Top 10+ Tanda Red Flags pada Pria, Termasuk Posesif dan Suka Menghina

Dalam hubungan, orang sering menyebut "red flags" atau tanda peringatan yang maknanya mirip seperti dalam kartu merah yang dikeluarkan wasit saat pertandingan. Beberapa red flag pada pria penting untuk diperhatikan karena kamu berhak merasa aman.
“Setiap orang punya faktor ‘jijik’ masing-masing yang membuat seseorang tidak cocok secara pribadi, tapi ada red flag tertentu yang menandakan bahwa seseorang mungkin tidak mampu memberikan hubungan yang aman dan stabil,” jelas Dr. Kiki Fehling, Ph.D., seorang psikolog berlisensi.
“Mengetahui tanda-tandanya bisa membantu kamu menjaga kesehatan emosional dan menyudahi hubungan yang bermasalah sebelum kamu terlalu terikat.”
Dr. Fehling mengatakan bahwa ketika seseorang sudah terlanjur terikat secara emosional, akan lebih sulit untuk meninggalkan hubungan itu. Namun, terkadang mengenali red flag pada pria membutuhkan kepekaan untuk “membaca yang tak terucap.”
Dikutip dari Yahoo, beberapa psikolog berbagi 10 red flag terbesar pada pria yang sebaiknya tidak diabaikan.
“Saya rasa perilaku-perilaku ini bisa muncul pada siapa saja, bukan hanya khusus pada pria,” ujar Dr. Catherine Nobile, Psy.D., seorang psikolog dan direktur Nobile Psychology.
10 Tanda Red Flag yang Wajib Diperhatikan
1. Cemburu berlebihan
Dr. Nobile mengatakan bahwa seringnya kekasih menginterogasi tentang kehidupan sosial kamu atau menyampaikan perasaan negatif selama kamu tidak bersamanya, menandakan ketergantungan dan posesif.
“Utarakan perilakunya secara jelas, tetapkan batasan, dan jelaskan bagaimana hal itu membuatmu merasa,” saran Dr. Nobile.
“Jika rasa cemburunya tidak mereda atau justru makin parah, mungkin sudah saatnya mempertimbangkan untuk keluar dari hubungan itu.”
Ilustrasi cemburu.
2. Suka mengatur
Ia mencoba mendikte pakaian yang kamu kenakan, ke mana kamu pergi, dan siapa teman yang boleh kamu temui. Ia bahkan mungkin memeriksa ponsel serta akun media sosial kamu.
"Perilaku mengontrol dapat meningkat menjadi kekerasan atau perilaku manipulatif lebih lanjut dan terkadang merupakan awal dari kekerasan fisik atau emosional," kata Dr. Holly Schiff, Psy.D., seorang psikolog klinis berlisensi di South County Psychiatry.
3. Punya banyak rahasia
Sedikit kerahasiaan memang menyenangkan dan menggoda, tetapi konteksnya penting. Namun, jika si dia tidak terbuka, menolak memberi tahu ke mana dia pergi dan secara keseluruhan tidak menjawab pertanyaan yang valid dengan jelas dan langsung, itu merupakan hal yang bermasalah.
"Jangan ragu untuk membicarakannya. Tekankan bahwa dia kurang terbuka dan ini menyakiti kamu. Jika perilaku ini diabaikan, dapat mendorong lebih banyak perilaku yang sama karena dia merasa bisa lolos begitu saja," kata Dr. Michele Goldman, Ph.D., seorang psikolog dan penasihat media Hope for Depression Research Foundation..
4. Masalah emosional
Beberapa pria kesulitan mengekspresikan emosi, dan kebanyakan pria mengekspresikan emosi secara berbeda dibandingkan wanita.
Misalnya, beberapa pria mungkin tidak menunjukkan emosi, sementara yang lain mungkin memendam amarah dan kemudian meledak.
Menurutnya Goldman, penting bagi perempuan untuk merasa yakin bahwa pasangannya bisa menunjukkan emosi dengan cara yang sehat, karena hal itu mencerminkan bagaimana ia akan memperlakukan pasangannya, apakah ia akan marah-marah atau memilih menenangkan diri.
Dr. Goldman juga menekankan pentingnya menyadari bahwa ekspresi emosi pria berbeda karena pengaruh budaya dan generasi. Ia mendorong untuk menghilangkan stigma bahwa pria yang menunjukkan emosi itu lemah, dan mengajak pasangan membangun komunikasi yang jujur dan terbuka.
5. Suka menghina
Menyerang karakter atau menghina, seperti menyebut kamu "bodoh", "malas", jelek", atau "psikopat" bukanlah perilaku yang bisa diterima.
"Pertengkaran itu normal, dan kehilangan kesabaran memang terjadi sesekali, tetapi pasangan sebaiknya mengungkapkan rasa sakit hati terhadap perilaku satu sama lain tanpa menjadikannya sesuatu yang pribadi," jelas Dr. Fehling.
6. Sering melakukan silent treatment
Terkadang, emosi mungkin perlu diredakan, tetapi ada perbedaan antara jeda yang sehat dan sikap dingin yang toksik.
"Jeda harus dikomunikasikan dengan jelas dan baik dengan tujuan untuk kembali bersama guna memperbaiki atau menyelesaikan masalah," kata Dr. Fehling.
"Jika seseorang secara sepihak memutuskan kapan pertengkaran berakhir lalu dengan sengaja mengabaikan upaya pasangannya untuk berhubungan kembali sebagai cara untuk menghukum atau memanipulasi mereka, itulah silent treatment. Itu adalah red flags."
7. Komunikasi yang tidak konsisten atau menghindar
Komunikasi adalah kunci hubungan yang sehat. Komunikasi yang menghindar atau tidak terbuka menandakan ketidakpercayaan atau kurangnya komitmen," kata Dr. Nobile.
Contoh komunikasi yang menghindar misalnya, ketika ditanya "kamu marah, ya?", jawabannya "Aku cuma capek aja" (padahal sebenarnya marah tapi menghindari konfrontasi).
Dr. Nobile mengatakan komunikasi menghindar dapat menyulitkan kita untuk membangun kepercayaan, selain juga menghambat penyelesaian masalah.
8. Kurang bertanggung jawab
Ini bukan sepenuhnya salah kamu tapi dia selalu mengatakan sebaliknya, itu pertanda buruk.
"Menolak bertanggung jawab bisa menjadi cara untuk menghindari mengakui kekurangan diri sendiri atau tak ada kebutuhan untuk memperbaiki hubungan," kata Dr. Nobile.
9. Mengabaikan batasan
Batas-batasan sering disarankan untuk membangun hubungan yang sehat. Pelanggaran yang berulang merupakan sebuah red flags bagi pria.
Misalnya, Dr. Nobile mengatakan akan menjadi masalah jika si dia terus-menerus memaksa untuk melakukan hal-hal yang tidak ingin kamu lakukan atau menggeledah barang-barang kamu tanpa izin.
"Pelanggaran batasan dapat menunjukkan rasa tidak hormat, dan kurangnya rasa hormat dapat dengan mudah berubah menjadi pelanggaran yang lebih serius terhadap ruang pribadi," ujarnya.
10. Sering membandingkan dengan mantan
Ada perbedaan antara membicarakan mantan dengan membandingkan kamu dengannya.Terlalu banyak perbandingan justru mencuri kebahagiaan.
"Itu menciptakan dinamika bahwa mantan melakukan sesuatu yang berbeda, bahkan mungkin lebih baik," jelas Dr. Goldman. "Itu merupakan penghinaan dan bisa terasa sangat merendahkan."