Apa Penyebab Konflik Thailand-Kamboja? Ini Kronologi Lengkapnya

Thailand, Kamboja, Ta Muen Thom, Candi Preah Vihear, Situs Warisan Dunia UNESCO, thailand, kamboja, serangan udara thailand, perang Thailand Kamboja, candi era sriwijaya, candi direbutkan thailand kamboja, Sengketa wilayah ASEAN, Sejarah Kekaisaran Khmer, Apa Penyebab Konflik Thailand-Kamboja? Ini Kronologi Lengkapnya, Versi Berbeda dari Thailand dan Kamboja, Sengketa Lama atas Candi dan Wilayah Bersejarah, Jejak Penjajahan dan Perebutan Wilayah, Ketegangan Meningkat Sejak Mei 2025

Konflik bersenjata kembali meletus di wilayah perbatasan Thailand dan Kamboja pada Kamis (24/7/2025) pagi.

Baku tembak dan serangan udara dilaporkan terjadi di sekitar Candi Ta Muen Thom, salah satu situs bersejarah peninggalan abad ke-11 yang kini menjadi titik panas dalam sengketa perbatasan kedua negara ASEAN ini.

Kementerian Pertahanan Thailand menyebutkan, sedikitnya 12 orang tewas dalam insiden tersebut, terdiri dari warga sipil dan seorang prajurit.

Bentrokan ini terjadi di kawasan Distrik Dong Rak, Provinsi Surin, Thailand, yang berbatasan langsung dengan Provinsi Oddar Meanchey, Kamboja.

Konflik tersebut menimbulkan kekhawatiran serius terhadap kelestarian situs-situs budaya, termasuk candi kuno era Kerajaan Khmer yang juga sezaman dengan Kerajaan Sriwijaya di Nusantara.

Versi Berbeda dari Thailand dan Kamboja

Angkatan Darat Thailand mengklaim, insiden bermula saat pasukan mereka mendeteksi suara drone di sekitar kawasan Candi Ta Muen Thom sekitar pukul 06.00 waktu setempat.

Drone tersebut melintasi wilayah udara Thailand, bersamaan dengan munculnya pasukan Kamboja yang membawa senjata berat seperti peluncur roket (RPG) di balik kawat berduri di sisi perbatasan.

“Peringatan telah kami sampaikan lewat pengeras suara, tetapi sekitar pukul 08.20, pasukan Kamboja mulai melepaskan tembakan ke pos kami dari jarak sekitar 200 meter,” kata seorang pejabat militer Thailand.

Namun, pernyataan itu dibantah keras oleh pihak Kamboja. Juru bicara Kementerian Pertahanan Kamboja, Letjen Maly Socheata, menuduh Thailand sebagai pihak yang memulai serangan dengan menerbangkan drone dan masuk ke wilayah mereka.

“Militer Thailand melanggar kedaulatan kami sekitar pukul 06.30 dan melepaskan tembakan lebih dulu, bahkan menyerang wilayah kami menggunakan jet tempur F-16 di sekitar Pagoda Wat Kaes Seekha Kiri Svarak,” ujar Socheata.

“Militer Kamboja hanya bertindak membela diri atas agresi ini.”

Sengketa Lama atas Candi dan Wilayah Bersejarah

Konflik antara Thailand dan Kamboja sudah berlangsung selama puluhan tahun, terutama soal klaim atas sejumlah candi kuno seperti Ta Muen Thom, Ta Krabei, dan Preah Vihear.

Perselisihan ini berakar dari sejarah panjang perebutan pengaruh antara Kerajaan Siam (kini Thailand) dan Wangsa Norodom dari Kamboja.

Dikutip dari Kompas.id, Raja Rama VI dari Siam sempat melakukan perjalanan ke Pulau Jawa pada awal abad ke-20 untuk memodernisasi kerajaannya, yang berujung pada peningkatan klaim terhadap candi-candi di perbatasan.

Puncak sengketa terjadi pada 1962, ketika Mahkamah Internasional (ICJ) memutuskan bahwa Candi Preah Vihear adalah milik Kamboja. Meski demikian, Thailand hingga kini belum sepenuhnya menerima keputusan tersebut, terutama terkait peta perbatasan yang dibuat oleh Perancis pada 1907.

Konflik kembali memanas pada 2008 ketika Kamboja mengajukan Candi Preah Vihear sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO. Langkah itu memicu krisis politik internal Thailand dan memperparah ketegangan militer di perbatasan.

Jejak Penjajahan dan Perebutan Wilayah

Secara historis, kawasan ini merupakan bagian dari Kekaisaran Khmer yang menguasai sebagian besar Asia Tenggara, termasuk wilayah Thailand saat ini. Namun, setelah kekuasaan Khmer melemah pada abad ke-15, wilayah ini perlahan-lahan dikuasai Siam.

Pada 1794, raja Khmer yang lemah menyerahkan provinsi barat laut kepada Siam. Untuk melindungi diri dari dominasi Siam, Raja Norodom dari Kamboja meminta perlindungan dari Perancis pada 1863.

Perjanjian-perjanjian antara Perancis dan Siam kemudian mengatur ulang batas-batas wilayah, termasuk Preah Vihear.

Peta tahun 1907 buatan Perancis yang menempatkan Preah Vihear di sisi Kamboja menjadi sumber perdebatan hingga kini, karena dianggap menyimpang dari perjanjian sebelumnya.

Ketegangan Meningkat Sejak Mei 2025

Dalam dua bulan terakhir, konflik perbatasan Thailand-Kamboja kembali meningkat. Pada Mei lalu, baku tembak di sekitar Candi Preah Vihear menyebabkan tewasnya satu prajurit Kamboja.

Sementara itu, dua ledakan ranjau pada 16 dan 23 Juli di jalur patroli Thailand menyebabkan dua prajurit kehilangan kaki. Militer Thailand menyatakan bahwa ranjau tersebut adalah PMN-2 buatan Rusia, yang bukan bagian dari persenjataan mereka.

Kamboja membantah keterlibatan dan justru menuduh Thailand melanggar kesepakatan patroli bersama dengan memasuki wilayah yang tidak diizinkan.

Hingga kini, Thailand tetap menolak penyelesaian sengketa melalui mekanisme internasional dan mengusulkan dialog bilateral. Namun, Kamboja berpegang pada keputusan Mahkamah Internasional dan peta perbatasan yang sudah diakui UNESCO.

Ketegangan yang terus meningkat di kawasan ini menimbulkan kekhawatiran tidak hanya terhadap stabilitas regional, tetapi juga terhadap kelestarian situs warisan budaya ASEAN yang menjadi saksi bisu sejarah panjang dua bangsa.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul