Tren Performative Men di TikTok, Lebih dari Baca Buku dan Minum Matcha

tote bag, matcha, performative male, performative men, TikTok, Performative male, Performative men, Matcha, performative male meaning, performative men meaning, Tren Performative Men di TikTok, Lebih dari Baca Buku dan Minum Matcha

Jika pernah melihat laki-laki memakai tote bag berbahan canvas, minum matcha, dan membaca buku tentang feminisme, bisa jadi kamu sudah menemukan performative male atau performative men.

Istilah performative male atau performative men ramai di media sosial, seperti Instagram dan TikTok, baru-baru ini. Bahkan, kontes performative male pun diadakan di berbagai negara, termasuk Indonesia.

Lantas, apa itu performative male?

Mengenal performative male atau performative men

Upaya menyelaraskan maskulinitas dengan kerentanan

tote bag, matcha, performative male, performative men, TikTok, Performative male, Performative men, Matcha, performative male meaning, performative men meaning, Tren Performative Men di TikTok, Lebih dari Baca Buku dan Minum Matcha

Pria dengan tote bag, suka matcha, dan baca buku feminisme sedang jadi tren. Mereka disebut sebagai performative male. Apa maksudnya?

Dilansir dari Esquire, Senin (4/8/2025), istilah performative men adalah bagaimana laki-laki muda, biasanya di usia 20-an, berusaha keras menarik perhatian perempuan modern, alih-alih mempertahankan citra maskulin yang tradisional.

"Performative male adalah laki-laki yang tindakan, hobi, dan sifat kepribadiannya tampak tidak autentik dan seolah-olah hanya fokus 'tampil' untuk pandangan dunia, selera, dan minat orang lain, khususnya untuk memenuhi minat perempuan," bunyi keterangan dari laman Know Your Meme

laki yang termasuk performative men tak lagi berpatokan dengan stereotip laki-laki maskulin pada umumnya.

Performative men tak ragu mengganti americano mereka dengan matcha, serta mendengarkan lagu-lagu yang sensitif secara emosional, misalnya dari Clairo.

Mereka juga disebut kerap mengenakan kaus bergambar logo band atau pop culture icon yang tidak banyak dikenal. Bahkan, ada pula performative men yang membawa gantungan kunci Labubu ke mana pun mereka pergi. 

Performative men dan performative male juga dilihat sebagai upaya untuk menyelaraskan maskulinitas dengan kerentanan (vulnerability), melampaui pandangan konvensional akan laki-laki yang kaku, termasuk secara emosional. 

Laki-laki yang termasuk performative male cenderung memperlihatkan diri mereka sebagai sosok yang artistik, serta memiliki sisi intelektual dan emosi yang dalam.

Performative male di media sosial

Disukai puluhan ribu pengguna

tote bag, matcha, performative male, performative men, TikTok, Performative male, Performative men, Matcha, performative male meaning, performative men meaning, Tren Performative Men di TikTok, Lebih dari Baca Buku dan Minum Matcha

Pria dengan tote bag, suka matcha, dan baca buku feminisme sedang jadi tren. Mereka disebut sebagai performative male. Apa maksudnya?

Tren performative men sudah menyebar di media sosial. Ada banyak laki-laki yang memang ingin tampil seperti itu, tapi tak sedikit juga yang mulai ikut-ikutan

Dilansir dari Stuff.co.nz, sebuah kontes performative male di Amerika Serikat pun menobatkan seorang laki-laki yang memegang matcha, buku tentang feminismeme, tote bagskateboard, dan gitar akustik sebagai pemenangnya. 

Bahkan, jika mencari "performative men" atau "performative male" di TikTok, banyak video yang sudah disukai puluhan ribu pengguna. 

Sisi lain performative male

Perempuan tetap harus berhati-hati

Meskipun laki-laki yang tergolong performative male terlihat lebih nyaman dan "mudah" untuk didekati, bukan berarti perempuan tak harus berhati-hati.

Sebab, dikutip dari Elle, bisa saja ada laki-laki yang menggunakan tampilan performative male sebagai cara untuk memanipulasi seseorang. Apalagi jika sudah menjalani hubungan serius. 

Ketika manipulasi terjadi dalam hubungan, serta kesadaran diri malah digunakan untuk mengontrol pasangan, hal ini sudah tergolong membahayakan. 

Performative male atau performative men yang tidak baik bisa menggunakan kerentanan mereka sebagai alat untuk menjerat calon pasangan. 

Dengan demikian, tren performative male menandakan adanya perubahan dalam ekspresi maskulinitas.

Namun, perempuan tetap perlu menjaga batas emosional dan waspada jika kerentanan yang ditampilkan ternyata hanya alat manipulatif dalam relasi.