Menepis Mitos Keliru Bedah Tulang Belakang Bisa Bikin Lumpuh

Bedah tulang belakang untuk mengetasi berbagai masalah seperti saraf terjepit mengalami kemajuan pesat sehingga lebih aman. Operasi ini juga bisa dikerjakan tanpa melakukan bedah terbuka dan proses penyembuhannya lebih cepat.
Dijelaskan oleh dokter spesialis bedah saraf Dimas Rahman, saat ini operasi bedah tulang belakang bisa menggunakan teknik operasi endoskopi biportal.
"Ini adalah teknik operasi yang memanfaatkan kamera yang dimasukkan ke ruas tulang belakang dengan sayatan yang kecil. Operasinya juga lebih efektif dan masa pemulihan lebih singkat," tutur dr.Dimas dalam acara konferensi pers 1st Endoscopic Spine Course in Indonesia yang digelar di RS Jakarta (15/8/2025).
Ia menambahkan, anggapan bahwa operasi bedah tulang belakang bisa menyebabkan kelumpuhan adalah stigma yang kuno.
"Sekarang kami ingin menghilangkan stigma itu dengan memperluar teknik bedah minimal invasif, termasuk Biportal Endoscopic Spine Surgery (BESS)," tuturnya.
Melalui teknik BESS, yang dikerjakan oleh dokter bedah saraf atau dokter ortopedi tulang belakang bisa melihat saraf tulang belakang secara lebih jelas.
"Sehingga dokter bisa benar-benar yakin saat operasi dan kesalahan bisa dihindari. Dengan teknik operasi ini kami ingin meningkatkan keberhasilan pada pasien operasi tulang belakang," katanya.
Teknik BESS sendiri sudah dilakukan di Indonesia untuk pasien nyeri pinggang, punggung, dan leher, sejak tahun 2020 meski baru terbatas di sejumlah rumah sakit besar di Jakarta.
Menurut dr.Dimas, rata-rata pasien yang menjalani operasi ini sekitar 1.000 orang per tahun, dengan angka keberhasilan mencapai 95 persen.
"Teknik oeprasi ini bisa dilakukan untuk segala usia, karena teknik operasinya yang minimal invasif, minim perdarahan, dan sayatannya sangat kecil, kurang lebih hanya 0,7 cm. Pemulihannya juga lebih cepat," ujarnya.
Pelatihan untuk para dokter
Untuk memperluas keterampilan para dokter bedah daraf dan dokter ortopedi tulang belakang, untuk pertama kalinya di Indonesia digelar pelatihan eksklusif bertajuk “1st Biportal Endoscopic Spine Course in Indonesia” pada tanggal 15–16 Agustus 2025.
Pelatihan ini menawarkan kesempatan unik bagi para dokter spesialis bedah saraf untuk mempelajari secara langsung teknik-teknik operasi terkini dari para ahli bedah yang telah berpengalaman dalam teknik BESS.
Workshop ini menghadirkan dua pakar endoskopi BESS dari Korea yakni dr. Daejung Choi dan dr. Sung Won Cho sebagai International Faculty. Sedangkan untuk tim National Faculty, terdiri dari Dr. dr. Wawan Mulyawan, Sp.BS (K), Subspes. N-TB, FINSS, FINPS. AAK, kemudian hadir juga dr. Danu Rolian, Sp.BS, FINSS, FINPS, dan dr. Dimas Rahman, Sp.BS, MARS, FTB, FINSS serta dr. Deni Nasution, Sp.BS (K) Spine.
"Tujuan dari workshop ini adalah untuk transfer ilmu terutama teknik biportal untuk saraf terjepit di punggung dan leher. Dokter Choi sendiri adalah pioner dalam teknik ini," kata dr.Wawan, dalam acara yang sama.
Nyeri punggung merupakan keluhan yang banyak dikeluhkan. Gangguan ini bukan hanya dialami oleh dewasa, tapi juga anak usia sekolah.
Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) 2013 memperkirakan, 60-70 persen penduduk negara maju mengalami nyeri punggung bawah setidaknya sekali seumur hidup. Lembaga Gangguan Saraf dan Stroke Nasional (NINDS) Amerika Serikat menyebutkan, nyeri punggung bawah adalah penyebab paling umum dari disabilitas terkait pekerjaan.
Meski demikian, masyarakat perlu mewaspadai nyeri yang tak reda setelah beberapa minggu; menyebar ke salah satu atau ke dua kaki; lemah, mati rasa atau kesemutan pada salah satu atau kedua kaki; jika disertai demam atau berat badan turun tanpa sebab jelas. Lakukan pemeriksaan sedini mungkin untuk mencegah keluhan bertambah berat.
Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!