Persaingan Ketat Kendaraan Listrik China: Hanya 15 Merek yang Bertahan

Persaingan industri kendaraan listrik berbasis baterai di China diperkirakan bakal semakin ketat dalam beberapa tahun mendatang, seiring ekspansi pasar ke kawasan Asia hingga Eropa.
Namun, di balik ekspansi besar-besaran tersebut, sebuah laporan terbaru dari firma konsultan AlixPartners, seperti dikutip dari Reuters, memperkirakan hanya segelintir merek yang mampu bertahan dalam jangka panjang.
“Persaingan yang sangat ketat membuat sejumlah pabrikan kehabisan modal untuk bertahan di industri EV,” kata Head of Automotive Practice Asia AlixPartners, Stephen Dyer, Senin (7/7/2025).
Ilustrasi mobil listrik.
Saat ini, China masih menjadi pasar kendaraan listrik terbesar di dunia dengan dominasi yang sangat kuat.
Data terbaru menunjukkan produsen mobil listrik China menguasai hingga 76 persen pangsa pasar EV global.
Tidak hanya di dalam negeri, pabrikan China juga semakin gencar mengekspor mobil listrik dan Plug-in Hybrid Electric Vehicle (PHEV) ke pasar Eropa, yang kini menjadi salah satu tujuan utama.
AlixPartners menyebut dari total 129 merek yang kini memasarkan kendaraan listrik murni maupun PHEV di China, hanya 15 merek yang diperkirakan masih memiliki kekuatan finansial untuk bertahan hingga 2030.
Sisanya terancam gulung tikar akibat ketatnya persaingan, tekanan modal, dan tantangan profitabilitas.
Salah satu pemicu utamanya adalah praktik perang harga yang semakin sengit di pasar kendaraan listrik China.
Kondisi ini membuat persaingan antar pabrikan semakin tidak sehat, meski di sisi lain memacu inovasi teknologi.
Ilustrasi mobil listrik, kendaraan listrik.
"China merupakan salah satu pasar New Energy Vehicle (NEV) paling kompetitif di dunia. Dengan sengitnya perang harga, inovasi yang cepat, dan kehadiran pendatang baru yang terus menaikkan standar,” kata Dyer.
Fenomena perang harga memang menekan harga jual dan memacu efisiensi biaya.
Namun, di saat yang sama, banyak perusahaan kesulitan menjaga profitabilitas yang berkelanjutan.
Selain perang harga, kelebihan kapasitas produksi juga menjadi persoalan serius yang membebani industri mobil listrik di China.
Banyak pabrikan terpaksa memotong harga untuk menghabiskan stok, sehingga margin keuntungan semakin tergerus.
“Kondisi ini memang mendorong kemajuan teknologi dan efisiensi biaya, tetapi juga membuat banyak perusahaan kesulitan meraih profitabilitas yang berkelanjutan,” tambahnya.
AlixPartners memproyeksikan, 15 merek yang mampu bertahan diperkirakan akan menguasai sekitar 75 persen pangsa pasar EV dan PHEV di China pada 2030.
masing merek tersebut bahkan diprediksi dapat mencatat rata-rata penjualan tahunan lebih dari satu juta unit kendaraan.