Regulasi 11 Pemain Asing Super League Picu Peringatan Keras dari Pengamat

Liga Indonesia, Super League, pemain asing, sepak bola Indonesia, Pemain asing, Super League 2025-2026, Liga 1, PT Liga Indonesia Baru, peraturan baru super league, regulasi baru super league, regulasi pemain asing super league, Regulasi 11 Pemain Asing Super League Picu Peringatan Keras dari Pengamat

Kebijakan baru PT Liga Indonesia Baru (LIB) yang memperbolehkan klub Super League 2025-2026 memiliki hingga 11 pemain asing terus memancing beragam reaksi.

Salah satu pengamat sepak bola nasional, Akmal Marhali, secara vokal menentangnya.

Ia menilai keputusan PT LIB yang kini berganti nama jadi I-League, terlalu terburu-buru dan bisa menjadi bumerang besar bagi masa depan sepak bola Indonesia.

"Karena ini sangat merugikan secara finansial maupun pengembangan pemain lokal Indonesia," katanya melalui video yang dikirimkan kepada Kompas.com.

Ia memahami ambisi PT LIB atau I-League untuk meningkatkan daya saing global kompetisi.

Namun, Akmal Marhali mengingatkan bahwa Indonesia belum berada pada level negara-negara besar sepak bola seperti Spanyol, Inggris, Italia, atau bahkan Arab Saudi.

"Indonesia masih masuk negara yang sedang berkembang sepak bolanya," ucap Akmal Marhali.

Dengan delapan dari sebelas pemain asing yang diperbolehkan bermain bersamaan di lapangan, ia khawatir kesempatan bagi talenta lokal akan semakin menyempit.

Bahkan, Akmal Marhali mencatat pada musim lalu saja, saat klub hanya boleh memainkan enam pemain asing, sudah terjadi kesulitan dalam menemukan pemain nasional dengan jam terbang yang cukup.

"Ini sangat merugikan bagi Indonesia untuk bisa mendapatkan pemain lokal yang sangat berkualitas," imbuhnya.

Ia pun mengingatkan bahwa kasus serupa pernah terjadi di Arab Saudi, yang prestasinya justru menurun setelah membuka pintu lebar-lebar bagi pemain asing.

Lebih jauh, Akmal Marhali menyoroti potensi dampak finansial dari kebijakan ini. Pemain asing cenderung memiliki harga lebih tinggi, sementara tidak semua klub Indonesia memiliki kondisi keuangan yang sehat.

"Memang belakangan ada yang menyebut pemain lokal kita harganya sangat mahal, tapi fakta di lapangan pemain lokal kita harganya tidak terlalu mahal, kecuali memang pemain yang berlevel Timnas Senior," tuturnya.

Kini, ia menilai langkah PT LIB atau I-League tersebut tidak hanya memperkecil ruang pemain lokal, tetapi juga berpotensi menambah masalah keuangan di tubuh klub-klub peserta Super League 2025-2026.

Ia mengingatkan, beberapa klub seperti PSM Makassar, PSIS Semarang, hingga tim yang bahkan sudah tidak eksis seperti Persiwa Wamena, pernah dihukum FIFA karena menunggak gaji pemain asing.

"Menurut saya, ini adalah keputusan yang terburu-buru dan lebih banyak mudarat daripada manfaatnya untuk sepak bola Indonesia," pungkas Akmal Marhali.