTERI Agama Nasaruddin Umar mengajak umat Islam menjadikan 1 Muharram 1447 H sebagai momentum hijrah dan refleksi diri menuju kehidupan yang lebih bermakna. Menurutnya, peringatan Tahun Baru Islam bukan sekadar seremoni, melainkan harus menjadi titik tolak perubahan menuju pribadi yang lebih baik. “Tidak ada artinya kita memperingati Muharraman kalau terjadi degradasi kualitas individu umat,” tegas Menag dalam keteranganya dikutip Jumat (27/6). Ia menekankan semangat hijrah perlu dimaknai secara mendalam sebagai upaya pembenahan diri secara spiritual, sosial, dan moral. “Ini merupakan momen untuk evaluasi dan transformasi diri. Kita harus terus memperbaiki kualitas hidup dan keimanan kita,” tambahnya. Ia mengungkapkan, hijrah bukan hanya peristiwa perpindahan geografis dari Makkah ke Madinah, melainkan juga awal dari perubahan besar dalam sejarah umat manusia, dari kegelapan menuju pencerahan peradaban. Menurut Menag, keputusan para sahabat Nabi untuk menjadikan peristiwa hijrah sebagai dasar kalender Islam menunjukkan betapa agungnya momen tersebut dalam perjalanan dakwah Rasulullah SAW.

“Banyak pilihan yang ditawarkan saat itu di masa pemerintahan Umar bin Khattab terkait kalender atau penanggalan umat Islam. Lalu Sayyidina Ali mengusulkan agar hijrahnya Rasulullah SAW. Para sahabat pun menyepakati,” jelasnya.

Ia juga menyinggung relevansi hijrah dengan kehidupan modern. Hijrah menjadi ajakan untuk selalu memperbaiki diri dari waktu ke waktu, dari kondisi stagnan menuju kemajuan yang penuh makna.

“Kalau ada di antara kita di sini diberikan umur panjang oleh Allah, bisa hidup pada 2.526 Masehi, itu juga akan bertepatan dengan 2.526 Hijriah,” tuturnya.(knu)